Liputan6.com, Mariupol - Ratusan ribu warga sipil masih terjebak di kota-kota Ukraina pada Kamis 11 Maret. Mereka berlindung dari serangan udara Rusia dan penembakan ketika pembicaraan antara Ukraina dan menteri luar negeri Rusia membuat sedikit kemajuan.
Dengan perang Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina memasuki minggu ketiga, para pejabat di Mariupol mengatakan pesawat-pesawat tempur Rusia kembali mengebom kota pelabuhan selatan yang dikelilingi di mana sebuah rumah sakit bersalin dihancurkan, seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Jumat (11/3/2022).
Baca Juga
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pihak berwenang Ukraina telah berhasil mengevakuasi hampir 40.000 orang dari kota Sumy, Trostyanets, Krasnopillya, Irpin, Bucha, Hostomel dan Izyum.
Advertisement
Tetapi Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk mengatakan tidak seorang pun warga sipil dapat meninggalkan Mariupol pada hari Kamis karena pasukan Rusia gagal menghormati gencatan senjata sementara untuk memungkinkan evakuasi.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Warga Sipil Paling Menderita
Upaya untuk mengirim makanan, air dan obat-obatan ke kota gagal ketika tank Rusia menyerang koridor kemanusiaan, kata Zelenskiy.
"Ini benar-benar teror ... dari teroris berpengalaman," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan sebelumnya bahwa mereka akan mendeklarasikan gencatan senjata pada hari Jumat dan membuka koridor kemanusiaan dari Mariupol serta Kyiv, Sumy, Kharkiv, Mariupol dan Chernihiv.
Invasi Rusia ke Ukraina sejauh ini gagal mencapai tujuannya, tetapi telah menyebabkan ribuan kematian dan memaksa lebih dari 2 juta orang meninggalkan Ukraina, di mana beberapa kota dikepung.
Hal itu juga memukul perekonomian dunia, yang masih muncul dari dampak pandemi virus corona.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva mengatakan perang dan sanksi besar-besaran yang dijatuhkan pada Rusia sebagai hukuman telah memicu kontraksi dalam perdagangan global dan membuat harga makanan dan energi naik tajam, yang akan memaksa IMF untuk menurunkan perkiraan pertumbuhan globalnya bulan depan.
Dia mengatakan dia mengharapkan tekanan yang meningkat pada Rusia untuk mengakhiri perang, mengingat efek limpahannya terhadap ekonomi secara global.
Advertisement