27-6-1801: Inggris dan Kesultanan Utsmani Rebut Kairo dari Prancis

Ini sejarah singkat kekalahan Prancis di Kairo.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 27 Jun 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2020, 06:00 WIB
Menikmati Mesir Lewat Kemegahan Piramida dan Spinx
Sejumlah wisatawan melihat bangunan Sphinx di kompleks Piramida Giza di pinggiran Ibukota Kairo, Mesir (6/12). Di kompleks ini berdiri tiga Piramid besar ditambah satu buah Sphinx. (AFP Photo/Mohamed El-Shahed)

Liputan6.com, Kairo - Sekitar dua abad yang lalu, Inggris dan Kekhalifahan Utsmani dari Turki bekerja sama untuk merebut Kairo dari Prancis. Koalisi keduanya mengakhiri pencapaian Napoleon Bonaparte di Prancis.

Mesir sejatinya merupakan daerah berharga milik Utsmani sejak 1517, namun kekuasaan kesultanan mendapat oposisi kuat dari pasukan Dinasti Mamluk. Prancis melihat perseteruan tersebut sebagai celah untuk berkuasa.

Menurut situs History of War, Prancis masuk ke daerah Mesir dengan cara memberantas pasukan Mamluk. Prancis yakin dengan cara itu rakyat Mesir akan menganggap mereka sebagai pahlawan, dan Utsmani akan berterima kasih.

Pada Juli 1798 Napoleon tiba di Iskandariyah membawa puluhan ribu pasukannya.

Dalam kampanye perang di Mesir, Napoleon turut memakai agama untuk meraup simpati. Napoleon mengeluarkan deklarasi bahwa Prancis merupakan sahabat umat Muslim dan menghormati agama Islam.

"Saya menyembah Tuhan, dan menghormati Rasul-Nya, dan Al-Quran," tulis Napoleon.

Tujuan Napoleon sebetulnya ingin menjadikan Mesir sebagai koloni agar memudahkan Prancis menyerang India yang dikuasai Inggris.

Pasukan Napoleon kemudian berhasil memukul mundur Mamluk di Pertempuran Piramida (1798). Sayangnya, hubungan Turki dan Prancis tidak berjalan baik.

Pada tahun yang sama, Turki menyatakan perang ke Prancis di Mesir. Napoleon pun terpaksa kembali ke Prancis karena ada perang besar di Eropa.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Kairo Dikepung

Menikmati Mesir Lewat Kemegahan Piramida dan Spinx
Seorang pria menunggang unta dengan latar belakang piramida Khafre yang berada di dataran tinggi Giza di pinggiran barat daya ibukota Kairo, Mesir (6/12). (AFP Photo/Mohamed El-Shahed)

Ketika Napoleon kembali ke Prancis, Perang Koalisi Kedua sedang terjadi di Eropa. Inggris, Rusia, hingga Turki berusaha menyerang Prancis.

Perwira Inggris bernama Lord Abercomby diperintahkan menyerang Mesir yang dikuasai Prancis. Kesultanan Utsmani lantas ikut membantu.

Saat itu, pihak Prancis di Mesir dipimpin oleh Jacques-François Menou.

Awalnya pasukan Inggris mendarat di pantai Mesir bersama pasukan Utsmani dalam jumlah kecil. Pasukan Utsmani yang lebih besar tiba melalui jalur Palestina dan dipimpin langsung oleh Wazir Agung Yusuf Ziya Pasha. Tak hanya itu, Inggris juga memanggil bantuan dari pasukannya di India.

Lord Abercomby gugur dalam pertempuran di Aleksandria, namun Menou berhasil dibuat terpojok. Selanjutnya, total 20 ribu pasukan Inggris-Utsmani mengepung Kairo. Peristiwa ini disebut Pengepungan Kairo.

Perwira Prancis yang menjaga Kairo akhirnya menyerah pada 27 Juni 1801 karena kalah jumlah.

Kekalahan itu adalah tanda berakhirnya kekuasaan Prancis di Mesir. Meski demikian, Napoleon berhasil memenangkan Perang Koalisi Kedua yang berkecamuk di Eropa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya