Kongo Laporkan Kasus Ebola Baru, Terkait dengan Wabah di Tahun 2018

Republik Kongo melaporkan kasus ebola baru.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 23 Agu 2022, 07:30 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2022, 07:30 WIB
Cara Penularan Virus Ebola
Ilustrasi Penularan Virus Ebola Credit: pexels.com/Klein

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kasus baru infeksi virus Ebola telah dikonfirmasi di kota Beni di Republik Demokratik Kongo timur, menurut Institut Nasional untuk Penelitian Biomedis negara itu.

Pengumuman itu dilakukan pada Senin (21/8). 

Dilansir Al Jazeera, Selasa (23/8/2022), dua hari sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pihak berwenang sedang menyelidiki kasus yang dicurigai di Beni setelah kematian seorang wanita berusia 46 tahun yang menunjukkan gejala yang sesuai dengan penyakit tersebut.

Urutan genetik menunjukkan kasus itu terkait dengan wabah 2018-2020 di provinsi Kivu Utara, yang menewaskan hampir 2.300 orang, kata lembaga itu dalam sebuah pernyataan.

Ebola terkadang dapat menempel di mata, sistem saraf pusat, dan cairan tubuh orang yang selamat dan kambuh bertahun-tahun kemudian.

Hutan tropis Kongo yang lebat merupakan reservoir alami bagi virus Ebola, yang menyebabkan demam, nyeri tubuh, dan diare.

Sejak 1976, negara ini telah mencatat 14 wabah.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Temuan Kasus Sejak April

[FOTO] Wabah Virus Ebola Menewaskan 84 Orang di Guinea
Penyebaran virus Ebola ini telah menewaskan 84 orang di Guinea mencapai tingkat tertinggi, menurut data pemerintah Guinea (AFP PHOTO / SEYLLOU)

Laporan sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan, Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo telah mengumumkan wabah penyakit Ebola setelah sebuah kasus dikonfirmasi di Mbandaka, provinsi Equateur.

Kasus ini dilaporkan kepada WHO pada 23 April 2022. Kasus virus Ebola terjadi pada seorang pria berusia 31 dari Mbandaka --- sebuah kota berpenduduk sekitar 1,2 juta orang di provinsi Equateur barat laut.

Kasus ini memiliki gejala pada 5 April, dengan demam dan sakit kepala dan menjalani perawatan di rumah dengan obat antimalaria serta antibiotik. Dia kemudian dirawat di dua fasilitas kesehatan antara 16 dan 21 April, di mana tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) tidak memadai.

Mengingat masih adanya gejala dan munculnya tanda-tanda perdarahan pada 21 April, dia dirawat di Rumah Sakit Rujukan Umum di Wangata. Dia meninggal pada 21 April kemudian dimakamkan dengan aman.

Sampel darah yang diambil oleh laboratorium provinsi di Mbandaka dinyatakan positif virus Ebola setelah tes RT-PCR pada 21 April, dan tes usap mulut yang dianalisis pada 22 April juga dinyatakan positif virus Ebola.

Untuk konfirmasi, sampel darah dan usap mulut dikirim ke laboratorium referensi, Institut Nasional Penelitian Biomedis (INRB) di Kinshasa dan dinyatakan positif virus Ebola oleh RT-PCR.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Ebola Sejak 1976

Salah satu wabah Ebola terburuk di dunia meneror Republik Demokratik Kongo selama 2018 (AP/Al-hadji Kudro Maliro)
Salah satu wabah Ebola terburuk di dunia meneror Republik Demokratik Kongo selama 2018 (AP/Al-hadji Kudro Maliro)

Negara tersebut telah melaporkan 13 wabah Ebola sejak 1976. Wabah saat ini adalah wabah ketiga di provinsi Equateur dan keenam di negara itu sejak 2018.

Wabah terakhir di Provinsi Equateur dinyatakan berakhir pada November 2020, setelah 130 kasus yang dikonfirmasi hampir enam bulan setelah kasus pertama dilaporkan.

Melansir keterangan WHO, pengurutan genom lengkap dilakukan di Institut National pour la Recherche Biomedicale (INRB) di Kinshasa dan hasilnya menunjukkan bahwa wabah ini merupakan limpahan baru dari populasi hewan.

“Kementerian Kesehatan (Kemenkes) setempat, berkoordinasi dengan WHO dan mitra lainnya telah memulai langkah-langkah untuk mengendalikan wabah dan mencegah penyebaran lebih lanjut,” dikutip Jumat (29/4/2022).

Kemenkes telah mengaktifkan komite manajemen darurat nasional dan provinsi untuk mengoordinasikan respons. Tim multidisiplin sedang ditugaskan kembali untuk mengelola wabah ini.

Intervensi pengendalian wabah sedang diselenggarakan di lapangan dan mencakup penyelidikan kasus, pelacakan kontak, pengawasan di pintu masuk dan pos pemeriksaan, isolasi kasus yang dicurigai, konfirmasi laboratorium, tindakan PPI di fasilitas kesehatan serta pelibatan masyarakat dan mobilisasi sosial.

Intervensi Respons Ebola

Ebola
Ilustrasi Penelitian Medis Credit: pexels.com/Jio

Intervensi respons Ebola Virus Disease (EVD) juga dilakukan dengan berbagai hal lain mencakup:

-Keterlibatan yang kuat dengan komunitas yang berfokus pada pencegahan EVD, pengenalan dini gejala dan pencarian perawatan dan vaksinasi

-Investigasi kasus dan kegiatan pelacakan kontak termasuk intervensi mendalam yang sedang berlangsung di sekitar dua kasus yang dikonfirmasi. Sampai saat ini 267 kontak telah diidentifikasi di mana dua kasus yang dicurigai telah dites negatif untuk EVD

-Sistem peringatan sedang disiapkan di daerah yang terkena dampak

-Enam belas titik kendali telah diaktifkan di Mbandaka

-Sebuah laboratorium fungsional didirikan di Mbandaka, dan persediaan telah dikirimkan

-Pada 24 April, Kelompok Koordinasi Internasional tentang penyediaan vaksin menerima dan menyetujui penggunaan 1.307 dosis vaksin berlisensi Ervebo yang disimpan di Goma. Pada 26 April, 200 dosis vaksin Ervebo dan alat suntik yang cocok tiba di Mbandaka. Vaksinasi dimulai pada 27 April. Dosis lebih lanjut akan dikirimkan sesuai kebutuhan dan karena kapasitas rantai ultra-dingin diperkuat di Mbandaka

-Penilaian dan rehabilitasi yang sedang berlangsung dari Pusat Perawatan Ebola Mbandaka dan penguatan kapasitas penyaringan, triase dan isolasi fasilitas kesehatan lainnya

-Dua puluh kursus pengobatan antibodi monoklonal diterima di Mbandaka pada 26 April

-Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) telah dimulai dan mencakup dekontaminasi fasilitas kesehatan, penilaian dan dukungan terhadap fasilitas kesehatan dan pelatihan petugas kesehatan tentang penerapan langkah-langkah PPI, dan rehabilitasi air dan sanitasi.

Delirium, Gejala COVID-19, Gejala Baru COVID-19, Gejala Covid, Gejala Baru Covid
Infografis yang menyebut bahwa delirium merupakan gejala baru dari COVID-19, penyakit yang disebabkan Virus Corona SARS-CoV-2, tersebar di media sosial dan grup WhatsApp. (Sumber: Istimewa)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya