Sukses Redam Corona COVID-19, Selandia Baru Siap Buka Perbatasan

Selandia Baru siap buka perbatasan untuk Australia dan Singapura. Kasus Virus Corona (COVID-19) di Selandia Baru relatif kecil.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 17 Apr 2020, 08:04 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2020, 08:04 WIB
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern berbicara kepada perwakilan komunitas Muslim pada Sabtu, 16 Maret 2019 di Canterbury Refugee Centre di Christchurch, Selandia Baru, sehari setelah penembakan massal di dua masjid di kota.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern berbicara kepada perwakilan komunitas Muslim pada Sabtu, 16 Maret 2019 di Canterbury Refugee Centre di Christchurch, Selandia Baru, sehari setelah penembakan massal di dua masjid di kota.(New Zealand Prime Minister Office via AP)

Liputan6.com, Wellington - Selandia Baru menjadi negara pertama yang siap membuka kembali perbatasan internasional mereka. Ini karena kasus Virus Corona (COVID-19) di Selandia Baru berhasil terkendali.

Dilaporkan ABC Australia, Kamis (16/4/2020), Selandia Baru sudah mencatat 1.400 kasus COVID-19, sementara Australia terus mencatat penurunan penularan baru selama dua minggu terakhir.

Keberhasilan meredam Virus Corona membuat Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters mengatakan negaranya mungkin akan membuka perbatasan dengan Australia lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara lain.

"Angka yang ada hampir sama dengan Australia dan bila angka tetap seperti sekarang, kemungkinan pembukaan perbatasan serius dipertimbangkan." katanya.

Tapi pihak Australia, seperti yang dikatakan PM Scott Morisson, tidak sedang mempertimbangkan untuk mengubah kebijakannya soal penutupan perbatasan negaranya saat ini.

Perdana Menteri Jacinda Ardern juga sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk membuka kembali perbatasannya dengan Singapura.

Hingga kini, ada dua WNI di Australia yang terkena Virus Corona, namun tak ada WNI yang tertular di Selandia Baru. Berikut kabar WNI di Selandia Baru.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kabar WNI di Selandia Baru

PM Selandia Baru, Jacinda Ardern
PM Selandia Baru, Jacinda Ardern. (Liputan6/AP)

Duta Besar  RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya mengatakan kepada ABC bahwa sejauh ini dari 1.400 kasus COVID-19 di Selandia baru, tidak terdapat warga asal Indonesia.

Namun ia mengatakan ada 20 warga Indonesia yang "terdampar" di Selandia Baru karena berbagai alasan.

"Mereka baru bisa kembali ke Indonesia setelah penerbangan ke luar negeri kembali dibuka pemerintah Selandia Baru yang diperkirakan awal Juni," kata Dubes Tantowi Yahya kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia, Kamis sore (16/04).

Dubes Tantowi, yang juga menjadi Duta Besar Luar Biasa RI untuk Samoa dan Kerajaan Tonga, merasa yakin jika Selandia Baru akan termasuk dalam negara-negara yang sukses menangani virus corona.

Menurut Tantowi Pemerintahan PM Ardern sudah mengambil kebijakan yang benar, melihat angka penularan COVID-19 di Selandia Baru terus menurun, dengan jumlah pasien di rumah sakit hanya 15 orang dan lebih banyak yang sembuh, sejak lockdown diberlakukan.

KBRI di Wellington hingga saat ini masih membuka layanan bagi warga Indonesia di Selandia Baru, meski sebagian besar staf-nya bekerja dari rumah karena mengikuti anjuran Pemerintah Selandia Baru.

"Setiap hari ada 3 staff yg bertugas di KBRI dalam rangka pelayanan konsuler terbatas dan memonitor keberadaan dan keadaan WNI.


Pejabat Selandia Baru Potong Gaji

Jacinda Ardern
Jacinda Ardern (AP Photo/Nick Perry)

PM Ardern telah banyak mendapat pujian internasional, termasuk dari warga Australia, karena kepemimpinannnya dalam menangani pandemi virus corona.

Rabu kemarin, PM Ardern mengumumkan jika ia, seluruh menteri dalam kabinetnya, serta beberapa pejabat lainnya akan memotong gaji mereka.

"Saya sendiri, jajaran menteri dan direktur eksekutif [lembaga] pelayanan publik akan dipotong gaji 20 persen untuk enam bulan ke depan, karena kami merasakan warga Selandia Baru yang bergantung pada subsidi upah, melakukan pemotongan gaji, dan kehilangan pekerjaan sebagai akibat dari Pandemi global COVID-19," ujarnya.

PM Ardern mengatakan pemotongan gaji tersebut hanyalah tindakan simbolik karena secara keseluruhan tidak akan berdampak besar terhadap posisi keuangan pemerintah.

Namun para pekerja yang disebut berada di garis depan dalam perang melawan virus corona seperti dokter dan perawat tidak akan mengalami pemotongan gaji.

Sebagai perbandingan, gaji PM Australia Scott Morrison adalah sekitar Rp 5,5 miliar per tahun, dan Australia memiliki 26 juta penduduk.

Menanggapi keputusan PM Ardern tersebut, Bendahara Utama (Menteri Keuangan senior) Australia, Josh Frydenberg mengatakan Australia telah membekukan kenaikan gaji sebanyak dua persen, yang awalnya diperuntukkan bagi para politisi dan pegawai negeri.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya