Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia bersama empat negara sahabat mengumumkan digelarnya KTT Global COVID-19 ke-2. Acara tersebut bakal digelar secara virtual pada 12 Mei 2022.
Lima negara yang mengumumkan memiliki posisi khusus dalam pemberantasan COVID-19, serta dalam memimpin forum internasional di antaranya:
Advertisement
Baca Juga
- Amerika Serikat sebagai Ketua KTT COVID-19 pertama
- Belize sebagai Ketua Komunitas Karibia (CARICOM)
- Jerman sebagai Presiden G7
- Indonesia sebagai Presiden G20
- Senegal sebagai Ketua Uni Afrika
"KTT ini akan menggandakan upaya bersama kita dalam mengakhiri fase akut pandemi COVID-19 dan menyiapkan diri untuk menghadapi ancaman kesehatan di masa depan," tulis keterangan resmi Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Selasa (19/4/2022).
KTT ini merupakan sekuel dari KTT Global COVID-19 pertama yang diadakan oleh Amerika Serikat pada 22 September 2021. Acara KTT yang pertama dibuka oleh Presiden AS Joe Biden dan digelar secara virtual. Inti dari KTT tersebut adalah memperkuat keamanan kesehatan demi mencegah dan bersiap melawan ancaman biologis di masa depan.
"Menuju KTT 12 Mei, kami menyerukan kepada pemimpin dunia, masyarakat madani, lembaga swadaya masyarakat, filantrop, dan sektor swasta untuk membuat komitmen baru dan menawarkan solusi untuk memvaksinasi dunia, menyelamatkan nyawa sekarang, serta membangun ketahanan kesehatan yang lebih baik – untuk semua, di mana pun," tulis Kedubes AS.
Untuk 2022, salah satu fokus utama adalah kemunculan varian-varian baru COVID-19, seperti Omicron.
Berdasarkan data Johns Hopkins University pada Selasa ini, ada total 505 juta kasus COVID-19 di dunia. Ada 32,9 juta infeksi baru virus corona pada 28 hari terakhir.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
China Tolak Hidup dengan COVID-19
Pihak kesehatan bewenang top di China menuntut para pejabat lokal agar segera menuntaskan penyebaran COVID-19 secepat mungkin. Pakar juga menolak narasi hidup dengan COVID-19. Sikap itu muncul di tengah lockdown Shanghai yang menjadi perhatian dunia internasional.
Menurut laporan media pemerintah China, Global Times, Senin (18/4), pakar kesehatan menolak dengna tegas anggapan "berdampingan dengan COVID" dan "virus menjadi flu". Mereka pun mengikuti terus kebijakan nol kasus di China agar dampak pandemi bisa minimal.
Direktur Komisi Kesehatan Nasional, Ma Xiaowei, prinsip yang digunakan adalah "rakyat pertama, kehidupan pertama". Hal itu ditulis Ma Xiaowei di Study Times, koran yang terkait Partai Komunis China.
Ma Xiaowei menegaskan bahwa sumber daya di China terbatas, sehingga ia khawatir jika beban medis kembali berat apabila protokol dilonggarkan. Hal itu bisa berdampak serius kepada orang-orang dengan penyakit penyerta, lansia, anak-anak, dan wanita hamil.
Ia pun menyebut keputusan yang dibuat Presiden Xi Jinping dan PKC berdasarkan sains dan hukum. Oleh karenanya, ia meminta agar para pejabat ikut melawan narasi berdampingan dengan virus dan memperlaukan virus sebagai flu.
Anggapan dari Inggris dan Amerika Serikat bahwa Omicron mirip flu juga turut dibantah oleh Ma Xiaowei. Ia bahkan meminta agar kebijakan zero COVID diadopsi di secara full di China.
Advertisement
PM Italia Mario Draghi Positif COVID-19, Kunker Batal
erdana Menteri Italia Mario Draghi dinyatakan positif COVID-19, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan pada Senin (19/4).
Mario Draghi (74) yang divaksinasi lengkap, "tidak menunjukkan gejala," menurut pernyataan itu.
Jadwalnya telah dibatasi, termasuk rencana perjalanan ke Angola dan Republik Kongo yang dijadwalkan pada 20-21 April, demikian dikutip dari laman Xinhua, Selasa (19/4).
Pernyataan itu mengatakan, Draghi akan digantikan oleh Menteri Luar Negeri Luigi Di Maio dan Menteri Transisi Ekologi Roberto Cingolani untuk perjalanan dinasnya.
Tes positif Draghi datang ketika tingkat infeksi virus corona di Italia meningkat dibandingkan dengan posisi terendah baru-baru ini dari awal Maret, meskipun tingkat kematian dan rawat inap tetap rendah.
Data terbaru, mulai Minggu (17/4), menunjukkan hampir 52.000 infeksi baru secara nasional, hari keenam berturut-turut dengan lebih dari 50.000 kasus baru.
Italia Akhiri Perang Melawan COVID-19Lebih dari dua tahun setelah pengumumannya, dan mengikuti beberapa kali perpanjangan aturan, Italia pada Kamis 31 Maret 2022 secara resmi mengakhiri keadaan darurat pandemi COVID-19.
Rencana mengakhir perang melawan virus corona sebelumnya telah diumumkan oleh Perdana Menteri Mario Draghi pada bulan Februari.
Kini, Italia dapat secara bertahap menghapus langkah-langkah COVID-19 yang tersisa antara 1 April dan 31 Desember 2022.
Mulai Jumat (1/4/2022), sistem empat tingkat berdasarkan kode warna - zona putih, kuning, oranye dan merah untuk risiko pandemi rendah, sedang dan tinggi, tidak akan berlaku lagi, sesuai dengan aturan baru.
Korea Selatan Cabut Sebagian Aturan Pembatasan
Korea Selatan mencabut hampir semua tindakan pencegahan COVID-19 pada Senin (18 April) sebagai langkah besar menuju kembali ke kehidupan normal ketika varian Omicron surut dan infeksi harian turun ke level terendah lebih dari dua bulan di bawah 50.000.
Jam malam di restoran dan bisnis lainnya dicabut, bersama dengan batas 10 orang yang diizinkan untuk berkumpul. Mulai pekan depan, masyarakat akan diperbolehkan makan jajan di bioskop dan fasilitas publik dalam ruangan lainnya seperti stadion. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (18/4/2022).
Namun, orang-orang masih diharuskan memakai masker, dengan pemerintah berencana untuk meninjau apakah akan mencabut aturan untuk masker di luar ruangan dalam dua minggu.
Pelonggaran aturan terjadi ketika jumlah kasus virus corona di Korea Selatan turun menjadi 47.743 pada Senin, terendah sejak 9 Februari, setelah melayang di lebih dari 620.000 sehari pada pertengahan Maret.
Beberapa aturan, bagaimanapun, tetap termasuk karantina wajib untuk pelancong yang tidak divaksinasi dan tes PCR negatif untuk yang divaksinasi penuh.
Korea Selatan sebagian besar telah berhasil membatasi kematian dan kasus kritis melalui vaksinasi yang meluas, dan telah mengurangi upaya penelusuran dan penahanan agresif yang menjadikannya kisah sukses mitigasi dari sebagian besar dua tahun pertama pandemi.
Hampir 87 persen dari 52 juta populasi telah divaksinasi lengkap, dengan 64 persen juga memiliki booster, menurut data Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.
Advertisement