PBB Ingatkan Afghanistan Soal Keruntuhan Besar-besaran Sistem Perbankan

Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Senin (22/11) mendorong tindakan segera untuk menopang bank-bank Afganistan.

diperbarui 23 Nov 2021, 07:01 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2021, 07:01 WIB
Membersihkan Afghanistan dari Ranjau Darat
Warga berkendara melewati ladang ranjau di desa Nad-e-Ali, provinsi Helmand pada 9 November 2021. Sekitar 41.000 warga sipil Afghanistan terbunuh atau terluka oleh ranjau darat dan persenjataan yang tidak meledak sejak 1988, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB (UNMAS). (Javed TANVEER/AFP)

, Kabul - PBB memperingatkan bahwa lonjakan orang yang tidak dapat membayar kembali pinjaman, simpanan yang lebih rendah, dan krisis likuiditas tunai dapat menyebabkan sistem keuangan Afghanistan runtuh dalam beberapa bulan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Senin (22/11) mendorong tindakan segera untuk menopang bank-bank Afghanistan.

Dalam laporan sebanyak tiga halaman tentang sistem perbankan dan keuangan Afghanistan yang dilihat oleh Reuters, Program Pembangunan PBB (UNDP) mengatakan biaya ekonomi dari runtuhnya sistem perbankan dan dampak sosial negatif yang diakibatkannya "akan sangat besar."

Ekonomi Afghanistan terjun bebas setelah pengambilalihan Taliban membuat dukungan asing menarik dana secara tiba-tiba. Hal ini membuat tekanan berat pada sistem perbankan yang akhirnya menetapkan batas penarikan mingguan untuk menghentikan laju simpanan, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Selasa (23/11/2021).

"Sistem pembayaran keuangan dan bank Afghanistan berantakan. Masalah bank-run (ketika sekelompok besar deposan menarik uang dari bank secara bersamaan) harus diselesaikan dengan cepat untuk meningkatkan kapasitas produksi Afghanistan yang terbatas dan mencegah sistem perbankan runtuh,” kata laporan UNDP.

Sayangnya, upaya mencari cara untuk mencegah keruntuhan diperumit oleh sanksi internasional terhadap para pemimpin Taliban.

"Kami perlu menemukan cara untuk memastikan bahwa jika kami mendukung sektor perbankan, kami tidak mendukung Taliban,” ujar Abdallah al Dardari, Kepala UNDP di Afghanistan, kepada Reuters.

"Kami berada dalam situasi yang mengerikan sehingga kami perlu memikirkan semua opsi yang mungkin dan kami harus berpikir melampaui batasan," katanya. "Apa yang dulunya tidak terpikirkan tiga bulan lalu menjadi bisa dipikirkan sekarang."

Sistem perbankan Afghanistan sudah rentan sebelum Taliban berkuasa, tetapi sejak pengambilalihan itu, bantuan pembangunan asing telah mongering. Miliaran dolar aset Afghanistan dibekukan di luar negeri. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok-kelompok bantuan sedang berjuang untuk mendapatkan cukup uang ke Afghanistan.

 

Upaya Penyelamatan 

FOTO: Cari Dukungan Internasional, Taliban Temui Diplomat Asing di Qatar
Delegasi Taliban Shahabuddin Delawar (kiri), Mullah Abdul Ghani Baradar, dan Khairullah Khairkhwa (kanan) bertemu diplomat asing di Doha, Qatar, Selasa (12/10/2021). Taliban mencari pengakuan serta bantuan untuk menghindari bencana kemanusiaan usai kembali berkuasa di Afghanistan. (KARIM JAAFAR/AFP)

Usulan UNDP untuk menyelamatkan sistem perbankan mencakup skema penjaminan simpanan, langkah-langkah untuk memastikan kecukupan likuiditas untuk kebutuhan jangka pendek dan menengah, serta opsi penjaminan kredit dan penundaan pembayaran pinjaman.

"Koordinasi dengan Lembaga Keuangan Internasional, dengan pengalaman luas mereka tentang sistem keuangan Afganistan, akan sangat penting untuk proses ini,” kata UNDP dalam laporannya, mengacu pada Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.

PBB telah berulang kali memperingatkan sejak Taliban mengambil alih Afganistan bahwa ekonomi negara itu berada di ambang kehancuran yang kemungkinan akan semakin memicu krisis pengungsi. UNDP mengatakan bahwa jika sistem perbankan gagal, perlu waktu puluhan tahun untuk membangunnya kembali.

Laporan UNDP mengatakan bahwa dengan tren saat ini dan pembatasan penarikan, sekitar 40% dari basis simpanan Afganistan akan hilang pada akhir tahun. Dikatakan bank telah berhenti memberikan kredit baru, dan kredit macet hampir dua kali lipat menjadi 57% pada September dari akhir 2020.

"Jika tingkat kredit bermasalah ini terus berlanjut, bank mungkin tidak memiliki kesempatan untuk bertahan dalam enam bulan ke depan. Dan saya optimistis,” kata al Dardari.

Ketika PBB berusaha untuk mencegah kelaparan di Afganistan, al Dardari juga memperingatkan tentang konsekuensi dari runtuhnya perbankan untuk pembiayaan perdagangan.

"Afganistan tahun lalu mengimpor barang dan produk dan jasa senilai sekitar $7 miliar, sebagian besar bahan makanan… Jika tidak ada pembiayaan perdagangan, gangguannya sangat besar,” katanya. "Tanpa sistem perbankan, semua ini tidak akan terjadi.”

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya