Liputan6.com, Berlin - Toilet training, belajar buang air di toilet, kadang-kadang perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk anak balita. Tetapi sapi hanya perlu waktu 15 hari untuk dilatih demikian, kata para peneliti.
Mereka telah menemukan cara melatih sapi untuk kencing di toilet khusus di Jerman. Gagasan ini berasal dari pertanyaan separuh bergurau dalam suatu acara bincang-bincang radio, tetapi kini dapat membantu melindungi lingkungan.
Baca Juga
Para ilmuwan perilaku hewan dalam suatu proyek penelitian berhasil melatih 11 dari 16 sapi Holstein untuk kencing di toilet. Yang lebih mengejutkan, pelatihan itu berjalan mudah, kata penulis senior penelitian tersebut, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (17/9/2021).
Advertisement
Lindsay Matthews, penulis senior dan ilmuwan perilaku hewan di University of Auckland di Selandia Baru mengatakan, "Hal yang benar-benar mengejutkan di sini adalah betapa cepatnya sapi-sapi belajar dibandingkan dengan anak-anak. Jadi dengan pelatihan yang sangat intensif, sebagian anak dapat belajar dalam hitungan sekitar satu hari. Tetapi sebagian besar anak-anak, sebagaimana Anda ketahui, perlu cukup banyak waktu dan kadang-kadang hari, minggu atau bulan. Kami hanya mengadakan 15 latihan dengan hewan-hewan ini dan rata-rata sapi-sapi itu 20-25 kali kencing, dan mereka sepenuhnya terlatih."
Hanya dalam waktu 15 hari, para peneliti menggunakan sistem hadiah dan sentuhan hukuman untuk membuat sapi masuk ke gerbang yang ditetapkan, masuk ke kandang tertutup yang disebut "MooLoo", dan kemudian buang air kecil saja di sana.
Begitu selesai, sapi-sapi diberi hadiah minuman sangat manis yang sebagian besar mengandung tetes tebu. Kalau kencing di luar MooLoo, sapi akan mendapat semprotan air dingin.
Karena terbatasnya waktu eksperimen, para peneliti memberi diuretik kepada hewan tersebut agar lebih sering kencing. Meskipun eksperimen ini berasal dari pertanyaan setengah bercanda di sebuah acara bincang-bincang radio Selandia Baru, motif di balik penelitian ini sangatlah serius.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Limbah Sapi Kerap Sebabkan Masalah Lingkungan
Sejumlah besar limbah urine sapi dapat menjadi masalah lingkungan yang penting, terutama di Eropa, menurut para peneliti.
"Sapi sangat sering buang air kecil. Seekor sapi dapat menghasilkan sekitar 30 liter urine per hari," kata Matthews.
Apabila hewan ternak itu tinggal di dalam ruang, urine dan feses kerap bercampur, menghasilkan amonia, gas yang menyebabkan hujan asam. Jika sapi itu hidup di luar ruangan, ini menimbulkan masalah lainnya.
Matthews mengemukakan, "Sewaktu ternak tinggal di luar ruangan, urea dapat berubah menjadi nitrat di dalam tanah dan kemudian hanyut dan menimbulkan polusi saluran air, menyebabkan berbagai masalah di saluran air. Dan juga, kalau konsentrasi nitrat terlalu tinggi, ini menyebabkan blue babies (red. - kondisi keracunan nitrat pada bayi yang menyebabkan kulit membiru) dan berbagai macam hal lainnya. Jadi, ini masalah nitrat langsung di dalam tanah. Kemudian nitrat diubah menjadi nitro oksida, yang 300 kali lebih kuat daripada karbon dioksida."
Pada tahun 2019, nitro oksida merupakan tujuh persen dari seluruh gas rumah kaca di AS, menurut Badan Perlindungan Lingkungan Hidup AS.
Tetapi masalah lingkungan terbesar bagi hewan ternak adalah gas metana yang mereka keluarkan dalam bentuk sendawa dan buang angin, sumber pemanasan global yang signifikan. Eksperimen tadi menunjukkan betapa mudah untuk melakukan toilet training hewan-hewan lain dan betapa cerdasnya sapi, kata Matthews. Ia memperkirakan teknik yang sama dapat digunakan untuk domba, babi dan hewan ternak lainnya.
Advertisement