Kenakan Baju Berbelahan Dada Rendah, Mahasiswi Ini Ditolak Masuk Museum Prancis

Baru-baru ini viral di Twitter tentang mahasiswa sastra Prancis, Jeanne yang menerima penolakan saat berkunjung ke Museum Musée d'Orsay karena ia mengenakan gaun yang terbuka di bagian dada.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Sep 2020, 18:35 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2020, 18:35 WIB
Mahasiswi Prancis Ditolak Masuk Museum karena Kenakan Busana Berbelahan Dada Rendah,
Jeanne, mahasiswi sastra Prancis yang ditolak masuk Museum Musée d’Orsay. (dok. Twitter @jeavnne/https://twitter.com/jeavnne/status/1303648509846061056?s=09 /Brigitta Bellion)

Liputan6.com, Perancis - Museum Musée d'Orsay adalah salah satu daya tarik wisata terbesar di Paris. Tempat bagi beberapa lukisan telanjang yang terkenal dari abad ke-19 di Prancis.

Namun, baru-baru ini lokasi itu jadi sorotan lantaran mahasiswa sastra Prancis, Jeanne ditolak saat berkunjung ke museum tersebut. Melansir BBC, Jumat (11/9/2020), alasan museum karena saat itu ia mengenakan gaun yang terbuka di bagian dada dan memperlihatkan payudaranya.

Namun bukannya menjelaskan apa yang terjadi, staf museum hanya mengatakan "aturan adalah aturan", dan menyuruhnya untuk mengenakan jaketnya jika ingin masuk.

Kesal dengan perlakuan staf museum, ia pun membagikan kisahnya tersebut di media sosial dengan foto diri tengah duduk di restoran empat jam sebelum pergi ke museum dengan seorang teman. Dia menggambarkan bagaimana kesalnya saat petugas museum pertama menatap payudaranya, lalu tidak mengizinkannya masuk tanpa memberi tahu aturan apa yang dia langgar.

Kisahnya kemudian viral di Twitter.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Penjelasan Jeanne

Mahasiswi Prancis Ditolak Masuk Museum karena Kenakan Busana Berbelahan Dada Rendah,
Bagian dalam Musée d'Orsay. (dok. Instagram @museeorsay/ https://www.instagram.com/p/CCN06jnI9vA/?igshid=82wfd8r2mpen /Brigitta Bellion)

Menurut penuturan Jeanne, suhu mencapai 26 derajat Celcius saat ia hendak mengunjungi museum Musée d'Orsay bersama temannya. Namun tak seperti yang diharapkan, ia justru ditolak masuk ketika ingin menghabiskan sisa harinya di sana.

Jeanne menceritakan bahwa saat ia hendak memberikan tiket, ia mendapati petugas museum sedikit kaget saat melihat ka arah dadanya. Tiba-tiba saja petugas itu langsung berbalik sambil berteriak, "Oh tidak, itu tidak mungkin, itu tidak diperbolehkan, itu tidak dapat diterima,".

Saat itu Jeanne tampak bingung dengan sikap petugas tersebut tanpa mengerti apa yang terjadi. “saya bahkan tidak sempat mengeluarkan tiket saya" kataya.

Tidak ada yang menjelaskan kepadanya bahwa belahan dadanya yang menjadi masalah. Petugas tiba-tiba saja menyuruhnya untuk mengenakan jaket jika ingin masuk. Awalnya dia menolak untuk memakai jaketnya. "Saya tidak ingin memakai jaket saya karena saya merasa dipermalukan. Saya merasa semua orang langsung melihat payudara saya."

“Jauh dari pikiran bahwa belahan dada saya akan menjadi subjek perselisihan".

Permintaan Maaf Pihak Museum

5 Aturan Tak Masuk Akal yang Apabila Dilanggar Berujung Penjara
Ilustrasi: Pixabay

Ketika unggahan Twitter Jeanne menjadi viral, museum menanggapi dan mengatakan bahwa mereka telah mengetahui "insiden" yang melibatkan pengunjung. "Kami sangat menyesalinya dan meminta maaf kepada orang yang terlibat" katanya.

Jeanne juga mengatakan, "pihak museum telah menghubungi saya secara pribadi melalui telepon dan mereka meminta maaf dengan tulus".

Namun dia merasa warganet gagal untuk membedakan sifat seksisme dan diskriminatif dari kejadian tersebut. “Saya tidak merasa bermasalah tentang apa yang terjadi dan saya terlalu mencintai seni untuk menolak mengunjungi museum itu lagi,” katanya.

Yang tidak jelas hanyalah aturan museum yang mana yang ia langgar.

Surat kabar Libération membahas beberapa aturan yang mengacu pada "pakaian yang layak" dan larangan pakaian "yang kemungkinan akan mengganggu perdamaian", tetapi pihak museum dengan jelas menyadari bahwa aturan tersebut tidak relevan dalam kasus ini.

"Pembicaraan ini hanyalah tentang petugas yang terlalu bersemangat," tulis situs  Le Parisien.

 

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya