Anggaran Vaksin COVID-19 Terjangkau Kurang Rp 520 Triliun, WHO Cemas

Dana untuk akselelator Access to COVID-19 Tools (ACT) masih kurang banyak. WHO dan Inggris pun mengajak dunia berkontribusi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 09 Okt 2020, 12:19 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2020, 20:51 WIB
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Liputan6/AFP)

Liputan6.com, Jenewa - Anggaran untuk Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator dilaporkan masih kurang US$ 35 miliar (Rp 520 triliun). Padahal, program itu penting untuk memastikan akses penanganan COVID-19 yang terjangkau di dunia.

WHO meminta agar dunia aktif mendanai ACT-Accelerator, sebab program ini tak hanya menyediakan akses vaksin dan terapeutik, tetapi juga memberikan harapan. 

WHO lantas memberi sindiran halus bahwa dana itu sebetulnya relatif kecil dibandingkan stimulus ekonomi yang telah digelontorkan berbagai negara akibat COVID-19. 

"Kekurangan dana ACT-Accelerator saat ini US$ 35 miliar. Itu kurang dari 1 persen dari paket stimulus domestik yang disiapkan pemerintah G20," ujar Pemimpin WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam acara PBB, Rabu (30/9/2020).

Dr. Tedros juga berkata bahwa dana US$ 35 miliar sebetulnya sama dengan harga rokok di dunia tiap dua minggu.

"Itu kurang-lebih setara dengan pengeluaran dunia untuk rokok tiap dua minggu," ujar Dr. Tedros. Ia pun meminta agar dunia berpegang pada kemanusiaan ketimbang nasionalisme.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab turut mengajak negara-negara dunia agar ikut terlibat dalam pendanaan ACT-Accelerator. Pemerintah Inggris sudah berkomitmen mendukung ACT untuk mengakhiri COVID-19. 

"Kolaborasi pada ACT-Accelerator adalah harapan terbaik kita untuk mengendalikan pandemi ini, dan Inggris bangga mendukung inisiatif ini," ujar Dominic Raab.

Menlu Raab lantas mengajak negara-negara lain agar ikut terlibat dalam program ACT.

"Inggris mengembang tanggung jawabnya untuk memastikan vaksin, perawatan, dan tes tersedia bagi semuanya, dan saya memanggil komunitas internasional untuk maju jadi kita bisa melawan tantangan baru ini bersama," pungkas Dominic Raab.

(US$ 1 = Rp 14.881)

 

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Jokowi: Awal Tahun Vaksin Corona Sudah Bisa Disuntikkan ke 180 Juta Masyarakat

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Peta persebaran Corona COVID-19 di Jawa Timur pada Rabu, 6 Mei 2020. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Presiden Jokowi mengatakan bahwa vaksin virus corona (Covid-19) akan tersedia akhir 2020 atau awal 2021. Menurut dia, vaksin akan disuntikkan ke 170 juta hingga 180 juta penduduk di Indonesia.

Hal ini disampaikan Jokowi saat memberikan Bantuan Modal Kerja kepada para pedagang kecil di Halaman Istana Merdeka Jakarta, Rabu (30/9/2020). 

"Insyaallah akhir tahun atau awal tahun depan vaksinnya sudah bisa disuntikkan. Artinya situasi sudah bisa normal kembali, tapi yang disuntik kurang lebih 170 - 180 juta. Butuh berapa bulan, juga ini memerlukan kerja keras kita semua," kata Jokowi.

Dia memahami bahwa pandemi corona membawa dampak negatif bagi perekonomian masyarakat. Jokowi menjelaskan kondisi ini bukan hanya dialami pengusaha mikro kecil, namun juga menengah dan besar.

Untuk itu, Jokowi meminta para pedagang kecil dan mikro bertahan di tengah pandemi dan tak menutup usaha. Jokowi menilai apabila kondisi sudah kembali normal, akan lebih sulit nantinya membuka usaha baru.

"Usahakan harus bertahan seperti yang saya sampaikan vaksin bisa disuntikkan," ucap dia

Adapun bantuan modal kerja yang diberikan ke masing-masing pedagang sebesar Rp 2,4 juta. Bantuan ini sebagai tambahan modal bagi pedagang kecil yang terdampak akibat pandemi Covid-19.

"Kita harapkan dengan tambahan bantuan modal kerja ini, Bapak Ibu bisa bertahan, jangan sampai ada yang tutup," ujar Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya