Uni Eropa Kritik Keputusan Inggris Setujui Penggunaan Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech

Keputusan Inggris dalam menyetujui pengunaan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech menuai kritik dari Uni Eropa. Simak Selengkapnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 03 Des 2020, 07:32 WIB
Diterbitkan 03 Des 2020, 07:30 WIB
Banner Infografis Menanti Hasil Uji Klinis Calon Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Banner Infografis Menanti Hasil Uji Klinis Calon Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Liputan6.com, Jakarta- Uni Eropa mengkritik keputusan Inggris dalam menyutujui penggunaan secara luas vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan Amerika Serikat Pfizer dan Jerman, BioNTech. 

Dilansir US News yang mengutip Reuters, Kamis (3/12/2020) kritik itu disampaikan dengan mengatakan bahwa prosedur menyeluruh harus dilakukan sebelum mengeleluarkan izin itu.

Langkah untuk memberikan otorisasi darurat pada vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech disebut telah dilihat oleh banyak orang sebagai kudeta politik untuk Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang telah memimpin negaranya keluar dari Uni Eropa, dan menghadapi kritik atas penanganannya terhadap pandemi Virus Corona. 

Keputusan tersebut pun dibuat di bawah proses persetujuan darurat yang begitu cepat, yang memungkinkan regulator obat Inggris untuk sementara mengesahkan vaksin hanya 10 hari setelah mulai memeriksa data dari uji coba skala besar.

European Medicines Agency (EMA), menyebutkan bahwa prosedur persetujuan yang lebih lama dan lebih tepat, yang didasarkan pada lebih banyak bukti, dan memerlukan lebih banyak pemeriksaan yang harus dilakukan, daripada prosedur yang dipilih oleh Inggris.

Diketahui bahwa EMA, merupakan badan bertanggung jawab untuk menyetujui vaksin COVID-19 untuk Uni Eopa. 

Sementara itu, Country Manager Pfizer Inggris, Ben Osborn menyatakan bahwa "Kami telah menyediakan paket data lengkap, data yang tidak buta, kepada kedua regulator. Saya rasa apa yang kalian lihat hanyalah perbedaan dalam proses dan garis waktu yang mendasarinya, bukan perbedaan dalam pengiriman data".

Selain itu, June Raine, kepala Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA), menjelaskan, "Cara kerja MHRA setara dengan semua standar internasional," dan menambahkan bahwa "Kemajuan kami sepenuhnya bergantung pada ketersediaan data dalam tinjauan bergulir dan penilaian ketat kami serta saran independen yang kami terima". 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Berikut Ini:

Tinjauan Bergulir

Banner Vaksin Covid-19
Banner Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

Pada 6 Oktober 2020, EMA memulai tinjauan bergulir terhadap data awal dari uji coba vaksin Pfizer, prosedur darurat yang bertujuan untuk mempercepat kemungkinan persetujuan, yang biasanya membutuhkan waktu setidaknya tujuh bulan sejak penerimaan data lengkap.

Sementara pada 30 Oktober, regulator Inggris meluncurkan tinjauan bergulirnya sendiri dan menganalisis lebih sedikit data daripada yang tersedia untuk EMA.

"Tujuannya bukanlah menjadi yang pertama tetapi untuk mendapatkan vaksin yang aman dan efektif," kata Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn  pada konferensi pers.

Saat ditanya tentang prosedur darurat yang digunakan oleh Inggris, Spahn mengatakan bahwa negara-negara Uni Eropa telah memilih prosedur yang lebih menyeluruh untuk meningkatkan kepercayaan terhadap vaksin.

"Jika Anda mengevaluasi hanya sebagian data seperti yang mereka lakukan, mereka juga mengambil risiko minimum," ujar mantan kepala EMA, Guido Rasi kepada sebuah stasiun radio Italia.

Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin COVID-19

Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya