Liputan6.com, Washington D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali bersuara terkait tewasnya Jenderal Qasem Soleimani. Ia berusaha menjelaskan bahwa Soleimani memberikan ancaman riil pada AS.
Dilansir VOA Indonesia, Jumat (10/1/2020), Trump mengatakan mendiang Jenderal Qassem Soleimani sedang merencanakan akan meledakkan Kedutaan Besar AS di di Baghdad, sebelum ia terbunuh dalam serangan drone AS.
Advertisement
Baca Juga
Trump dan para pembantunya juga menghadapi kecaman keras dari sejumlah anggota DPR Partai Demokrat. Para anggota DPR mengecam Trump karena tidak mau menjelaskan apa yang disebutnya sebagai "ancaman yang segera" sehingga dia memerintahkan pembunuhan Qasem Soleimani ketika ia sedang mengendarai mobil dekat bandara di Baghdad.
"Kami melakukannya (membunuh Soleimani) karena mereka sedang merencanakan akan meledakkan kedutaan kita. Juga ada alasan lain yang sangat jelas mengapa kami melakukan hal itu. Ada orang yang tewas, salah seorang tentara kita tewas, dan sejumlah orang luka berat seminggu sebelumnya," kata Trump.
Namun setelah beberapa pejabat pemerintah memberikan penjelasan kepada DPR, sejumlah anggota DPR mengatakan bukti yang disebutkan tentang adanya "ancaman yang segera" itu sangat minim.
Wakil Presiden Mike Pence mengatakan pada jaringan televisi NBC, Kamis (9/1/2020), bahwa rudal-rudal yang diluncurkan Iran ke pangkalan-pangkalan militer AS ditujukan untuk membunuh tentara AS.
"Kami punya laporan intelijen yang mendukung bahwa itulah yang hendak dilakukan oleh Iran," jelasnya.
Pada pidatonya Rabu kemarin, Trump sempat menyebut Qasem Soleimani sebagai teroris top dunia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Militer Mendukung Trump
Keterangan Pence itu serupa dengan pernyataan Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Mark Milley bahwa rudal-rudal Iran itu ditujukan untuk membunuh.
“Tempat yang kena hantaman rudal itu cukup dekat dengan personel dan peralatan. Saya yakin, serangan itu ditujukan untuk menimbulkan kerusakan struktural, menghancurkan kendaraan, peralatan dan pesawat terbang, dan juga membunuh personel (militer),” kata Jenderal Milley.
Namun Presiden Trump mengatakan tidak ada satupun tentara Amerika atau anggota pasukan koalisi yang menjadi korban.
Advertisement