Liputan6.com, Jakarta Namibia melelang 170 gajah liar untuk meredam konflik antara manusia dan mamalia darat terbesar di dunia itu. Selain itu, juga untuk mengurangi populasi gajah di Namibia.
Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pariwisata Namibia memasang iklan di harian berbahasa Inggris yang dikelola negara, New Era. Dalam iklan tersebut, disebutkan penjualan gajah-gajah liar "bernilai tinggi" juga dipicu kekeringan yang tak berkesudahan.
Peserta lelang yang berniat mengekspor hewan-hewan itu harus menyediakan bukti resmi bahwa otoritas konservasi dari masing-masing pihak akan mengizinkan mereka mengekspor gajah.
Advertisement
Para pembeli juga wajib memastikan bahwa persyaratan dari Konvensi Perdagangan Spesies Terancam Punah Internasional dipenuhi oleh negara pengekspor maupun pengimpor agar jual beli gajah tersebut dapat disetujui.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sebelumnya Jual 100 Kerbau
Semua penawaran untuk gajah-gajah itu harus diajukan dalam amplop bersegel ke kementerian tersebut sebelum 29 Januari 2021, menurut iklan itu, seperti dikutip dari Xinhua, Jumat (4/12/2020).
Namibia mendapat dukungan dari masyarakat internasional untuk gerakan konservasi yang mendongkrak pertumbuhan populasi gajahnya dari hanya 7.500 lebih pada 1995 menjadi 24.000 ekor tahun lalu, menurut data pemerintah.
Pada Oktober, negara tersebut menjual 70 kerbau betina dan 30 kerbau jantan dari Taman Dataran Tinggi Waterberg di Namibia tengah dalam upaya meringankan tekanan terkait tanah penggembalaan.
Advertisement