Menanti Pemerintah Indonesia Jemput WNI Terjebak Virus Corona di Wuhan

Berbagai negara berupaya menjemput warganya di Wuhan. Bagaimana nasib WNI yang 'terpenjara' Virus Corona di sana?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 29 Jan 2020, 09:55 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2020, 09:55 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Surabaya, Jawa Timur, Senin (27/1/2020). (foto: Biro Pers Setpres)
Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Surabaya, Jawa Timur, Senin (27/1/2020). (foto: Biro Pers Setpres)

Liputan6.com, Wuhan - WNI di Wuhan masih terjebak dan tak bisa pulang ke Indonesia. Pemerintah China mengambil kebijakan lockdown yang mengisolasi kota Wuhan dan berbagai wilayah untuk mencegah penyebaran virus Corona Wuhan. 

Isolasi itu turut menjebak warga negara asing di sana. WNI pun meminta agar segera dijemput oleh pemerintah karena khawatir pada penularan virus itu. 

Sejauh ini, pemerintah belum memiliki jadwal jelas untuk mengevakuasi para WNI. Tetapi, negara-negara lain banyak yang berhasil membuka akses untuk menjemput warganya di Wuhan. 

Wall Street Journal melaporkan bahwa pemerintah AS menjemput sekitar 230 diplomat, keluarganya, serta beberapa warga sipil AS di Wuhan pada Selasa (28/1/2020). Pesawat itu berangkat ke California dan turut membawa dokter untuk berjaga. 

Meski demikian, ada warga AS yang memilih menetap di Wuhan karena khawatir naik pesawat atau tidak mau meninggalkan pasangannya yang warga negara China. 

Pemerintah Prancis rencananya menjemput ratusan warganya pada pekan ini. Menteri Kesehatan Prancis Agnes Buzyn berkata sudah sepakat dengan pemerintah China, demikian laporan France24.

Korea dan Jepang juga berhasil membuka akses untuk menjemput warga mereka dengan pesawat charter.  

Menteri Luar Negeri Jepang Motegi Toshimitsu berkata pihak China setuju membolehkan satu pesawat untuk masuk ke Wuhan dan membawa sekitar 200 warga Jepang yang meminta pulang. Pesawat berangkat pada Selasa sore.

Sementara, Korea Biomedical Review melaporkan empat pesawat disiapkan Korsel untuk menjemput 700 warganya di Wuhan. 

Kementerian Luar Negeri Korsel menyebut China siap menerima pesawat Korsel pada Kamis atau Jumat besok. Begitu sampai di Korsel, para warga itu akan dikarantina terlebih dahulu dan diperiksa. 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Jokowi: Indonesia Sudah Bicara Detail

Penerbangan dari Kota Pusat Wabah Virus Corona Ditutup
Penerbangan dari Wuhan Ditutup: Pelancong berjalan melintasi papan informasi tentang penerbangan dari Wuhan telah dibatalkan di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing pada Kamis (23/1/2020). China menangguhkan semua transportasi dari dan ke kota pusat penyebaran virus corona. (AP/Mark Schiefelbein)

Presiden Joko Widodo sejauh ini belum memberikan jadwal terkait penjemputan WNI di Wuhan. Dia mengatakan tetap berkoordinasi dengan pihak KBRI.

"Sementara masih berada di sana. KBRI sudah bicara detail dan mengikuti," kata Jokowi di Hanggar Fasilitas Produksi Kapal Selam, PT PAL, Surabaya, Jawa Timur, Senin, 27 Januari 2020.

Pemerintah melalui KBRI berupaya untuk memenuhi kebutuhan logistik para WNI serta memastikan pengiriman bantuan dapat berjalan baik. Pihak Kemlu pun masih menunggu waktu yang tepat dari pihak China dan biaya evakuasi akan ditanggung negara. 

"Pemerintah tentunya sudah berbicara dengan pihak Tiongkok melalui perwakilan kita di Beijing, dan komunikasi itu terus berlanjut. Sekali lagi kita will be guided, akan dibantu oleh keputusan dari pihak Tiongkok mengenai timing yang tepat untuk melakukan tindakan termasuk tindakan evakuasi," ujar Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah. 

Di lain pihak, Menteri Perhubungan Budi Karya memastikan semua penerbangan ke Wuhan sudah ditutup. Namun, wilayah selain itu di China masih terbuka.

"Berdasarkan pembahasan kami bersama Kementerian Kesehatan, Kemlu, Kemendagri dan Kementerian Pariwisata maka status sampai hari ini dari seluruh Indonesia ke Wuhan ditutup, sebaliknya juga dari Wuhan ke Indonesia ditutup," ujar Budi Karya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (28/1/2020).

WNI di Wuhan Minta Segera Dipulangkan ke Indonesia

Situasi Kota Wuhan dekat Universitas Hubei di pusat kota.
Situasi Kota Wuhan dekat Universitas Hubei di pusat kota. Dok: Siti Mawaddah/PPIT Wuhan

Sebelumnya, WNI di Wuhan mulai merasa gelisah dan ketakutan terkait penyebaran virus Corona baru. Pemerintah pun diharapkan agar secepatnya menjemput WNI yang terjebak di Wuhan.

"Gusar, gelisah, khawatir dengan jumlah korban yang semakin lama semakin bertambah," ujar Siti Mawaddah, mahasiswi S2 di Wuhan, kepada Liputan6.com.

Kondisi WNI pun sedang tertetak karena jumlah korban yang terus bertambah. Siti berharap agar setidaknya pemerintah mengeluarkan dahulu WNI yang terjebak di Wuhan agar bisa menetap di kota lain, seperti Beijing atau Changsa.

"(Dijemput) Kalau bisa secepat mungkin dalam pekan ini. Setidaknya dievakuasi, pokoknya dikeluarkan dulu dari Kota Wuhan. Habis itu kami ditempatkan di suatu daerah lalu dipulangkan ke Indonesia," ujar perempuan asal Aceh itu.

Hingga saat ini, Siti menjelaskan kondisi WNI di Wuhan masih aman dari virus Corona baru.

Hal lain yang membuat Siti ketakutan adalah sulitnya transportasi. Ia menjadi sulit berkunjung ke asrama temannya di kampus lain, selain itu supermarket di kampus juga tutup, sehingga ia harus menempuh cukup jauh untuk membeli persediaan makanan yang menipis.

Siti berkata supermarket banyak yang tutup. Supermarket yang masih buka juga cenderung ramai dan hanya buka dari pukul 09.00 sampai 17.00 WIB.

"Hari ini banyak supermarket yang sudah tutup dan ada supermarket yang buka, tapi jauh dari kampus, harus menempuh waktu sekitar 15 menit kalau naik sepeda. Sedangkan saya takut berada lama di tempat umum selain di dalam kamar karena takut terinfeksi virus," ujar Siti.

Ketika ditanya bantuan apa yang dibutuhkan, Siti berkata WNI butuh obat-obatan, beras, sayuran, buah-buahan dan kebutuhan pokok. Yang membutuhkan juga tak hanya WNI di kota Wuhan, melainkan di seluruh provinsi Hubei.

"Pihak KBRI itu sama Kemlu agar segera memberikan bantuan logistik baik berupa dana atau bantuan logistik kepada mahasiswa di Kota Wuhan ataupun di Provinsi Hubei karena bukan saja mahasiswa Wuhan diisolasi, tapi semua mahasiswa di Provinsi Hubei," ujar Siti yang mempelajari Criminal Law di Universitas Hubei.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya