Kondisi Cacat Fisik Tak Halangi Seniman Mozambik Melukis

Seorang seniman dari Mozambik, Nicktar Benedito, memiliki cacat fisik. Ia tidak leluasa menggunakan tangannya. Namun begitu, ia bertekad kuat untuk mandiri.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi pengertian, seni lukis
Ilustrasi pengertian, seni lukis. (Photo by Yannis Papanastasopoulos on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang seniman dari Mozambik, Nicktar Benedito, memiliki cacat fisik. Ia tidak leluasa menggunakan tangannya. Namun begitu, ia bertekad kuat untuk mandiri.

Nicktar Benedito tahu betul cara menyesuaikan diri dengan keterbatasan. Ia terlahir dengan cacat fisik yang membatasi penggunaan tangan dan lengan.

Namun, kondisi itu tidak menghambatnya untuk menentukan profesi yang diminati. Pria Mozambik itu secara otodidak belajar menggambar dan melukis dengan kakinya untuk mengekpresikan dirinya dengan lebih baik, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (23/7/2022).

Dalam 37 tahun kehidupannya, artis itu mengatakan bahwa pandemi COVID-19 adalah rintangan terbesar yang menghadangnya. Tantangan itu menginsipirasinya untuk memproduksi rangkaian lukisan yang dia sebut “The Cry of the World” atau “Tangisan Dunia.”

"Saya telah melukis apa yang ditangisi dunia, berkali-kali," katanya.

Seri lukisan ini menggambarkan perempuan dan anak perempuan yang menderita akibat pandemi COVID. Dana PBB untuk Anak-Anak (UNICEF) telah melaporkan peningkatan jumlah pernikahan anak dan siswi yang putus sekolah.

Keprihatinan itu juga diungkapkan oleh pihak berwenang di provinsi Manica, Mozambik, kota tempat tinggal Benedito. Lukisan barunya berfokus pada perempuan yang semuanya sedang menghadapi kesulitan. Sebagian dari mereka sedang hamil.

"Ketika pandemi COVID dimulai, orang-orang di pedesaan tidak mengerti apa itu. Para perempuan ini menanggung segalanya. Mereka meninggalkan kampung mereka karena mereka mengira COVID-19 adalah sihir. Karena itu, (dalam lukisan) ditampilkan punggung mereka," kata Benedito.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pandemi COVID-19

Ilustrasi: lukisan abstrak Mark Rothko di The Phillips Collection
Ilustrasi: lukisan abstrak Mark Rothko di The Phillips Collection. Dok: The Phillips Collection

Salah satu lukisan menunjukkan seorang gadis cantik berangkat di pagi hari dengan cangkul dan stoples. Ia tampak sedih, kata Benedito, karena ia rindu untuk bersekolah.

"Dia harus pergi ke ladang, sesuatu yang tidak mau dia lakukan. Tetapi dia terpaksa melakukan itu karena dia sudah menikah dini," ujarnya.

Pembatasan terkait pandemi telah mencegah Benedito memamerkan karyanya di luar rumahnya yang sederhana di kota Chimoio. Dia mengatakan bahwa dia telah menjual lukisan kepada teman-temannya, tetapi juga bergantung pada pemerintah yang telah mengiriminya bantuan setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dia tidak mengeluh.

"Bagi saya, seni bukan tentang uang. Seni adalah membantu orang untuk melihat dunia dengan pandangan yang berbeda," tutur Benedito.

Ketika masih kecil, cacat tubuh membuat Benedito tidak bisa bermain dengan anak-anak lainnya. Dia mulai menggambar untuk menepis rasa kesepian. Kini dia bercita-cita masuk sekolah seni untuk anak muda yang difabel ataupun tidak.

Benedito bercita-cita membantu orang lain berkreasi dan melihat dengan penuh kasih. Ia hendak menjadikan itu sebagai bagian dari warisan hidupnya.

Penyerang Lukisan Mona Lisa dengan Kue Menyamar Jadi Nenek Berkursi Roda

Heboh Lukisan Mona Lisa Dirusak dengan Krim Kue oleh Aktivitis Lingkungan Hidup, Ada Apa?
Lukisan Mona Lisa dirusak oleh aktivis lingkungan hidup menggunakan krim kue (Twitter.com/@lukeXC2002)

Video viral yang diposting di media sosial menunjukkan seorang pria dengan wig dan lipstik yang tiba di kursi roda merupakan pelaku penyerangan lukisan Mona Lisa di Museum Louvre, Paris. Pria yang belum diketahui identitasnya itu juga terlihat melempar bunga mawar di galeri museum.

Ia adalah pelaku penyerangan lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci yang sangat terkenal, seperti dikutip dari laman situs berita Al Jazeera, Selasa (31/5/2022).

Menyamar sebagai wanita tua, pria tersebut kemudian melakukan aksi gilanya dengan melompat keluar dari kursi roda sebelum menerjang kaca lukisan yang dilapisi kaca antipeluru.

Lantaran tak bisa menjalankan aksinya, pelaku mengolesi kue di permukaan kaca tersebut dalam aksi publisitas terkait lingkungan.

Serangan kue meninggalkan noda krim putih yang mencolok tetapi lukisan Mona Lisa tidak rusak.

Kantor kejaksaan Paris mengatakan pada Senin (30/5) bahwa pria berusia 36 tahun telah ditahan setelah insiden dan dikirim ke unit psikiatri polisi.

Investigasi telah dibuka untuk kerusakan artefak tersebut.

"Mungkin ini hanya gila bagi saya," kata salah satu orang yang memposting video setelah insiden itu, menunjukkan seorang anggota staf museum sedang membersihkan kaca.

“Dia kemudian mulai mengolesi kue di kaca, dan melempar mawar ke mana-mana sebelum ditangani oleh keamanan.”

Belum Ada Komentar dari Pihak Berwajib

Salinan Lukisan Mona Lisa Siap Dilelang, Harganya Bisa Melebihi Rp5 Miliar
Ilustrasi Lukisan Mona Lisa. (Dok. Free Birds/Unsplash)

Pejabat di Museum Louvre di Paris menolak berkomentar pada tentang apa yang telah terjadi.

Video lain yang diposting di Twitter menunjukkan anggota staf yang sama selesai membersihkan panel sementara yang lain memindahkan kursi roda dari depan mahakarya Da Vinci.

"Pikirkan Bumi, orang-orang menghancurkan Bumi," kata pria itu dalam bahasa Prancis.

Di video juga menunjukkan dia dibawa pergi oleh petugas keamanan dari galeri Paris.

"Pikirkan tentang itu. Para seniman memberi tahu Anda: pikirkan tentang Bumi. Itu sebabnya saya melakukan ini.”

Mahakarya Renaissance abad ke-16 telah diincar sebelumnya. Lukisan itu dicuri pada tahun 1911 oleh seorang karyawan museum, sebuah peristiwa yang meningkatkan ketenaran internasionalnya.

Delirium, Gejala COVID-19, Gejala Baru COVID-19, Gejala Covid, Gejala Baru Covid
Infografis yang menyebut bahwa delirium merupakan gejala baru dari COVID-19, penyakit yang disebabkan Virus Corona SARS-CoV-2, tersebar di media sosial dan grup WhatsApp. (Sumber: Istimewa)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya