Protes Anti-Pemerintah Kembali Pecah di Irak

Demonstran di Irak melakukan protes anti-pemerintah.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 20 Jan 2020, 16:41 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2020, 16:41 WIB
Demonstran Irak anti pemerintah di Baghdad.
Demonstran Irak anti pemerintah di Baghdad. (Source: AFP)

Liputan6.com, Baghdad - Sejumlah pemrotes Irak terluka di Baghdad dan kota-kota lainnya pada Senin 20 Januari 2020 dalam bentrokan dengan pasukan keamanan yang berusaha untuk membersihkan jalan yang diblokir, kata sumber keamanan dan medis, ketika kerusuhan anti-pemerintah berlanjut setelah jeda beberapa pekan.

Di Tayaran Square, Baghdad Minggu 19 Januari malam, pengunjuk rasa melemparkan bom molotov dan batu ke polisi yang kemudian merespons dengan gas air mata dan granat setrum, kata saksi mata.

Sedangkan dii tempat lainnya, di Irak selatan, ratusan pemrotes membakar ban dan memblokir jalan-jalan utama di beberapa kota, termasuk Nassiriya, Kerbala dan Amara. Mereka mengatakan Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi belum memenuhi janji termasuk menunjuk pemerintah baru yang dapat diterima oleh rakyat Irak. Demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (20/1/2020).

"Mereka (pasukan keamanan) harus berhenti menembak dan membidik, siapa mereka dan siapa kita? Kedua belah pihak adalah warga Irak. Jadi mengapa Anda membunuh saudara-saudaramu?" kata seorang wanita pengunjuk rasa di Baghdad yang menolak menyebutkan namanya.

Polisi Baghdad mengatakan, pasukannya telah berhasil membuka kembali semua jalan yang ditutup oleh para demonstran.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sejak 1 Oktober 2019

Demonstrasi anti-pemerintah di Irak (AFP PHOTO)
Demonstrasi anti-pemerintah di Irak (AFP PHOTO)

Protes massa telah mencengkeram Irak sejak 1 Oktober 2019, dengan sebagian besar demonstran muda yang menuntut perombakan sistem politik karena mereka lihat sangat korup dan tak mampu mengentaskan masyarakat Irak dari kemiskinan. Sejak itu hingga saat ini, lebih dari 450 orang telah terbunuh.

Jumlahnya telah menyusut tetapi protes berlanjut lagi pekan lalu ketika demonstran berusaha untuk menjaga momentum setelah perhatian publik beralih ke ancaman konflik AS-Iran setelah pembunuhan yang dilakukan AS pada jenderal top Tehran dalam serangan udara di Irak.

Pembunuhan Qassem Soleimani, yang ditanggapi Tehran dengan serangan rudal balistik terhadap dua pangkalan militer Irak, telah menyoroti pengaruh beberapa kekuatan asing di Irak, terutama Iran dan Amerika Serikat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya