Demi Cegah Wabah Baru, Australia Siap Beri Pelatihan di Asia Tenggara Termasuk RI

Australia siap melatih peternak dan dokter hewan dari 11 negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia demi mencegah wabah penyakit.

diperbarui 29 Apr 2020, 10:52 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2020, 10:52 WIB
Bendera negara Australia - AFP
Bendera negara Australia - AFP

Sydney - Beragam langkah ditempuh agar wabah penyakit baru tak terjadi di masa mendatang, meski saat ini dunia tengah dalam pandemi Virus Corona COVID-19.

Ilmuwan dan pakar sains Australia akan melatih para peternak dan dokter hewan dalam mengamati dan menyelidiki penyakit-penyakit hewan, sebagai upaya mencegah pandemi yang mematikan di masa depan.

Mereka akan melatih peternak dan dokter hewan dari 11 negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Sekitar 40 pakar dari sejumlah Fakultas Kedokteran Hewan di Australia, Selandia Baru dan kawasan Asia Pasifik terlibat dalam proyek tersebut.

Para peternak akan dilatih metode pemantauan, melacak pola, serta melihat perubahan yang terjadi pada hewan, selain juga menyelidiki bila ada wabah.

Program ini akan menghabiskan dana AU$4,3 juta (lebih dari Rp 43 M), yang akan didanai oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT), dengan dipimpin oleh para peneliti dari University of Sydney.

"Pada dasarnya kita akan melatih mereka menjadi detektif penyakit hewan, sama seperti melatih detektif polisi," kata Associate Professor Navneet Dhand seperti dikutip dari ABC Australia, Rabu (29/4/2020). 

Hampir 75 persen penyakit menular yang sekarangan bermunculan, termasuk Virus Corona, berasal dari hewan, yang kemudian menyebar ke manusia.

 

Saksikan juga Video Berikut Ini:

Untuk Melacak Kasus

Ilustrasi Virus
Ilustrasi Virus (Bola.com/Pixabay)

Dr Dhand mengatakan maksud dari pelatihan adalah untuk melacak kasus, kemudian melaporkan kepada pihak berwenang sebelum wabah besar terjadi, sehingga bisa menyelamatkan banyak nyawa manusia dan hewan.

"Dokter hewan harusnya bisa mengidentifikasi bila ada penyakit baru yang terjadi, bisa mengambil sampelnya dari hewan-hewan tersebut, mengirim sampel ke laboratorium, menyelidiki penyebaran wabah, mengumpulkan data dari petani, dan melacak penyebaran virus seperti yang dilakukan sekarang dengan COVID-19," katanya.

Associate Professor Jenny-Ann Toribio, yang juga dari University of Sydney, mengatakan kawasan Asia Pasifik dikenal sebagai tempat yang paling memungkinkan terjadi penyebaran dan munculnya penyakit menular.

"Ini karena adanya kawasan yang penduduknya padat dengan manusia dan hewan, adanya pertanian intensif yang terus mengambil lahan hutan liar, dan juga pergerakan hewan hidup yang melakukan perjalanan panjang," kata Jenny-Ann Toribio.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya