WHO: Cacar Monyet Bisa Sembuh Tanpa Perawatan, Namun Waspada

Pejabat tinggi WHO berkata kasus Monkeypox yang terjadi masih tergolong ringan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Mei 2022, 13:28 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2022, 13:26 WIB
WHO Ungkap Penyebaran Omicron Siluman BA.2 yang Lebih Menular Terus Meningkat di Banyak Negara
Ilustrasi orang-orang memakai masker di tengah pandemi COVID-19. Kini, ada kasus cacar monyet misterius yang muncul. (pexels/gustavo fring).

Liputan6.com, Jakarta - World Health Organization (WHO) menegaskan bahwa monkeypox (cacar monyet) yang terdeteksi sejauh ini masih tergolong ringan. Kasus cacar monyet yang terjadi di beberapa negara Eropa terbilang misterius, sebab orang yang terjangkit tak ada riwayat perjalanan ke Afrika. 

Monkeypox memang pertama kali terdeteksi di sejumlah negara Afrika, mulai itu Pantai Gading yang berada di sisi barat Afrika, hingga Sudan di timur. 

Dilaporkan situs UN News, Sabtu (21/5/2022), WHO disebut telah bekerja dengan sejumlah negara-negara yang terdampak untuk memperluas surveilans atau pemantauan. Fasilitas kesehatan juga diminta mendukung orang-orang yang terdampak dan memberikan panduan melawan penyakit ini.

Lebih lanjut, WHO menegaskan penularan cacar monyet tidak sama dengan COVID-19. Penyakit cacar monyet bisa ditularkan lewat kontak fisik, cairan tubuh, maupun luka. 

Namun, penyebarannya tidak separah COVID-19. Kasus cacar monyet bisa berhenti kepada "generasi keenam". Penularan terpanjang adalah mencapai orang ke enam dari pengidap asli penyakit ini. 

Direktur Regional Eropa di WHO, Hans Kluge, menjelaskan kasus yang terdeteksi sejauh ini masih tergolong ringan. Penyakitnya juga bisa sembuh dalam hitungan minggu tanpa obat. 

"Monkeypox biasanya penyakit yang membatasi diri, dan mayoritas yang terinfeksi akan pulih dalam beberapa pekan tanpa perawatan," ujar Hans Klug. "Namun, penyakitnya bisa lebih parah terutama bagi anak-anak, wanita hamil, dan orang-orang yang immunocompromised."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Negara Tetangga Temukan Kasus Monkeypox atau Cacar Monyet

Cegah Virus Cacar Monyet, Bandara Juanda Maksimalkan Thermal Scanner
Gejala dari Monkeypox atau cacar monyet mirip dengan smallpox (cacar), namun lebih ringan. (Foto: Dian Kurniawan)

Sebelumnya dilaporkan, negara tetangga Indonesia, Australia, mengonfirmasi temuan kasus pertama warganya terpapar virus monkeypox atau cacar monyet. Kasus pertama yang terkonfirmasi pada seorang pria Melbourne berusia 30-an tahun yang baru saja tiba dari Inggris yang memiliki klaster cacar monyet.

Pria Melbourne itu mengalami gejala ringan sebelum dia kembali ke Melbourne pada 16 Mei 2022. Ketika merasa tak enak badan ia segera ke dokter umum untuk mendapatkan pengobatan seperti disampaikan menurut Departemen Kesehatan Victoria.

Setelah melakukan serangkaian pengujian laboratorium diketahui bahwa pria itu terpapar virus monkeypox yang biasanya menular pada hewan. Segera saja pria tersebut menjalani isolasi di rumah seperti mengutip 9 News, Jumat (20/5/2022).

Selain pria warga Melbourne, ada juga kasus suspek di Sydney berumur 40-an. Pasien berjenis kelamin pria juga dengan gejala ringan. Ia mengalami sakit beberapa hari usai kembali dari perjalanan Eropa. Belum diketahui dengan pasti apakah terpapar virus monkeypox tapi dia dan orang-orang yang kontak erat dengannya sudah mengisolasi diri di rumah.

"Proses tes untuk pria itu tengah berlangsung dan nampaknya bakal keluar dalam beberapa hari ke depan," kata New South Wales Health Minister Brad Hazzard.

Tidak Mudah Menular dari Manusia ke Manusia

3 Fakta Cacar Monyet yang Tengah Merebak di Eropa dan Amerika
Belum usai pandemi Covid-19, namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan terkait virus baru, monkeypox atau cacar monyet. Simak fakta-faktanya berikut ini! (pexels/andrea piacquadio).

Chief Health Officer di Victoria, Brett Sutton, mengatakan bahwa virus monkeypox secara teori tidak mudah menular antara manusia ke manusia lainnya. Dan, biasanya orang yang terpapar bakal sembuh sendiri dalam dua hingga tiga minggu.

"Penularannya itu dengan kontak langsung kulit ke kulit melalui kulit yang luka, cairan atau nanah pada lesi, atau kontak tatap muka yang berkepanjangan melalui transmisi pernapasan," kata Brett.

Gejala cacar monyet amat mirip dengan flu. Lalu, muncul ruam dengan lesi yang sering gatal atau nyeri muncul di kulit.

Meski kasus ini tengah naik di Eropa dan Inggris, Brett dan pemerintah setempat tidak akan melarang warganya pergi ke sana. Namun, warga harus tetap waspada bila mendapati gejala penyakit jika mereka bepergian.

Bisa Menular Lewat Seks

Hubungan Intim/Seks
Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Penularan cacar monyet di antara manusia dinyatakan moderat. Salah satu caranya adalah melalui hubungan seks. Hal ini terjadi ketika kuliat bersentuhan dengan bagian yang terkena cacar monyet. Penularan ini diduga menjadi pemicu sejumlah pria gay tertular di Inggris.

Penularan melalui hubungan seks lantas sedang dianggap tinggi karena kasus yang terjadi baru-baru ini. Sementara, penularan jika tak saling dekat-dekat terbilang rendah.

Wilayah Uni Eropa masih belum tahu seluas apa penularan penyakit ini, namun solusi awal adalah melakukan tes kepada sejumlah individu dengan tanda-tanda medis penyakit ini.

Rekomendasi lainnya adalah memperluas tes bagi orang-orang yang punya banyak pasangan seks, kelompok gay, maupun orang yang baru melakukan hubungan seks secara kasual.

Mayoritas waktu penyembuhan adalah beberapa minggu.

Monkeypox atau penyakit cacar monyet adalah virus zoonosis (virus yang ditularkan ke manusia dari hewan) dengan gejala yang sangat mirip dengan pasien cacar, meskipun secara klinis tidak terlalu parah.

Dengan pemberantasan cacar pada 1980 silam dan penghentian selanjutnya dari vaksinasi cacar, monkeypox telah muncul sebagai orthopoxvirus yang paling penting bagi kesehatan masyarakat.

"Cacar monyet terutama terjadi di Afrika Tengah dan Barat, seringkali di dekat hutan hujan tropis dan semakin sering muncul di daerah perkotaan. Hewan inang termasuk berbagai hewan pengerat dan primata non-manusia," begitu penjelasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melansir laman resmi WHO, Jumat (20/5).

Infografis 5 Cara Cegah Covid-19 Saat Berolahraga di Gym. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Cara Cegah Covid-19 Saat Berolahraga di Gym. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya