Liputan6.com, Kabul - Jasa tukar uang dan pebisnis di Afghanistan sama-sama resah. Mata uang Afghanistan masih terus melemah usai Taliban berkuasa.Â
Bank sentral berusaha menurunkan harga dolar AS menjadi 1,5 afghani. Akan tetapi, 1 dolar sudah sempat tembus 100 afghani pada Rabu (8/12).Â
Advertisement
Baca Juga
"Bank Sentral berusaha menghindari krisis ekonomi," ujar Haseebullah Noori, pejabat di bank sentral, dikutip Tolo News, Jumat (10/12/2021).
Sebelumnya, pihak money-exchanger mengeluhkan keadaan ini dan menuding bank sentral tidak peduli. Pasalnya, sebab kondisi mata uang Afghanistan tidak separah ini.Â
Pihak bank sentral lantas menemui perserikatan money-exchanger di Afghanistan. Dijelaskan bahwa harga dolar meroket karena tingginya peredaran mata uang afghani, sementara dolar sedikit.
Kini, pihak money-exchanger telah mendapatkan janji dari pemerintah.Â
"Mereka berjanji untuk bekerja sama dan menurunkan harga dolar menjadi 1,5 afghani," ujar Mohammad Tahir Qayoumi, anggota perserikatan money-exchanger.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Komunitas Bisnis Juga Bingung
Komunitas bisnis di Afghanistan juga kebingungan karena lemahnya mata uang ini menganggu perdagangan. Pasalnya, Afghanistan bergantung pada impor.Â
"Kita adalah negara yang bergantung pada impor. Kita mengimpor barang-barang, terutama produk makanan, dari negara-negara asing, dan kenaikan dolar akan memiliki efek buruk," ujar Khan Jan Alokozai, anggota kamar dagang dan investasi Afghanistan.
Sentimen serupa disampaikan oleh kepala kamar industri dan pertambangan, M. Karim Azimi.Â
"Kenaikan harga dolar terhadap afghani memberikan dampak buruk terhadap ekonomi negara, dan sayangnya itu menggandakan krisis ekonomi," ujarnya.
Â
Advertisement