Liputan6.com, Jakarta - Pocahontas merupakan salah satu putri Disney yang paling cemerlang. Perannya tak hanya sekadar putri cantik, melainkan menjadi pejuang bagi lingkungannya dari kolonialisme.
Sebagai catatan, adaptasi film-film Disney tidak selalu mengikuti sumber aslinya. Ambil contoh kisah The Little Mermaid karangan Hans Christian Andersen yang sejatinya lebih gelap ketimbang versi Disney.
Advertisement
Baca Juga
Cerita The Hunchback of Notre Dame juga mengalami simplifikasi, sebab nasib hubungan Esmeralda dan Quasimodo di novel karya Victor Hugo tidak berakhir bahagia, walau tetap menyentuh. Ini tak terkecuali kisah Pocahontas.
Mungkin sudah banyak yang mengetahui bahwa Pocahontas sebetulnya adalah tokoh nyata, namun mungkin belum banyak yang tahu bahwa Pocahontas juga terkenal di Kerajaan Inggris, bahkan ia dimakamkan di sana.
Kedatangan Pocahontas ke Inggris bukanlah karena menikahi John Smith yang menjadi love interest-nya di film Disney. Ia datang ke Inggris karena menikahi pria bernama John Rolfe, seorang pebisnis Inggris dari koloni Virgnia.
Mengutip Britannica, Pocahontas bertemu John Rolfe ketika ia diculik dan dibawa ke kota koloni Jamestown. Pocahontas diperlakukan dengan baik selama menjadi tawanan.
Pocahontas sejatinya memang keluarga bangsawan. Ayahnya yang bernama Powhatan (atau dipanggil Wahunsenacah) adalah ketua dari aliansi suku asli Amerika di wilayah Virginia. Powhatan aktif berhadapan dengan para koloni Inggris di wilayahnya.
Saat menjadi tawanan, Pocahontas menjalin kasih dengan John Rolfe yang merupakan pebisnis sukses. Mereka akhirnya menikah pada 1614. Pernikahan mereka mendapat restu dari Gubernur Virginia dan Powhatan. Kedua pihak pun berdamai.
Usai menikah, Pocahontas yang telah masuk Kristen mendapatkan nama baru, yakni Rebecca Rolfe. Usia Pocahontas masih 17 tahun ketika menikah, sementara Rolfe sudah masuk kepala tiga.
Meski demikian, situs Indian Country Today mempertanyakan hubungan Pocahontas dan John Rolfe. Ada versi sejarah yang menyebut Rolfe sebetulnya hanya ingin belajar teknik penyembuhan tembakau suku Powhatan.
Teknik itu sejatinya tak boleh diajarkan ke orang asing.
Pasangan baru ini pun pergi ke Inggris setelah menikah. Dan kehidupan baru Pocahontas dimulai di Inggris, begitu pula kematiannya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Antara Investasi dan Racun
Pernikahan Pocahontas dan John Rolfe melahirkan seorang putra bernama Thomas. Ketiganya pergi ke Inggris pada 1616 bersama rombongan.
Pocahontas mendapat sambutan positif di Inggris. History.com menyebut Pocahontas bahkan bisa bertemu Raja James I (putra dari Mary, Ratu Skotlandia) yang waktu itu berkuasa di Inggris.
Saat di Inggris, Pocahontas juga bahagia bisa bertemu John Smith yang sempat ia temui dan selamatkan di Virginia.
Meski demikian, ada pandangan bahwa membawa Pocahontas ke Inggris hanya teknik marketing.
Britannica menyebut masyarakat Inggris tidak suka dengan praktik kolonialisme, maka dari itu Pocahontas dibawa ke Inggris untuk menujukan sosok "beradab". Tujuannya supaya investor dan Raja James I tertarik menanam dana di Virginia.
Sebelum pulang ke Virginia, Pocahontas mendadak sakit dan tewas. Para akademisi menyebut perempuan itu menderita sakit, namun versi lain menyebut Pocahontas diracun.
Indian Country Today menyebut keadaan Pocahontas sehat ketika pergi ke Virginia. Ketika di Inggris, Pocahontas sadar sedang diperdaya belaka dan ingin segera kembali ke tanah airnya.
Pocahontas mulai sakit dan muntah usai makan malam sebelum pulang ke Virginia. Akademisi tidak bisa memastikan sebetulnya apa penyakit Pocahontas, ada yang menyebut tuberkolosis, serta cacar.
History.com turut menulis bahwa rombongan Pocahontas, termasuk kakaknya, meyakini bahwa Pocahontas diracun. Jasadnya tidak dipulangkan ke tanah kelahirannya, dan dikebumikan di Kent, Inggris. Usianya saat itu 21 tahun.
Putra Pocahontas tetap berada di Inggris hingga ia dewasa. Sekitar 18 tahun kemudian, putranya kembali ke Virginia dan menjadi pebisnis sukses.
Advertisement