Inggris Cetak Sejarah Jadi Negara Pertama di Dunia Pakai Pil Antivirus COVID-19 Produksi Merck

Malnopiravir menjadi pengobatan antivirus oral pertama untuk penyakit COVID-19 yang disetujui. Inggris telah mendahului persetujuan dari Amerika Serikat yang masih akan meninjaunya pada bulan ini.

diperbarui 05 Nov 2021, 14:50 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2021, 14:32 WIB
Ilustrasi harga obat COVID-19 naik (Liputan6.com / Abdillah)
Ilustrasi harga obat COVID-19 naik (Liputan6.com / Abdillah)

, London - Negara dengan pemimpin Ratu Elizabeth II, Inggris menorehkan sejarah baru sebagai negara pertama di dunia yang menyetujui pil antivirus COVID-19 buatan perusahaan farmasi Merck.

Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) per Kamis 4 November 2021 kemarin telah merekomendasikan pil bernama Molnupiravir, untuk digunakan sesegera mungkin setelah hasil tes COVID-19 menunjukkan positif dan dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala.

Mengutip laman ABC Australia, Jumat (5/11/2021), pil tersebut dilisensikan untuk orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yang memiliki setidaknya satu faktor risiko yang bisa berkembang menjadi penyakit yang parah, seperti obesitas atau penyakit jantung.

Molnupiravir menjadi pengobatan antivirus oral pertama untuk penyakit COVID-19 yang disetujui.

Inggris telah mendahulu persetujuan dari Amerika Serikat yang masih akan meninjau obat COVID-19 itu pada bulan ini.

Lembaga otoritas penggunaan dan peredaran obat dan terapi di Australia belum menyetujui obat tersebut, tapi Pemerintah Australia bulan lalu mengumumkan jika mereka telah memesan 300.000 dosis molnupiravir.

Molnupiravir akan diedarkan di Inggris dengan merek Lagevrio dan peredarannya telah diawasi dengan ketat sejak data bulan lalu.

Data tersebut menunjukkan ketika obat diberikan di awal saat sakit, maka akan mengurangi kemungkinan mereka yang sakit parah mengalami kematian atau dirawat di rumah sakit hingga setengahnya.

"Hari ini adalah hari bersejarah bagi negara kami, karena Inggris menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui obat antivirus COVID-19 yang bisa dikonsumsi di rumah," kata sekretaris kesehatan Inggris, Sajid Javid.

"Untuk menyusun rencana pengedaran molnupiravir kepada pasien sesegera mungkin, kami bekerja secara cepat bersama dengan segenap unsur pemerintahan dan Layanan Kesehatan Nasional (NHS) melalui sebuah studi."

Pemerintah Inggris dan NHS belum mengonfirmasi bagaimana pengobatan akan diberikan kepada pasien.

Bulan lalu, Inggris menyetujui kesepakatan dengan Merck untuk mengamankan 480.000 dosis Molnupiravir.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Merck Bakal Produksi 10 Juta Dosis

Produsen obat AS, Merck & Co. (AFP)
Produsen obat AS, Merck & Co. (AFP)

Dalam pernyataan terpisah, Merck mengatakan pihaknya mengharapkan untuk memproduksi 10 juta dosis obatan pada akhir tahun ini dan paling sedikit 20 juta dosis akan diproduksi pada tahun 2022.

Merck dan mitranya, Ridgeback Biotherapeutic, telah meminta izin penggunaan obat ini ke regulator di seluruh dunia untuk mengobati pasien COVID-19 berusia dewasa dengan gejala ringan hingga sedang yang berisiko menjadi sakit parah atau harus dirawat di rumah sakit.

Hasil awal penelitian Merck bulan lalu belum ditinjau dengan ilmuwan lain, serta belum diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

Perusahaan Merck juga belum mengungkapkan rincian tentang efek samping Molnupiravir.

Obat tersebut menargetkan enzim yang digunakan virus corona untuk mereproduksi dirinya sendiri, kemudian memasukkan kode genetik yang salah sehingga memperlambat kemampuannya untuk menyebar dan mengambil alih sel manusia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya