Liputan6.com, Wuhan - Pemerintah China sudah selesai membangun RS Leishenshan yang khusus dibangun untuk menangani pasien Virus Corona. Totalnya butuh 10 hari proses pembangunan.
Menurut laporan media China, People's Daily, Kamis (6/2/2020), RS itu sudah selesai dibangun pada hari ini. Kendati demikian pengoperasian RS ini masih menunggu "proses penerimaan" sebelum segera menerima pasien.
Advertisement
Baca Juga
Menurut gambar-gambar yang beredar, ruangan RS-nya tampak elegan dan minimalis, serta dilengkapi televisi. Kamar mandinya pun terlihat rapih.
Berdasarkan catatan CGTN, pembangunan RS khusus pasien Virus Corona ini dimulai pada 25 Januari dan pembangunannya ditargetkan selesai 5 Februari.
Race against time! After 10 days of construction, the new makeshift hospital, Leishenshan Hospital, in Wuhan, is currently under the acceptance process and will soon be put into operation. Get a glimpse of what the hospital interior looks like. pic.twitter.com/ktNTv7EPrr
— People's Daily, China (@PDChina) February 6, 2020
RS ini dibangun di atas lahan 30 ribu meter persegi. People's Daily menyebut RS Leishenshan bisa menampung hingga 1.600 kasur, lebih banyak dari prediksi awal yakni 1.300 kasur.
RS ini adalah "adik" dari RS Houshenshan yang dibangun dalam sembilan hari saja. Total keduanya bisa menampung 2.600 pasien Virus Corona.
Pembangunan dua RS khusus Virus Corona itu juga mendapat publikasi yang jor-joran dari pemerintah China. Beragam tayangan livestreaming konstruksi dua RS itu beredar luas di dunia maya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Akhirnya, Indonesia Punya Banyak Alat Deteksi Virus Corona
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan bahwa saat ini pemerintah Indonesia telah berhasil mempunyai alat pendeteksi virus corona. Alat tersebut diharapkan dapat mencegah masuknya Virus Corona masuk ke Indonesia.
"Yang sangat penting, Indonesia sudah punya alat untuk mendeteksi virus corona. Ada Prof (Prof. Amien Soebandrio) menyampaikan kemampuan Indonesia mendeteksi bila terjadi sesuatu corona ini," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Prof Amien Soebandrio merupakan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Menurut dia, ada dua alat yang dimiliki Indonesia untuk mendeteksi keberadaan Virus Corona yang berasal dari Wuhan, China.
"Alat untuk dipakai untuk deteksi ini 1 PCR dan 1 lagi sequencing," ujar Prof Amien di kesempatan yang sama.
Prof Amien menyebut Indonesia sudah banyak memiliki alat pendeteksi tersebut yang disimpan di laboratorium dan perguruan tinggi. Namun, kata dia, alat itu tak rutin memeriksa virus corona.
"Di lembaga Eijkman, kami punya dan kami punya pusat genom nasional yang bisa mendeteksi berbagai macam virus," ucapnya.
Advertisement
Butuh Keahlian
Prof Amien menjelaskan pihaknya masih menggunakan alat yang sama, sistem, dan orang yang sama dalam mengidentifikasi Virus Corona. Cukup dengan beberapa jam dan berbagai pengecek, seorang ahli dapat mengetahui apakah manusia tersebut terjangkit Virus Corona.
"Biasanya dilakukan validasi kemudian dicek ulang untuk memastikan apakah itu betul negatif atau betul positif. Kadang-kadang harus mengulangi lagi. Tapi kalau satu prosesnya 4-5 jam sudah selesai," tutur Prof Amien.
Untuk saat ini, dia menututkan bahwa alat pendeteksi Virus Corona masih diimpor dari luar negeri. Prof Amien menekankan bahwa butuh keahlian khusus dalam mengoperasionalkan alat pendeteksi itu agar hasilnya tidak salah.
"Tentu (impor) kita belum bisa bikin. Mesin PCR bisa dipakai untuk pemeriksaan apa saja. Sequencing juga bisa dipakai untuk apa saja," jelas dia.