Yunani Kecam Turki Ubah Fungsi Museum Gereja Chora Menjadi Masjid

Yunani mengecam langkah Turki untuk mengubah museum Chora, bekas gereja Ortodoks Yunani Bizantium berusia 1.000 tahun, menjadi sebuah masjid.

oleh Hariz Barak diperbarui 23 Agu 2020, 14:01 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2020, 14:01 WIB
Gereja Chora
Seorang perempuan mengunjungi gereja St. Savior yang dikenal sebagai Kariye dalam bahasa Turki, di Chora Istanbul, Jumat (21/8/2020). Presiden Recep Tayyip Erdogan mengubah bekas gereja Bizantium itu menjadi masjid, sebulan setelah membuka Hagia Sophia sebagai rumah ibadah Muslim. (AP/Emrah Gurel)

Liputan6.com, Athena - Yunani mengecam langkah Turki untuk mengubah museum gereja Chora (The Church of the Holy Saviour in Chora), bekas gereja Ortodoks Yunani Bizantium berusia 1.000 tahun, menjadi sebuah masjid.

Athena mengatakan langkah itu sebagai "benar-benar terkutuk", demikian seperti dikutip dari IndiaTV, Minggu (23/8/2020).

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat 21 Agustus, Kementerian Luar Negeri Yunani mengatakan bahwa setelah mengubah museum ikonik Hagia Sophia menjadi masjid dan meskipun mendapat kritik internasional, Turki sekarang secara brutal menghina "karakter monumen warisan budaya Unesco lainnya di dalam wilayah Turki", lapor Xinhua News Agency.

Juga dikenal sebagai Kariye, museum Chora yang terletak di Istanbul dibangun pada abad ke-4 sebagai bagian dari kompleks biara.

Chora dibangun kembali secara komprehensif sekitar tahun 1077-81 dan sekali lagi setelah runtuh sebagian setelah gempa bumi pada awal abad ke-12, lapor Hurriyet Daiily News.

Situs ikonik tersebut adalah gereja Bizantium abad pertengahan yang dihiasi dengan lukisan dinding Penghakiman Terakhir abad ke-14 yang tetap berharga di dunia Kristen.

Awalnya diubah menjadi Masjid Kariye setengah abad setelah penaklukan Istanbul 1453 oleh Kekaisaran Ottoman.

Bangunan itu menjadi museum setelah Perang Dunia II, dan sekelompok sejarawan seni Amerika kemudian membantu memulihkan mosaik gereja asli dan membukanya untuk publik pada tahun 1958.

Keputusan untuk mengubah museum Chora menjadi masjid datang hanya sebulan setelah perubahan serupa dari Hagia Sophia abad ke-5 di Istanbul, juga situs Warisan Dunia Unesco.

Ini menarik reaksi keras dari Yunani dan banyak negara lain.

Setelah runtuhnya kekaisaran Bizantium hingga pemerintahan Ottoman pada abad ke-15, kedua bekas gereja Kristen Ortodoks Yunani diubah menjadi masjid dan dibuka sebagai museum pada abad ke-20.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, Dewan Negara Turki memutuskan bahwa status kedua monumen di Chora tersebut dapat berubah, dan kemudian diubah menjadi masjid.

Salat Jumat pertama di Hagia Sophia diadakan pada 24 Juli 2020.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut:


Turki Merespons Kritik dari Yunani

Gereja Chora
Orang-orang mengunjungi Gereja St. Savior yang dikenal sebagai Kariye dalam bahasa Turki, di Chora Istanbul, Jumat (21/8/2020). Presiden Recep Tayyip Erdogan mengubah bekas gereja Bizantium itu menjadi masjid, selang sebulan setelah Hagia Sophia dibuka sebagai rumah ibadah Muslim. (AP/Emrah Gurel)

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Turki menanggapi pernyataan Yunani bahwa keputusan untuk mengubah museum menjadi masjid adalah "provokasi," mengatakan bahwa Turki melindungi semua aset budayanya "dengan cermat".

Kementerian meminta Athena untuk menyediakan fasilitas yang diperlukan bagi umat Islam di negara itu untuk dapat menjalankan iman mereka.

"Upaya Yunani untuk membuat agenda palsu pasti gagal," kata Turki.

Juga pada hari Jumat, beberapa penduduk Istanbul bergegas ke gedung itu, beberapa berharap untuk mengadakan salat di sana, kata Anadolu Agency yang dikelola pemerintah Turki.

"Seperti Hagia Sophia, ini adalah masjid penting bagi umat Islam," kata kantor itu mengutip warga Istanbul Cuma Er.

"Kami datang ke sini untuk berdoa setelah kami mengetahui tentang keputusan itu. Tapi kami telah diberitahu bahwa itu belum dibuka untuk doa. Kami menunggu pembukaannya."

Bulan lalu, Presiden Erdogan bergabung dengan ratusan jamaah untuk salat Muslim pertama di Hagia Sophia dalam 86 tahun. Sebanyak 350.000 mengambil bagian dalam doa-doa di luar gedung.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya