Kena Sanksi Barat, Rusia Yakin Ekonomi Tidak Kolaps

Pejabat tinggi pemerintah Rusia, Dmitry Medvedev, berkata ekonomi Rusia tetap kuat.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Mar 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2022, 08:30 WIB
Ekspresi Vladimir Putin saat Perayaan 8 Tahun Rusia Merebut Krimea
Presiden Rusia Vladimir Putin menyapa orang-orang setelah pidatonya di konser perayaan delapan tahun referendum tentang status negara bagian Krimea dan Sevastopol serta penyatuannya kembali dengan Rusia, di Moskow, Rusia (18/3/2022). (Ramil Sitdikov/Sputnik Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Moskow - Pejabat tinggi pemerintah Rusia, Dmitry Medvedev, menyebut ekonomi negaranya tetap kuat meski terkena sanksi negara-negara Barat. Sanksi itu dipicu invasi terhadap kedaulatan Ukraina. 

Dmitry Medvedev yang dulunya merupakan presiden Rusia kini menjabat sebagai Deputi Ketua Dewan Keamanan Rusia. Ia menyebut ketika dulu negaranya kena sanksi, hal itu membuat industri bisa berkembang secara mandiri. 

"Sanksi-sanksi sebelumnya berguna bagi kita karena memaksa kita untuk mengembangkan substitusi impor di semua sektor, termasuk yang intensif-sains, untuk mengembangkan teknologi-teknologi baru, produk-produk, dan obat-obatan," ujar Dmitry Medvedev, dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Senin (21/3/2022).

Sanksi-sanksi dari negara dan perusahaan Barat saat ini telah berdampak kepada kehidupan sehari-hari warga Rusia, sebab perusahaan seperti Apple, Samsung, Visa, Mastercard, Boeing, dan Airbus telah ikut memberikan sanksi. 

Medvedev berkata pemerintah telah mengambil langkah untuk menambah pendanaan di sektor teknologi tinggi, agrikultur, dan perbankan.

"Tidak akan ada kolaps dalam ekonomi," ujar mantan presiden Rusia itu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mitra Rusia

Beauty Vlogger Ukraina Dituduh Rusia Terlibat Konspirasi Barat, Disebut Buat Foto Rekayasa di Puing-Puing Rumah Sakit
Situasi rumah sakit bersalin di Mariupol, Ukraina, setelah dihantam bom pasukan Rusia. (dok. HANDOUT / NATIONAL POLICE OF UKRAINE / AFP)

Lebih lanjut, Dmitry Medvedev berkata Rusia punya mitra-mitra negara lain yang bisa diandalkan, seperti negara-negara eks-Soviet dan China. 

Asia Tenggara dan Afrika juga turut disebut. 

"Hasil dari kemitraan dan kooperasi ini cukup terbukti," ujar Medvedev. 

Pada awal Maret 2022, sebanyak 141 negara-negara dunia mendukung resolusi yang mengutuk invasi Rusia kepada Ukraina. Resolusi ini juga didukung mayoritas negara Asia. 

Sejumlah negara-negara Afrika abstain, seperti Sudan Selatan, Namibia, Uganda, dan Zimbabwe. Sementara, India, Pakistan, dan Sri Lanka juga abstain.


Infografis Invasi Rusia:

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya