Liputan6.com, Phnom Penh - Pertemuan para menteri luar negeri ASEAN (AMM Retreat) dimulai pada Kamis (17/2/2021), dalam format hibrida untuk membahas sejumlah isu. Seperti pandemi COVID-19, pemulihan ekonomi inklusif, dan hubungan dengan mitra dialog.
Diketuai Menlu Kamboja Prak Sokhonn, retret tersebut dihadiri secara langsung oleh menteri luar negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Laos, dan secara online oleh menteri luar negeri Brunei, Thailand, dan Vietnam.
Advertisement
Baca Juga
Menteri Luar Negeri Vietnam Bui Thanh Son menghadiri pertemuan itu secara online setelah dinyatakan positif COVID-19 setibanya di Kamboja pada Rabu sore, kata juru bicara kementerian luar negeri Kamboja Chum Sounry, demikian dikutip dari Xinhua, Kamis (17/2/2022).
"Menlu Vietnam menghadiri AMM Retreat online dari kamarnya. Kami membuat pengaturan kesehatan dan medis yang tepat," katanya dalam pesan teks yang dikirim ke melalui telegram.
Ini adalah pertemuan langsung pertama para menteri luar negeri ASEAN setelah jeda lebih dari satu tahun yang disebabkan pandemi COVID-19.
Menurut kementerian luar negeri Kamboja, pertemuan itu akan bertukar pandangan tentang bagaimana lebih memperkuat hubungan eksternal dengan mitra dialog sambil mempertahankan dan mempromosikan sentralitas, solidaritas dan persatuan ASEAN.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
ASEAN dalam Tantangan Stategis di Kawasan
Para menteri juga akan membahas cara dan sarana untuk bersama-sama berusaha membangun komunitas ASEAN yang lebih tangguh, dinamis, damai dan sejahtera, kata kementerian itu.
Para menteri juga menambahkan bahwa masalah-masalah regional dan internasional yang menjadi kepentingan dan perhatian bersama juga akan dibahas dalam pertemuan tersebut.
Menlu Kamboja akan memberi pengarahan kepada rekan-rekannya tentang hasil utama yang harus dicapai selama kepemimpinan Kamboja di ASEAN dalam menanggapi tantangan strategis yang dihadapi kawasan.
Termasuk pengendalian efektif pandemi COVID-19 dan proses pemulihan inklusif, persaingan geo-politik, dan tradisi tradisional yang ada serta isu-isu non-tradisional.
Advertisement