Liputan6.com, Jakarta - Marriage Proposals atau lamaran pernikahan adalah hal yang diidamkan banyak perempuan di seluruh dunia.
Biasanya, pria yang akan mengungkapkan cinta dan ajakan menikah membawa cincin, berlutut sambil menyatakan keinginan untuk hidup bersama.
Lalu, mengapa pria mesti berlutut saat melamar kekasihnya?
Advertisement
Baca Juga
Selain menjadi cara yang praktis dalam menunjukkan rasa cinta, berlutut untuk melamar telah memiliki akar dalam beberapa praktik sejarah kuno.
Dikutip dari laman Mentalfloss.com, Selasa (26/1/2021), hal ini diduga berasal dari Kekaisaran Persia.
"Dalam kasus di mana yang satu posisinya lebih rendah dari yang lain, maka hal ini akan dilakukan," kata sejarawan Yunani Herodotus yang mengamati budaya Persia sekitar 430 SM.
"Ada perbedaan pangkatnya besar, yang lebih rendah akan berlutut di atas tanah."
Sistem ucapan ini, yang dikenal sebagai proskynesis, diadopsi oleh Alexander the Great atau Alexander Agung -- raja Kekaisaran Makedonia ketika dia mengambil alih kekaisaran seabad kemudian.
Beberapa sejarawan percaya bahwa berlutut adalah bagian darinya. Banyak subjek Yunani dan Makedonia yang ada di Alexander tidak menyetujui ritual baru tersebut, karena berpikir bahwa gerakan seperti itu harus disediakan untuk dewa, jadi tidak semua orang setuju jika dilakukan ke sesama manusia.
Tetapi gagasan berlutut sebagai tanda penghormatan terbukti populer di bidang agama dan sekuler di masa depan.
Umat ​​Katolik misalnya, berlutut saat menghadap tabernakel yang berisi Ekaristi. Dan prajurit Eropa yang menjadi kesatria setelah pertempuran sering berlutut di depan komandan mereka.
Faktanya, warga yang diberi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II biasanya berlutut saat dimandati penghargaan.
Simak video pilihan di bawah ini:
Cara Para Ksatria
Namun, menekuk lutut memiliki makna romantis selama masa kejayaan ksatria. Pada abad ke-11, para ksatria mulai menjalin ikatan yang erat dengan para wanita istana.
Ksatria berjanji untuk melayani dan menghormati kekasih mereka dengan semangat yang sama yang diterapkan pada raja mereka.
Kisah asmara Guinevere dengan Sir Lancelot adalah contoh dan seperti kisah Tristan dan Isolde (meskipun kedua kasus tersebut memang melibatkan perzinahan).
Tidak ada hubungan eksplisit antara tren abad pertengahan itu dan tradisi lamaran saat ini, tetapi banyak karya seni yang menggambarkan cinta yang 'sopan' menampilkan pria yang berlutut di depan wanita.
Lalu pemandangan seperti ini bertahan dan mencerminkan banyak foto atau momen pertunangan di zaman modern.
Singkatnya, menekuk lutut telah lama mengartikan soal pengabdian dan kerendahan hati, yang mungkin ingin Anda wujudkan bersama seseorang yang dicintai.
Advertisement