Liputan6.com, Jakarta Konflik Ukraina dengan Rusia belakangan ini sedang memanas. Situasi tersebut pun membuat Taiwan khawatir kalau China akan memanfaatkan distraksi Barat dalam krisis di Ukraina untuk menambah tekanan terhadap pulau itu.
Meski begitu, pejabat Taipei menyatakan saat ini belum ada manuver baru yang dilakukan Beijing.
Baca Juga
Pada Januari 2022, Taiwan membentuk kelompok kerja Ukraina di Dewan Keamanan Nasional. Tanpa menyebut China secara langsung, pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan kepada kelompok itu bahwa Taiwan harus meningkatkan pengawasan dan kewaspadaan terhadap aktivitas militer di wilayahnya dan meredam informasi sesat dari pihak asing.
Advertisement
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan Beijing telah meningkatkan aktivitas militer di dekat pulau itu dalam dua tahun terakhir. Kendati Taiwan mengatakan situasi di wilayahnya dan di Ukraina sangat berbeda, Tsai telah mengungkapkan empatinya atas situasi di Ukraina yang sama-sama menghadapi ancaman militer.
Dalam wawancara dengan media, Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu memperingatkan bahwa mereka terus memantau secara intens apakah China akan memanfaatkan krisis Ukraina untuk menyerang Taiwan.
"China mungkin berpikir tentang aksi militer terhadap Taiwan kapan saja, dan kami perlu bersiap untuk itu," kata dia kepada ITV News dari Inggris, dikutip Rabu (23/2/2022).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Situasi Taiwan Mirip dengan Ukraina
Juru bicara Kantor Urusan Taiwan di China Ma Xiaoguang mengatakan, Taiwan dan Barat sama-sama menggunakan krisis Ukraina untuk mendorong isu ancaman militer dan sentimen anti-China.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, jika Barat gagal memenuhi janji untuk mendukung kemerdekaan Ukraina, kegagalan itu akan membawa konsekuensi global, termasuk bagi Taiwan.
Su Chi, mantan kepala Dewan Urusan China Daratan di Taiwan, mengatakan pulau itu, seperti Ukraina, terjebak di antara dua kekuatan besar.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki cara yang sangat berbeda dalam pengakuan teritorial, kata Su.
"Sejauh ini Xi bertindak tegas tapi bertahap, tidak secepat kilat seperti Putin."
Advertisement