Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada bukti bahwa vaksin yang banyak digunakan saat ini tak mampu memberikan perlindungan terhadap varian Omicron, kata Universitas Oxford.
"Meskipun munculnya varian baru selama setahun terakhir, vaksin terus memberikan tingkat perlindungan yang sangat tinggi terhadap penyakit parah dan sejauh ini tidak ada bukti bahwa Omicron berbeda," kata universitas ternama Inggris tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Perusahaan obat dilaporkan langsung bergegas untuk menguji suntikan dan terapi mereka terhadap Omicron di tengah tanda-tanda bahaya dari varian ini, demikian dikutip dari ndtv, Kamis (2/12/2021).
Diduga sementara bahwa Omicron bisa menyebar lebih cepat dan menghindari perlindungan vaksin karena tingginya jumlah mutasi yang dihasilkan oleh varian ini.
Perusahaan dan ilmuwan semuanya mengatakan akan memakan waktu beberapa minggu sebelum dampak sebenarnya diketahui, dengan sedikit data yang hanya mereka gunakan sejauh ini.
AstraZeneca Plc, yang ikut mengembangkan vaksin COVID-19 dengan Oxford, mengatakan bahwa pihaknya sedang menguji suntikan dan sudah melakukan penelitian di negara-negara seperti Botswana, di mana variannya telah diidentifikasi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Langkah Cepat Peneliti
Oxford memiliki "alat dan proses" yang dengan cepat mengubah vaksin untuk menargetkan Omicron jika diperlukan, katanya.
Pfizer Inc. mengatakan bahwa pihaknya akan mengetahui dalam dua hingga tiga minggu ke depan soal seberapa baik vaksinnya bertahan terhadap Omicron, sementara eksekutif puncak Moderna Inc. menegaskan kembali bahwa banyak mutasi varian menunjukkan vaksin baru akan diperlukan.
Kepala regulator obat-obatan Eropa mengatakan kepada Parlemen Eropa bahwa tidak diketahui apakah adaptasi akan diperlukan, tetapi badan tersebut akan membutuhkan waktu tiga hingga empat bulan untuk mengesahkan versi baru dari awal pengembangan.
Varian omicron telah "menakuti" para ilmuwan karena tingginya jumlah mutasi yang dimilikinya, lebih banyak daripada varian delta yang sangat mudah menular.
Advertisement