Darurat Kejahatan Online Scam: Simak Sejarah Singkat Pusat-pusat Penipuan di Asia Tenggara

Pusat-pusat penipuan online disebut bermula dari praktik kasino dan judi online.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 20 Mar 2025, 17:11 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2025, 17:11 WIB
Warga China, Vietnam, dan Ethiopia, yang diyakini telah diperdagangkan dan dipaksa bekerja di pusat-pusat penipuan, duduk dengan wajah tertutup saat ditahan setelah dibebaskan dari Distrik Myawaddy, Myanmar, Rabu (26/2/2025).
Warga China, Vietnam, dan Ethiopia, yang diyakini telah diperdagangkan dan dipaksa bekerja di pusat-pusat penipuan, duduk dengan wajah tertutup saat ditahan setelah dibebaskan dari Distrik Myawaddy, Myanmar, Rabu (26/2/2025). (Dok. AP/Thanaphon Wuttison)... Selengkapnya

Liputan6.com, Bangkok - Pusat-pusat penipuan online atau online scam di Asia Tenggara, terutama yang berlokasi di perbatasan Thailand-Myanmar, telah menjadi sorotan setelah kasus penculikan dan pembebasan seorang aktor China, Wang Xing.

Insiden ini memicu upaya bersama antara Thailand, China, dan Myanmar untuk membongkar jaringan pusat penipuan online yang tersebar di kawasan tersebut. Menurut PBB, geng kriminal telah mempekerjakan ratusan ribu orang di pusat-pusat ini untuk menghasilkan pendapatan ilegal yang mencapai miliaran dolar setiap tahun.

Pusat-pusat penipuan online, terutama yang berlokasi di Kamboja, Laos, dan Myanmar, menjalankan skema online untuk menipu korban. Para penipu biasanya menghubungi korban melalui media sosial atau aplikasi pesan, membangun hubungan secara online, dan kemudian membujuk mereka untuk melakukan investasi palsu, seperti dalam cryptocurrency. Skema penipuan ini dikenal dengan istilah "pig butchering" atau "menyembelih babi," di mana korban diiming-imingi keuntungan besar sebelum akhirnya dikuras habis-habisan.

Selain itu, beberapa pusat juga menjalankan operasi cuci uang dan judi ilegal.

Mengutip Bangkok Post, saat ini pemberantasan difokuskan pada wilayah Myawaddy di Myanmar, yang berbatasan dengan Thailand. Di sana, pusat-pusat penipuan sering dilindungi oleh kelompok bersenjata seperti Karen National Army (KNA) dan Democratic Karen Buddhist Army (DKBA).

Menurut United States Institute of Peace (USIP), praktik penipuan di kawasan ini berawal dari kasino dan judi online yang hampir tidak diawasi oleh pemerintah pada 1990-an, kemudian semakin berkembang pesat pada 2000-an.

Salah satu pusat penipuan utama di Myawaddy, Shwe Kokko, didirikan pada 2017 oleh Yatai International Holdings Group, sebuah perusahaan terdaftar di Hong Kong, bekerja sama dengan cikal bakal kelompok Karen National Army (KNA). Namun, perusahaan tersebut menyangkal terlibat dalam aktivitas kriminal, sementara operasi penipuan di perbatasan Myanmar telah meluas dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir.

Center for Strategic and International Studies (CSIS) menyebutkan bahwa perkembangan pusat-pusat kejahatan online semakin cepat selama pandemi COVID-19, ketika pembatasan perjalanan mengurangi jumlah penjudi, memaksa kelompok kriminal beralih ke skema penipuan online sebagai sumber pendapatan baru.

"Banyak yang mengubah fasilitas-fasilitas tersebut menjadi tempat penipuan online," sebut CSIS.

Promosi 1

Siapa yang Menjalankan Pusat Penipuan?

Proses pemulangan 400 WNI korban eksploitasi online scam dari Myawaddy, Myanmar via Thailand.
Proses pemulangan 400 WNI korban eksploitasi online scam dari Myawaddy, Myanmar via Thailand. (Dok. Kemlu RI)... Selengkapnya

Jaringan kriminal yang terutama berasal dari China diketahui mengoperasikan pusat-pusat penipuan ini. Di Myawaddy, kelompok bersenjata seperti KNA juga terlibat dalam mendukung operasi tersebut. Banyak korban yang berhasil melarikan diri melaporkan bahwa pemaksaan dan penyiksaan sering terjadi di pusat-pusat ini.

Selain itu, kelompok yang mendukung junta militer Myanmar turut menjalankan atau mendukung pusat-pusat serupa di perbatasan utara Myanmar dengan China, yang menimbulkan kekecewaan Beijing.

Beberapa negara di kawasan ini telah meningkatkan upaya untuk membongkar pusat-pusat penipuan. Thailand, misalnya, telah memutus pasokan listrik, bahan bakar, dan internet ke wilayah Myanmar yang terkait dengan pusat penipuan. Penindasan ini dipicu oleh penculikan aktor Wang Xing di Thailand pada Januari, yang menimbulkan kegemparan di media sosial China. Meskipun dia berhasil ditemukan di Myawaddy dan dikirim pulang, insiden ini menimbulkan kekhawatiran di Thailand, mengingat wisatawan China sangat penting bagi industri pariwisata negara tersebut.

Di Myanmar, junta militer telah menahan lebih dari 3.700 warga asing terkait pusat penipuan sejak akhir Januari, dengan lebih dari 750 orang telah dikirim pulang. Bulan lalu, China memulangkan sekitar 200 warganya dari Distrik Mae Sot di Thailand, yang berbatasan langsung dengan Myawaddy. Sekitar 7.000 orang, sebagian besar warga China yang diselamatkan dari pusat penipuan, masih berlindung di kamp-kamp yang dijalankan oleh KNA dan DKBA.

Pemberantasan dilaporkan meluas ke Kamboja, di mana pihak berwenang menyelamatkan lebih dari 215 orang dari pusat penipuan di Kota Poipet, yang berlokasi di perbatasan dengan Distrik Aranyaprathet di Provinsi Sa Kaeo, Thailand.

Upaya-upaya ini menunjukkan komitmen regional untuk memberantas kejahatan terorganisir yang telah merugikan banyak korban dan merusak reputasi kawasan. Kerja sama antara negara-negara seperti Thailand, China, Myanmar, dan Kamboja menjadi kunci dalam memerangi jaringan penipuan online yang merajalela.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya