Study HILL ASEAN: Fandom Jadi Ekosistem Ideal Bagi Konsumen di Asia Tenggara

Kehadiran fandom di ASEAN bukan hal baru, namun dengan kondisi pandemi COVID-19, jumlah orang yang mengikuti komunitas fandom meningkat secara signifikan

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2022, 14:17 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2022, 14:09 WIB
Devi Attamimi, Institute Director, HILL ASEAN dan Executive Director Strategy, Hakuhodo International Indonesia. (Dok. HILL ASEAN)
Devi Attamimi, Institute Director, HILL ASEAN dan Executive Director Strategy, Hakuhodo International Indonesia. (Dok. HILL ASEAN)

Liputan6.com, Jakarta - Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN), institusi yang berada di bawah naungan salah satu perusahaan periklanan ternama di Jepang, Hakuhodo Inc., mengumumkan hasil temuan dari riset terbarunya yang bertajuk "Into the Fandom – How Tribes of Fans will be the Next Power in Society?", melalui Forum HILL ASEAN ke-8 yang kali ketiga diselenggarakan secara virtual.

Penelitian dengan metode survei kuantitatif dan kualitatif ini dilakukan di 6 negara ASEAN dan Jepang, yang menganalisa lebih dalam terkait sikap dan perilaku dari masyarakat yang bergabung dalam kumpulan para penggemar atau fandom. Hasil survei ini dapat menjadi indikator berbasis fakta yang menciptakan perspektif baru dalam membantu strategi pemasaran dari produk-produk konsumen di negara-negara ASEAN. Hal ini sejalan dengan misi dan komitmen HILL ASEAN untuk selalu mendukung aktivitas pemasaran perusahaan-perusahaan di ASEAN.

Kehadiran fandom di ASEAN bukan hal baru, namun dengan kondisi pandemi COVID-19, jumlah orang yang mengikuti komunitas fandom meningkat secara signifikan karena masyarakat menjadi lebih punya banyak waktu di rumah dan mencari cara yang paling memungkinkan untuk mengakses hal yang mereka sukai dan memenuhi afirmasi diri. Di sisi lain, antusiasme terhadap fandom juga mengingatkan tentang berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang telah mengakar di ASEAN dan sulit atau tidak dapat diselesaikan oleh masyarakat umum.

"Komunitas fandom di ASEAN merupakan bentuk 'masyarakat ideal' atau 'utopia' di mana semua anggota sama sejajar – tidak ada hirarki, berkomunikasi dengan bebas, tidak memandang usia, jenis kelamin, kebangsaan, atau status ekonomi dan sosial," jelas Devi Attamimi, Institute Director, HILL ASEAN dan Executive Director Strategy, Hakuhodo International Indonesia yang kembali tampil sebagai pembicara utama di Forum HILL ASEAN 2022.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Memiliki Keunikan

Irfan Ramli, CEO Hakuhodo International Indonesia. (Dok. HILL ASEAN)
Irfan Ramli, CEO Hakuhodo International Indonesia. (Dok. HILL ASEAN)

"Dapat dikatakan, keragaman dan kesetaraan sungguh diwujudkan dalam komunitas ini sehingga terbentuk hubungan dan solidaritas yang murni tanpa untung atau rugi. HILL ASEAN menyebut fandom ini sebagai 'MATTER-VERSE' – sebuah komunitas ideal yang merespons kebutuhan penting masyarakat yang sulit dicapai di dunia nyata," imbuhnya.

Komunitas fandom ASEAN memiliki beberapa keunikan yaitu, kesetaraan – tidak ada diskriminasi atau prasangka dan setiap orang dihormati secara setara karena terhubung oleh perasaan 'suka' yang sama; kreativitas – bekerjasama untuk merencanakan sesuatu untuk bersenang-senang bersama; sebagai keluarga kedua – saling percaya dan dapat membantu satu sama lain; dan memiliki kekuatan kelompok – memanfaatkan kekuatan bersama untuk memberikan pengaruh terhadap kepentingan fandom dan masyarakat, merasakan sensasi nyata membuat perbedaan di dunia.

Bagi masyarakat ASEAN, bergabung dalam fandom merupakan salah satu bentuk dalam memenuhi kebutuhan untuk memiliki hubungan/bersosialisasi dengan orang lain. Mereka secara aktif berinteraksi dan berbagi informasi di antara sesama anggota komunitas. Berbeda dengan masyarakat Jepang yang menggunakan fandom untuk bersenang-senang dan mengatasi rasa kesepian atau stres.

Devi menambahkan, "Terdapat tiga 'matters' atau hal penting yang ingin dipenuhi oleh masyarakat ASEAN melalui fandom yaitu, (1) To Matter – membuat mereka merasa keberadaannya di dunia ini penting; (2) To have something that matters – memungkinkan mereka untuk memiliki atau melakukan sesuatu yang berarti; (3) To have my hopes that matters fulfilled – memberi ruang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mereka anggap paling penting. Temuan riset ini menjadi bukti bahwa komunitas fandom adalah sebuah utopia dengan tatanan ekonomi dan sosial yang baru."

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek fandom yang paling banyak diikuti di ASEAN selama pandemi sesuai urutan adalah K-Pop, game, dan memasak. Secara khusus, urutan subjek fandom terbanyak di Indonesia adalah memasak, game, dan K-Pop. Selain itu, sekitar 83% masyarakat ASEAN juga mengakui mereka memiliki brand yang sangat disukai dan menjadi fan dari brand tersebut. Alasannya antara lain karena kualitas produk atau layanan yang baik, adanya nilai emosional, dan didukung komunitas fandom yang tak terbatas.

"Seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil riset ini diharapkan dapat memberikan energi baru dan positif bagi kita semua. Kehadiran fandom dapat menjadi sebuah kesempatan dalam membuka peluang pasar, dengan memanfaatkan karakter konsumen pada brand, menuju ke arah yang lebih baik," ungkap Irfan Ramli, CEO Hakuhodo International Indonesia.

Hakuhodo International Indonesia dan Hakuhodo di seluruh dunia, menjalankan usahanya dengan melandaskan diri pada filosofi ‘sei-katsu-sha’ – memandang konsumen dengan perspektif 360 derajat; lebih dari sekedar pembeli yang melakukan fungsi ekonomi, namun sebagai individu yang dipandang secara holistik dengan gaya hidup, mimpi dan aspirasi berbeda-beda. “Kami akan terus mendukung aktivitas pemasaran perusahaan di ASEAN melalui riset berkelanjutan mengenai sikap dan perilaku konsumen ASEAN," tutup Irfan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya