Studi Baru: Dekat dengan Ibu Dapat Kurangi Potensi Anak Diperlakukan Kasar

Sebuah studi mengatakan jika hubungan sang anak dengan ibunya dekat, maka akan kecil kemungkinannya ia menerima kekerasan dalam hubungan alias toxic relationship. Bagaimana penjelasannya menurut Sains?

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 18 Feb 2020, 20:10 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2020, 20:10 WIB
Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta - Ikatan ibu dan anak sangatlah penting. Tanpa disadari, kedekatan itu akan menandai kepribadian kita, dan pilihan yang kita buat di masa dewasa sangat terkait dengan seberapa erat hubungan yang kita miliki dengan ibu kita selama masa kanak-kanak.

Sebuah studi baru-baru ini menemukan, jika ikatan itu kuat dan positif pada masa dini dalam kehidupan, keputusan cinta anak sepanjang masa remaja akan sehat, tanpa kekerasan atau pelecehan. Hubungan semacam ini kerap dikenal sebagai toxic relationship

Dilansir dari Bright Side, Selasa (18/2/2020), studi sebelumnya telah menemukan bahwa paparan remaja terhadap konflik perkawinan orangtua mereka membuat mereka lebih mungkin untuk memilikinya dengan pasangan masa depan mereka juga. Jika mereka tumbuh dan kerap menyaksikan salah satu orangtua dilecehkan oleh yang lain, mereka mungkin cenderung memiliki hubungan dengan kekerasan juga.

Penelitian baru telah mengungkap sisi sebaliknya. Jika, meskipun memiliki hubungan yang saling bertentangan dengan suaminya, sang ibu sangat mencintai anak-anaknya, ada sedikit kesempatan bahwa anak-anak akan mengulangi cerita yang sama. Mengasuh secara positif di masa kanak-kanak membantu remaja menghindari hubungan yang kasar.

Studi ini dipublikasikan dalam Journal of Interpersonal Violence. Sebuah survei dilakukan di antara 140 anak muda, yang orangtuanya menikah atau tinggal bersama. Setengah dari peserta memiliki orangtua yang memiliki masalah terkait minuman keras. 

Survei dilakukan dua kali: sekali ketika peserta adalah anak-anak berada di kelas delapan, dan satu lagi ketika mereka masih remaja dan dalam 2 tahun terakhir mereka di sekolah menengah. Tujuan dari survei ini adalah untuk melaporkan tingkat keterpaparan terhadap hubungan konflik antara orangtua mereka, persepsi yang dimiliki peserta tentang ibu mereka, dan apakah mereka juga menjadi korban kekerasan.

Hasil penelitian pun mengungkapkan bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh ibu yang positif, penuh kasih, dan sangat menerima kemungkinan kecil untuk terlibat dengan pasangan yang kasar di masa remaja, bahkan jika pernikahan orangtua mereka telah konflik.

Sebaliknya, anak-anak yang ibunya tidak memiliki ikatan cinta dengan mereka lebih terekspos pada efek berbahaya dari konflik pernikahan. Artinya, mereka kemungkinan akan memiliki pasangan yang kasar di usia remaja.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hubungan Orangtua Berpengaruh

Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Menurut penelitian, kualitas hubungan antara orangtua membantu anak-anak membentuk model kerja internal tentang diri mereka sendiri dan orang lain. Jika sang ayah terlibat dalam perilaku kekerasan dan menumbuhkan konflik dengan pasangannya, anak-anak akan belajar untuk melihat orang lain sebagai musuh, dan diri mereka sendiri juga sebagai musuh.

Namun, ketika seorang ibu membesarkan mereka dalam lingkungan positif, penuh dengan komunikasi, penerimaan, dan kehangatan yang positif, anak-anak melihat diri mereka layak dihargai. 

Mengingat bahwa 30% remaja mengalami beberapa bentuk pelecehan dari pasangan mereka, penelitian ini berfungsi sebagai dasar untuk menentukan tindakan guna menghindari situasi seperti itu.

Pengaruh hubungan perkawinan terhadap anak-anak begitu besar, sehingga salah satu cara untuk membantu membesarkan kaum muda dengan persepsi yang kuat dan optimis tentang diri mereka sendiri adalah melalui berbagai intervensi yang mendorong komunikasi yang sehat antara orangtua.

Penting bahwa orang dewasa belajar menyelesaikan konflik mereka di rumah. Membuat orangtua meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah mereka tanpa kekerasan mengurangi stres di dalam keluarga dan meningkatkan keterampilan komunikasi. Pada gilirannya, orang dewasa menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan anak-anak mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya