Inggris Ajak Dunia Pakai Energi Hijau Usai Pandemi Corona COVID-19

Inggris menjadikan pandemi Virus Corona (COVID-19) sebagai momentum beralih menuju energi hijau.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Jul 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2020, 11:00 WIB
Ilustrasi lari di hutan
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Inggris mengajak dunia agar menjadikan pandemi Virus Corona (COVID-19) sebagai momentum untuk transisi ke energi hijau. Pandemi yang terjadi disebut sebagai peringatan ketika hubungan manusia dan alam terganggun.

Survei global dari Ipsos MORI menemukan bahwa 71 persen dari penduduk dunia setuju bahwa dalam jangka panjang, bahaya dari perubahan iklim sama besarnya dengan virus corona. Penggunaan energi hijau, selain menjaga alam, juga dianggap semakin murah.

"Biaya menggunakan energi terbarukan semakin menurun tiap tahunnya dan pengembangannya tidak memiliki risiko yang besar terhadap lingkungan," tulis pernyataan resmi Kedutaan Besar Inggris, Jumat (7/10/2020).

Inggris pun mengajak semua negara agar konsisten mengikuti Kesepakatan Paris (L'accord de Paris) dalam rangka melawan perubahan iklim yang berbahaya.

"Saat ini, kita sedang berjalan menuju perubahan iklim yang berbahaya dan berpotensi penuh bencana. Inggris berharap bahwa semua negara dapat menjunjung Kesepakatan Paris dan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan sebagai kerangka penting untuk memandu upaya pemulihan dari krisis COVID-19," jelas Kedubes Inggris.

Pada 9 Juli kemarin, 40 menteri berbagai negara baru saja berkumpul untuk membahas energ dan iklim global International Energy Agency (IEA) Clean Energy Transitions Summit. Semua negara yang hadir menyampaikan dukungan pada transisi menuju energi hijau untuk menghadapi tantangan saat ini.

Pertemuan IEA dihadiri tokoh penting dunia di bidang ekonomi dan energi, seperti Alok Sharma (Menteri Bisnis dan Energi Inggris), Dan Brouillette (Menteri Energi Amerika Serikat), Hiroshi Kajiyama (Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang), dan Zhang Jianhua (direktur Administrasi Energi Nasional China).

Pemerintah Indonesia juga hadir diwakili Menteri ESDM Arifin Tasrif. Indonesia dan IEA sepakat untuk mendorong investasi swasta dalam sumber energi terbarukan bersama dengan BUMN yakni PT PLN (Persero).

Pertemuan ini turut menjadi persiapan bagi Inggris yang akan menjadi tuan rumah acara Konferensi Perubahan Iklim atau Conference of the Parties (COP) ke-26 di Glasgow tahun depan. Inggris pun terus mendorong program dalam negeri yang mendukung energi hijau

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Kebijakan Hijau Inggris

Peluang Investasi EBT di Indonesia Semakin Terbuka Lebar
Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 12 Tahun 2017 membuat peluang investari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) semakin terbuka lebar.

Minggu ini, Pemerintah Inggris mengumumkan skema-skema “hijau” yang akan membantu menciptakan ribuan pekerjaan, membantu kelestarian lingkungan, dan menghidupkan kembali ekonomi yang terdampak pandemi. Pemulihan itu dilakukan dengan cara yang lebih ramah lingkungan.

Kebijakan dalam negeri Inggris meliputi: Rp 36 triliun untuk membuat lebih dari 65.000 rumah menjadi lebih efisien dalam penggunaan listrik. Lebih dari 1/5 total emisi gas rumah kaca di Inggris berasal dari penghangat ruangan.

Dengan cara-cara seperti misalnya meningkatkan kualitas insulasi dan memasang jendela lapis dua, kehangatan di rumah bisa lebih terjaga, sehingga menghemat listrik dan uang.

Selanjutnya, ada Rp 18 triliun untuk menjadikan bangunan-bangunan publik di seluruh Inggris (seperti misalnyasekolah dan rumah sakit) menjadi lebih ramah lingkungan, antara lain dengan cara meningkatkan efisiensi penggunaan listrik dan meningkatkan kualitas insulasi sehingga dapatmenghemat pengeluaran untuk listrik dan gas sebagai penghangat ruangan.

Hal ini akan membantu ambisi Inggris untuk mencapai target emisi neto nol sebelum 2050. Kedua langkahdi atas diperkirakan dapat menciptakan 140.000 pekerjaan yang ramah lingkungan.

Penciptaan lapangan kerja yang ramah lingkungan juga dilaksanakan. Ada 5,000 pekerjaan baru melalui proyek pengembangan kawasan alamiah Inggris– seperti misalnya penanaman pohon, membersihkan sungai-sungai, dan menciptakan ruang-ruang hijau baru untuk masyarakat dan margasatwa. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya