Liputan6.com, Beijing - China telah mulai menggunakan tes swab anal untuk menguji mereka yang dianggap berisiko tinggi tertular Covid-19, TV pemerintah melaporkan.
Pejabat mengambil tes swab anal dari penduduk lingkungan dengan kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di Beijing minggu lalu, sementara mereka yang berada di fasilitas karantina yang ditunjuk juga telah menjalani tes. Demikian seperti mengutip laman The Guardian, Kamis (28/1/2021).
Advertisement
Wabah kecil yang terlokalisasi dalam beberapa pekan terakhir telah mengakibatkan beberapa kota di China utara ditutup dari seluruh negara dan mendorong kampanye pengujian massal, yang sebagian besar dilakukan menggunakan penyeka tenggorokan dan hidung.
Metode usap anal "dapat meningkatkan tingkat deteksi orang yang terinfeksi" karena jejak virus bertahan lebih lama di anus daripada di saluran pernapasan, kata Li Tongzeng, seorang dokter senior dari rumah sakit Youan Beijing, kepada CCTV.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Tidak Digunakan Secara Umum
CCTV mengatakan pada hari Minggu bahwa tes swab anal tidak akan digunakan seluas metode lain, karena teknik itu "tidak nyaman".
Ketika kasus meningkat di seluruh dunia, China telah memberlakukan persyaratan yang lebih ketat pada kedatangan internasional dalam upaya menjaga transmisi domestik mendekati nol.
Negara itu juga memperketat pembatasan internal, dengan Beijing mengumumkan bahwa orang-orang dari daerah berisiko menengah atau tinggi akan dilarang masuk kota untuk mengurangi risiko penularan selama periode tahun baru Imlek.
Kedatangan ke negara tersebut harus memberikan beberapa hasil tes negatif dan karantina setidaknya selama 14 hari di hotel yang ditunjuk, dengan banyak kota dan wilayah memberlakukan persyaratan observasi rumah tambahan.
Advertisement