Liputan6.com, Strasbourg - Prancis mencatat jumlah kematian akibat Virus Corona COVID-19 harian terburuk pada Senin 30 Maret, melebihi 3.000 kasus untuk pertama kalinya.
Wilayah Grand Est adalah yang pertama di Prancis, yang dilanda gelombang infeksi yang telah dengan cepat pindah ke barat untuk menelan wilayah Paris yang lebih besar. Di sana pula, rumah sakit berjuang mati-matian untuk menambah kapasitas tempat tidur perawatan intensif untuk mengatasi masuknya pasien baru.
Melansir Channel News Asia, Selasa (31/3/2020), jumlah kematian akibat virus corona sejak 1 Maret naik 16 persen menjadi 3.024, sementara jumlah kasus perawatan intensif naik lebih dari 10 persen menjadi 5.107, meningkat setelah dua hari mengalami penurunan.
Advertisement
Baca Juga
Perdana Menteri Edouard Philippe telah memperingatkan 67 juta orang di negara itu bahwa minggu-minggu terberat dalam perang melawan epidemi masih akan datang dan para dokter di ibu kota mengatakan pada hari Senin bahwa mereka sudah mendekati titik jenuh.
"Hari ini di unit pulmonologi kami merasa sangat jenuh," Jerome Pinot, seorang dokter di rumah sakit Georges Pompidou di Paris.
"Menemukan tempat dalam perawatan intensif adalah seperti merasakaan sakit kepala yang tidak pernah berakhir. Kami bertanya pada diri sendiri apakah kami dapat memindahkan pasien ini ke unit ini untuk mengambil pasien lain. Ini adalah permainan yang tidak ada habisnya."
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Lockdown Baru Terasa Manfaatnya
Para pejabat kesehatan percaya bahwa manfaat dari lockdown nasional yang telah berlaku sejak 17 Maret akan mulai dirasakan pada akhir minggu.
"Kami tidak jatuh pada saat ini. Kami berharap kenaikan ini akan lebih rendah dalam beberapa hari mendatang," Jerome Salomon, kepala otoritas kesehatan masyarakat Prancis, mengatakan kepada wartawan.
Untuk meringankan tekanan pada sistem, para pejabat ingin mengirim beberapa pasien ke negara lain dan ke daerah yang memiliki kasus lebih minim untuk membuat ruang di daerah yang paling parah sehingga jika puncaknya bergeser, maka ibukota khususnya dapat kembali membawa pasien dalam waktu dua minggu.
"Fase pertumbuhan epidemi di wilayah itu mungkin akan berlangsung dua minggu," kata Pierre Delobel, kepala unit penyakit menular dan tropis di Rumah Sakit Universitas di Toulouse, di mana jumlah kasus telah melonjak dari delapan menjadi 40 dalam seminggu. .
"Lalu akan ada perlambatan tapi itu tidak berarti penurunan, itu akan naik lebih cepat."
Menyoroti upaya personil medis garis depan, seorang dokter, yang hampir pensiun, meninggal di daerah Paris pada akhir pekan karena virus.
"Kami akan menggunakan amarah ini dari kematiannya untuk melawan lebih banyak dan lebih keras dari virus ini," Aurelien Rousseau, direktur jenderal otoritas kesehatan wilayah Paris, mengatakan dalam sebuah surat yang dipublikasikan.
Advertisement