Update 3 September: Hampir 26 Juta Orang di Dunia Positif COVID-19, 17,2 Juta Pasien Pulih

Per Kamis 3 September 2020, 25.934.466 orang di dunia terinfeksi Virus Corona COVID-19 dan 17.209.534 pasien sembuh menurut Coronavirus COVID-19 Global Cases by Johns Hopkins CSSE.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 03 Sep 2020, 11:38 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2020, 10:34 WIB
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19.
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta- Infeksi Virus Corona COVID-19 di seluruh dunia pada hari Selasa per pukul 09.27 WIB telah mencapai 25.934.466 kasus. 17.209.534 di antaranya telah dinyatakan sembuh berdasarkan COVID-19 Dashboard by the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University.

Sebanyak 861.512 orang di dunia tercatat telah meninggal dunia akibat COVID-19.

Kini, Brasil masih berada di posisi teratas yang mencatat pasien pulih dengan 3.387.309 orang, lalu India sebanyak 2.901.908.

AS, negara dengan jumlah kasus terbesar di dunia, saat ini tercatat memiliki 6.113.160 infeksi dengan 2.231.757 pasien pulih.

Negara Bagian New York mencatat jumlah pasien sembuh COVID-19 terbanyak di AS, sebanyak 75.203 orang pulih. 

Saat ini, Brasil, India, Rusia, dan Peru masih tercatat sebagai negara dengan kasus infeksi terbesar setelah AS, seperti dikutip dari gisanddata.maps.arcgis.com, Kamis (3/9/2020).

Brasil masih berada di posisi kedua dengan jumlah infeksi Virus Corona COVID-19 terbesar, sebanyak 3.997.865 kasus. 

Selanjutnya, pasien COVID-19 terbesar ketiga tercatat di India, sebanyak 3.769.523 kasus.

Sementara di Rusia, 1.001.965 orang dinyatakan positif terkena Virus Corona COVID-19, dan 819.043 pulih. 

Berada di Posisi kelima untuk kasus terbanyak, infeksi COVID-19 di Peru telah mencapai 657.129 dengan 480.177 orang pulih.

Saksikan Video Berikut Ini:

Turki di Puncak Kedua Wabah Virus Corona COVID-19

FOTO: Turki Longgarkan Lockdown, Para Lansia Diizinkan Keluar Rumah
Para lansia jalan-jalan di Istanbul, Turki, Minggu (10/5/2020). Ini merupakan kali pertama para lansia keluar rumah dalam tujuh pekan terakhir setelah Turki menerapkan lockdown untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19. (Xinhua/Osman Orsal)

Turki dilaporkan berada di puncak kedua dari wabah Virus Corona COVID-19. 

Hal tersebut, menurut Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca, karena acara-acara atau pertemuan lainnya yang digelar secara lalai.

Acara-acara itu di antaranya seperti perayaan pernikahan dan hari raya.

"Kami sedang melewati puncak kedua dari gelombang pertama Virus Corona. Kecerobohan di pesta pernikahan dan hari raya keagamaan telah membawa kami ke titik ini," jelas Koca, seperti dikutip dari US News.

Namun, Menteri Kesehatan tersebut menambahkan bahwa lockdown untuk mengekang wabah tidak ada dalam agenda pemerintah untuk saat ini.

Koca juga menerangkan, bahwa "Virus menyebar ke lebih banyak orang setiap hari. Jumlah tes kami meningkat setiap hari, jumlah pasien baru kami tidak turun". 

Sementara itu, Koca menambahkan bahwa sebanyak  29.865 petugas kesehatan terinfeksi, dan 52 meninggal dunia.

Kematian akibat COVID-19 dikatakan telah melonjak ke level tertinggi sejak pertengahan Mei, ketika lockdown diberlakukan, dan kasus baru telah meningkat ke level pertengahan Juni, di hampir 1.600.

Sebagian besar sektor konomi telah dibuka kembali di Turki, dan mencabut akhir pekan dan penguncian khusus usia pada awal Juni.

Menurut data Kementerian Kesehatan Turki, jumlah kasus baru naik 1.596 menjadi 273.301 dalam 24 jam terakhir,  sementara jumlah kematian akibat virus naik 45 menjadi 6.462 pada 2 September.

Para dokter dan dan kelompok medis di Turki telah memperingatkan, bahwa beberapa rumah sakit sudah mencapai kapasitasnya.

Pemerintah mengumumkan pembatasan baru pada acara pernikahan, menyusul pernyataan Koca.

Pembatasan itu mencakup durasi acara, yang hanya diizinkan selama satu jam, dan melarang semua makanan dan minuman di acara.

Tak hanya itu, kalangan lansia dan anak-anak juga disarankan tidak menghadiri acara.

Bulan lalu, Asosiasi Medis Turki sempat mengatakan bahwa berdasarkan tes antibodi, kemungkinan ada sekitar 10 kali lebih banyak pasien Virus Corona COVID-19 aktif daripada yang terdapat di penghitungan resmi.

Tetapi Koca tetap mendukung akurasi penghitungan resmi dan mendesak orang untuk lebih berhati-hati.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya