Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria Nigeria yang melarikan diri setelah menjadi kasus cacar monyet pertama di Thailand ditemukan di Phnom Penh pada Sabtu (23 Juli) dan dibawa ke rumah sakit, kata Kementerian Kesehatan Kamboja.
Dilansir Channel News Asia, Minggu (24/7/2022), itu terjadi pada hari yang sama pejabat Organisasi Kesehatan Dunia di Jenewa menyatakan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global pada hari Sabtu.
Baca Juga
Turis berusia 27 tahun - yang telah memperpanjang visanya di Thailand - didiagnosis menderita cacar monyet di kota resor Phuket pada hari Senin, kata seorang pejabat kesehatan Thailand.
Advertisement
Selama tinggal di Phuket, pria itu telah mengunjungi dua tempat hiburan, dan 142 orang sekarang sedang menjalani pemeriksaan virus, kata seorang pejabat kesehatan. Pihaknya juga menambahkan bahwa pria itu juga melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan seorang wanita.
Setelah mengetahui diagnosisnya, dia melarikan diri dari akomodasinya di Phuket, mematikan teleponnya dan gagal menanggapi pesan polisi atau petugas kesehatan.
Pelariannya memicu perburuan di seluruh Thailand dan pihak berwenang mengatakan sinyal teleponnya terdeteksi di provinsi timur laut yang berbatasan dengan Kamboja.
Setelah mencari di beberapa lokasi pada hari Sabtu, polisi Kamboja menemukan pelarian itu di sebuah wisma tamu di Phnom Penh dan sejak itu dia telah dikirim ke Rumah Sakit Persahabatan Khmer-Soviet untuk perawatan medis.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mewabah
"Untuk mencegah infeksi virus monkeypox, Kementerian Kesehatan mengimbau semua orang yang memiliki kontak langsung dengan pasien Nigeria untuk mengisolasi diri dan mencari pemeriksaan kesehatan," kata kementerian Kamboja dalam sebuah pernyataan.
Monkeypox tidak menular seperti virus corona, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
Tetapi sejak lonjakan infeksi dilaporkan pada awal Mei di luar negara-negara Afrika barat dan tengah - di mana penyakit itu telah mewabah.
Sembilan puluh lima persen kasus telah ditularkan melalui aktivitas seksual, menurut sebuah penelitian terhadap 528 orang di 16 negara yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine - penelitian terbesar hingga saat ini.
Advertisement
WHO Nyatakan Cacar Monyet Sebagai Darurat Kesehatan Global
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa wabah cacar monyet (monkeypox) sebagai darurat kesehatan global. Keputusan itu diumumkan pada Sabtu pagi, 23 Juli 2022, waktu setempat, setelah WHO menggelar rapat komite darurat kedua tentang masalah ini pada Kamis, 21 Juli 2022.
"Saya telah memutuskan bahwa wabah cacar monyet global merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Tedros mengatakan komite untuk sementara tidak dapat mencapai konsensus. Namun, dia mengambil keputusan setelah mempertimbangkan lima elemen yang diperlukan untuk memutuskan apakah wabah masuk dalam kriteria darurat kesehatan masyarakat global.
Keputusan yang diambilnya sementara terbatas pada wabah yang menyebar di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama mereka yang punya banyak pasangan. "Itu berarti wabah ini dapat dihentikan dengan strategi yang tepat dalam kelompok yang tepat," sambung Tedros. Saat ini, lebih dari 16.500 kasus cacar monyet dilaporkan terdeteksi di 74 negara.
Perlu Perhatian Internasional
WHO sebelumnya telah membahas kemungkinan menetapkan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global dalam pertemuan komite darurat pertama pada 23 Juni 2022. Pada saat itu, Tedros menyatakan berdasarkan saran komite darurat, wabah tersebut 'bukan sebagai darurat kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian internasional', tetapi diakui sebagai 'ancaman kesehatan yang berkembang' yang akan dipantau sangat ketat oleh WHO.
WHO mendefinisikan darurat kesehatan global atau PHEIC, sebagai 'peristiwa luar biasa' yang menimbulkan 'risiko kesehatan masyarakat bagi negara lain melalui penyebaran penyakit internasional' dan 'yang berpotensi memerlukan respons internasional yang terkoordinasi.'
Pengumuman PHEIC merujuk pada Peraturan Kesehatan Internasional yang dibuat pada 2005. Peraturan itu merupakan perjanjian internasional untuk membantu mencegah dan menanggapi risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menyebar ke seluruh dunia.
Advertisement