Liputan6.com, Kabul - Sedikitnya tiga orang tewas akibat tembakan dalam protes anti-Taliban di kota Jalalabad, Afghanistan pada Rabu (18/8) waktu setempat.
Diketahui bahwa ribuan orang berusaha melarikan diri dari Afghanistan, untuk menghindari kerasnya hukum yang diberlakukan selama pemerintahan Taliban sebelumnya yang berakhir 20 tahun lalu.
Baca Juga
Dikutip dari Channel News Asia, Kamis (19/8/2021) saksi mata meyebut anggota bersenjata Taliban mencegah orang-orang masuk ke kompleks bandara, termasuk mereka yang memiliki dokumen yang diperlukan untuk bepergian.
Advertisement
"Ini benar-benar bencana. Taliban meluncurkan tembakan ke udara, mendorong orang, memukuli mereka dengan senjata jenis AK47," kata salah satu warga yang mencoba memasuki bandara.
Dua saksi dan seorang mantan pejabat polisi mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa anggota Taliban melepaskan tembakan ketika penduduk mencoba memasang bendera nasional Afghanistan di sebuah alun-alun di kota itu - menewaskan tiga orang dan melukai puluhan lainnya.
Sementara itu, seorang pejabat Taliban mengatakan bahwa komandan dan tentara mereka meluncurkan tembakan ke udara untuk membubarkan kerumunan di luar bandara Kabul.
"Kami tidak berniat melukai siapa pun," terang pejabat itu, kepada Reuters.
Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Wendy Sherman mengatakan kepada wartawan di Washington bahwa para pejabat telah memperingatkan Taliban bahwa "Kami mengharapkan mereka untuk mengizinkan semua warga negara Amerika Serikat, semua warga negara ketiga, dan semua warga Afghanistan. yang ingin pergi agar diizinkan untuk melakukannya dengan aman dan tanpa gangguan".
Tetapi 4.500 tentara AS di Kabul tidak dapat membantu membawa orang-orang ke bandara untuk evakuasi karena mereka fokus untuk mengamankan lapangan terbang, menurut keterangan dari Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam konferensi pers di Washington.
Lloyd pun mengakui upaya evakuasi belum mencapai target.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Tengah Berada di UEA
Sementara itu, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley, mengatakan keamanan di bandara Kabul stabil dan Taliban tidak mengganggu operasi militer AS.
Para menteri luar negeri dari negara-negara Kelompok Tujuh akan membahas upaya evakuasi dan berusaha mengoordinasikan penerbangan pada pertemuan virtual yang akan dilangsungkan pada Kamis (19/8) waktu setempat, kata Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, diketahui sedang berada di Uni Emirat Arab - setelah meninggalkan negara itu ketika Taliban mulai menguasai wilayah ibu kota Kabul, termasuk istana kepresidenan.
Ghani, yang telah menghadapi kritik keras oleh mantan menteri karena meninggalkan Afghanistan - ketika pasukan Taliban mencapai Kabul, mengatakan dia telah mengikuti saran dari pejabat pemerintah.
Ghani juga membantah laporan yang menyebutkan bahwa dia membawa uang dengan jumlah besar.
"Jika saya tetap tinggal, saya akan menyaksikan pertumpahan darah di Kabul," kata Ghani dalam sebuah pesan video yang dibagikan di Facebook - pernyataan publik pertamanya sejak dikonfirmasi bahwa dia berada di UEA.
Sekitar 5.000 diplomat, staf keamanan, pekerja bantuan dan warga Afghanistan telah dievakuasi dari Kabul dalam 24 jam terakhir dan penerbangan militer akan terus berlanjut, kata seorang pejabat kepada Reuters.
"Semua orang ingin keluar," kata seorang warga Afghanistan setelah tiba di Jerman.
"Setiap hari lebih buruk dari hari sebelumnya. Kami menyelamatkan diri kami sendiri tetapi kami tidak bisa menyelamatkan keluarga kami," ungkapnya.
Taliban mengatakan akan memberlakukan undang-undang yang lebih ringan daripada pemerintahan mereka sebelumnya.
Di sisi lain, seorang pejabat senior mengatakan bahwa para pemimpin kelompok itu akan lebih tertutup daripada sebelumnya.
"Perlahan, secara bertahap, dunia akan melihat semua pemimpin kami," ujar pejabat senior Taliban, kepada Reuters.
Advertisement