Liputan6.com, Bali - Sejalan dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi yang mengedepankan multilateralisme pada KTT Menlu G20, anggota Dewan Negara sekaligus Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi pada Jumat 8Â Juli 2022 juga menyerukan penegakan multilateralisme sejati, pelaksanaan kerja sama yang saling menguntungkan, serta pencapaian inklusivitas dan konektivitas dalam kerangka kerja Kelompok 20 (G20).
Menlu Wang Yi menyampaikan pernyataan tersebut saat berpidato dalam pertemuan para menteri luar negeri G20 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali.
Baca Juga
"Para anggota G20 harus menjadi mitra dengan saling menghormati dan berkonsultasi atas dasar kesetaraan," tuturnya seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu (9/7/2022).
Advertisement
Mereka harus menjadi mitra dalam koeksistensi damai dan kerja sama yang saling menguntungkan, kata Wang, yang menambahkan bahwa anggota G20 juga harus menjadi mitra untuk keterbukaan, inklusivitas, dan konektivitas.
Para anggota G20 harus memperkuat koordinasi mereka tentang kebijakan makroekonomi demi mendorong pemulihan inklusif dan pertumbuhan ekonomi global, urainya.
"Mereka harus bersama-sama menjaga rantai pasokan internasional yang stabil untuk meringankan tekanan inflasi global," lanjut Wang.
Pada kesempatan tersebut, Menlu Wang Yijuga menyerukan peningkatan sistem perdagangan multilateral guna memperkuat lingkungan perdagangan internasional yang terbuka, transparan, dan tidak diskriminatif.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menlu Wang Yi Desak G20 Sejumlah Hal Ini
Wang juga mendesak anggota G20 untuk memprioritaskan pembangunan dan memperkuat kerja sama dalam bidang pengentasan kemiskinan, pemberantasan COVID-19, infrastruktur, dan pembangunan hijau.
Dalam pidatonya, Wang menekankan bahwa China akan terus mendesak perundingan damai dan mendorong dialog terkait isu Ukraina, serta selalu berpihak pada perdamaian.
Sebelumnya, Menlu Retno Marsudi menyampaikan bahwa menjaga multilateralisme dan melaksanakan kerja sama yang efektif menjadi satu-satunya cara untuk mengatasi tantangan global.
Menlu Retno mengatakan melalui pertemuan menteri luar negeri ini, semua anggota G20 diharapkan dapat membangun jembatan komunikasi, berpegang teguh pada perdamaian dan keadilan, mendorong persahabatan dan kerja sama, serta menentang unilateralisme dan isolasi.
Advertisement
Sekjen PBB: Multilateralisme Adalah Keharusan
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan multilateralisme bukanlah sebuah pilihan melainkan suatu keharusan.
Dia menyampaikan harapan agar negara-negara akan sepenuhnya mempraktikkan multilateralisme dengan tindakan, mendorong konektivitas, keterbukaan, dan inklusivitas agar dapat menangani tantangan mendesak dengan lebih baik.
Para anggota G20 mengadakan diskusi terkait berbagai topik, termasuk gencatan senjata dan penghentian permusuhan, pemulihan ekonomi pascapandemi, rantai pasokan dan industri, serta keamanan pangan dan energi. Mereka menyepakati perlunya memberikan peran penuh kepada posisi penting G20, memperkuat multilateralisme, mengurangi defisit kepercayaan, serta mencegah perpecahan global.
Menlu Wang Yi sejatinya tengah melakukan tur ke Asia, dengan kunjungan ke Myanmar, Thailand, Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Dalam kunjungannya ke Tanah Air untuk menghadiri KTT Menlu G20 di Nusa Dua, Bali.
Foreign Ministers' Meeting (FMM) atau KTT Menlu G20 di Bali menghadirkan para menlu negara G20 pada Jumat 8 Juli 2022.
Menlu Rusia 2 Kali Walk Out di KTT G20, Kritik Barat Soal Invasi Moskow
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov terpantau meninggalkan ruang pertemuan atau walk out sebanyak dua kali pada Foreign Ministers' Meeting (FMM) atau KTT Menlu G20 di Bali, Jumat 8 Juli 2022.
Menurut seorang diplomat barat yang hadir, mengutip VOA Indonesia, Sabtu (9/7/2022), Menlu Rusia pertama kali walk out ketika Menlu Jerman Annalena Baerbock berbicara pada sesi pembukaan. Kedua, sebelum Menlu Ukraina Dmytro Kuleba berbicara melalui video pada sesi kedua.
Meskipun duduk di seputar meja konferensi besar yang sama untuk pembukaan, baik Sergey Lavrov maupun Blinken kabarnya saling tidak peduli. Keduanya tidak berencana untuk bertemu.
"Kami tidak mengejar siapa pun untuk menyarankan pertemuan. Kalau mereka tidak ingin berbicara, itu adalah pilihan mereka," cetus Lavrov dalam briefing dengan wartawan setelah sesi pertama.
Menlu Lavrov juga disebut menyalahkan Amerika karena meninggalkan pembicaraan perdamaian mengenai perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa Lavrov mengkritik Barat karena berfokus pada operasi militer Moskow di Ukraina dalam KTT itu, bukannya menangani masalah ekonomi global. Indonesia sebagai tuan rumah KTT mendesak G20 membantu mengakhiri konflik di Ukraina.
Advertisement