8.000 Bangunan Dilaporkan Hancur Akibat Ledakan Dahsyat di Beirut Lebanon

Ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, Lebanon, menghancurkan sebanyak 8.000 bangunan.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 12 Agu 2020, 14:01 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2020, 14:01 WIB
FOTO: Proses Pencarian Korban Ledakan Besar di Beirut Lebanon
Petugas penyelamat dan keamanan bekerja di lokasi ledakan besar di Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020). Ledakan yang mengakibatkan puluhan orang tewas dan ribuan lainnya terluka tersebut meratakan pelabuhan dan merusak bangunan di seluruh Beirut. (AP Photo/Hussein Malla)

Liputan6.com, Jakarta Ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, Lebanon, menghancurkan sebanyak 8.000 bangunan. Di antaranya termasuk 50 bangunan kuno.

Sekretaris Jenderal High Relief Commission (HRC) Mohammed Khair mengatakan, perhitungan seluruh kerusakan akibat ledakan akan disimpulkan pada Rabu (12/8/2020), seperti dikutip dari Kantor Berita Anadolu. Skala kerusakan bangunan di setiap area dilaporkan berbeda-beda.

HRC berafiliasi dengan Kabinet dan fungsinya meliputi penyaluran bantuan dan penanggulangan bencana.

Pemerintah menyalahkan timbunan 2.750 ton Amonium Nitrat di sebuah gudang sebagai penyebab ledakan Beirut, yang menewaskan sedikitnya 160 orang dan melukai ribuan orang. Peristiwa itu juga menyisakan jejak kehancuran di seluruh wilayah ibu kota.

Ledakan di pelabuhan Beirut pada Selasa, terjadi pada saat Lebanon didera krisis keuangan parah dan pandemi Virus Corona COVID-19.

Aksi protes turun ke jalan anti-pemerintah berlangsung selama dua hari terakhir, dengan massa menyerbu gedung pemerintah dan bentrok dengan aparat kepolisian.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


PM Lebanon Mundur

Hassan Diab
PM Lebanon, Hassan Diab (kanan) mengajukan pengunduran dirinya kepada Presiden Michel Aoun di istana presiden di Baabda, ibu kota Beirut pada 10 Agustus 2020. Pengunduran diri Diab dilakukan di tengah kemarahan rakyat atas ledakan besar di Beirut pada 4 Agustus lalu. (HO/DALATI AND NOHRA/AFP)

Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengundurkan diri dari jabatannya usai ledakan dahysat di Beirut berujung pada demonstrasi. Ia juga membubarkan pemerintahannya untuk memenuhi protes massa yang menuntut otoritas setempat bertanggung jawab atas ledakan yang menghancurkan Beirut.

Diab, lewat pidatonya, juga menyebut ledakan itu dan aksi kemarahan warga merupakan buah dari korupsi rezim terdahulu yang telah mendarah daging di Lebanon.

Ledakan yang disebabkan lebih dari 2.000 ton amonium nitrat di gudang pelabuhan pada 4 Agustus itu menyebabkan 163 orang tewas dan lebih dari 6.000 warga luka-luka, serta merusak sebagian besar bangunan di Beirut, Ibu Kota Negara Lebanon.

Insiden itu memperburuk krisis ekonomi dan politik yang telah terjadi selama berbulan-bulan di Lebanon. 

"Hari ini kami mengikuti kehendak masyarakat yang menuntut tanggung jawab otoritas terkait terhadap bencana ini, (mereka) yang memilih untuk bersembunyi selama tujuh tahun, (dan kami akan mengikuti) keinginan mereka yang menuntut perubahan," kata Diab saat mengumumkan pengunduran dirinya.

Presiden Lebanon Michel Aoun menerima pengunduran diri pemerintahan Diab. Namun ia meminta mereka untuk sementara ini menjadi pelaksana tugas sampai kabinet baru terbentuk, demikian isi pengumuman otoritas setempat sebagaimana disiarkan lewat televisi.

Pemerintahan Diab terbentuk pada Januari dan ia mendapat dukungan dari kelompok Hizbullah di Iran.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya