Dukung Pertahanan Taiwan, Joe Biden Berencana Jual Senjata hingga Rudal Senilai Rp 16,3 T

Joe Biden berencana untuk meminta Kongres menyetujui penjualan senjata ke Taiwan guna mendukung pertahanan militer Taiwan yang tengah diintimidasi China.

oleh Anissa Rizky Alfiyyah diperbarui 31 Agu 2022, 15:57 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2022, 07:32 WIB
Taiwan Kerahkan Jet Tempur F-16 Baru untuk Hadapi Ancaman China
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang duduk di kokpit diberi pengarahan selama upacara untuk menugaskan 64 jet tempur F-16V yang ditingkatkan di pangkalan Angkatan Udara di Chiayi di barat daya Taiwan, Kamis (18/11/2021). (AP Photo/Johnson Lai)

Liputan6.com, Washington- Pemerintahan Joe Biden berencana secara resmi meminta Kongres menyetujui penjualan senjata senilai 1,1 miliar dolar AS atau sekitar 16,3 triliun rupiah ke Taiwan, yang mencakup 60 rudal anti-kapal dan 100 rudal udara-ke-udara.

Dikutip dari Politico, Rabu (31/8/2022), kabar tersebut muncul ketika China terus mengirim kapal perang dan pesawat ke selat Taiwan setiap harinya, sejak beberapa hari setelah Ketua DPR Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan—pulau yang diklaim merupakan bagian dari China— dan mengutuk upaya Beijing untuk mengintimidasi Taiwan.

Menanggapi kunjungan Pelosi, China mengadakan latihan militer besar-besaran yang sebelumnya belum pernah terjadi. Latihan itu diadakan di sekitar Taiwan dan terjadi penembakan rudal di sekitar Taiwan.

Setelah pemerintahan Biden mengonfirmasi pemberitahuan tersebut secara resmi, ketua partai Demokrat dan Republik di Senate Foreign Relations Committee and the House Foreign Affairs Committee perlu menandatangi penjualan tersebut sebelum penjualan resmi diselesaikan.

Anggota parlemen AS kemungkinan besar akan menyetujui penjualan ini, tetapi prosesnya dapat berlarut-larut dan berlangsung lama, mengingat adanya reses kongres yang sedang berlangsung.

Terhadap hal tersebut, perwakilan komite dari kedua belah pihak tidak langsung menanggapi dan berkomentar banyak.

Hal ini dilakukan Joe Biden sebagai komitmen AS untuk mendukung Taiwan dan keberlangsungan demokrasi yang ada di Taiwan, setelah anggota-anggota parlemen AS datang secara berturut-turut ke Taiwan untuk mengadakan kunjungan di bulan Agustus 2022 ini.

Menjual Senjata Untuk Memperkuat Taiwan?

FOTO: Latihan Tempur Militer Taiwan di Tengah Ketegangan dengan China
Kapal kelas korvet Taiwan Ta Chiang menembakkan suar untuk menunjukkan kesiapan tempurnya saat latihan di laut lepas utara Kota Keelung, Taiwan, 7 Januari 2022. Militer Taiwan menggelar latihan tempur darat, laut, dan udara di tengah ketegangan dengan China. (Sam Yeh/AFP)

Paket senjata senilai 1,1 miliar dolar AS itu termasuk di antaranya ada 60 rudal AGM-84L Harpoon Block II seharga 355 juta dolar AS (setara dengan 5,3 triliun rupiah), 100 rudal air-to-air AIM-9X Block II Sidewinder seharga 85,6 juta dolar AS (setara dengan 1,3 triliun rupiah), dan 655,4 juta dolar AS (setara dengan 9,7 triliun rupiah) untuk kontrak radar pengawasan. Rudal Sidewinder nantinya akan mempersenjatai pesawat tempur F-16 buatan AS di Taipei.

Hal ini dilakukan dengan fokus untuk mempertahankan sistem militer Taiwan saat ini—daripada menawarkan kemampuan baru yang lebih mungkin meningkatkan ketegangan dengan China yang sudah geram.

Mengutip dari DW.com, Amerika Serikat merupakan salah satu pendukung militer utama Taiwan, mereka menjual senjata dan teknologi pertahanan yang sangat dibutuhkan oleh Taipei. Selama beberapa decade, Washington juga telah menjual berbagai senjata ke pulau itu untuk pasokan senjata pertahanan.

Namun, rencaan penjualan kali ini berbeda karena China sedang terprovokasi oleh AS yang berturut-turut terlihat mendatangi Taiwan, hingga kapal perang bersenjata AS-pun turut datang transit di selat Taiwan.  

Ambiguitas AS

Bendera Taiwan bersanding dengan bendera Amerika Serikat (AFP)
Bendera Taiwan bersanding dengan bendera Amerika Serikat (AFP)

Dalam beberapa tahun terakhir, kekhawatiran telah meningkat karena China yang bersikeras untuk mengambil alih Taiwan dengan kekuatan militernya karena yakin bahwa Taiwan merupakan bagian dari China. Sebagai tanggapan atas hal itu, AS dan negara-negara barat lainnya berusaha untuk memperkuat pertahanan militer Taiwan dan menyoroti bagaimana pemerintahan Taiwan yang demokrasinya dinamis dan sangat kontras dengan otoritarianisme yang ada di China.

AS sebenarnya telah berpegang pada ‘One-China Policy’. Akan tetapi. AS secara sengaja tetap berhubungan baik dan mendukung Taiwan serta membela Taiwan untuk melawan invasi dari China, melihat semakin agresifnya ancaman dan taktik intimidasi China terhadap Taiwan.

Selain itu, perjalanan Pelosi ke Taiwan juga dinilai sebagai salah satu tindakan simbolik yang sangat beresiko.

Dalam hal ini, AS dinilai memiliki strategi yang ambigu antara berada di pihak China atau Taiwan, walaupun AS telah mengklaim bahwa pihaknya tetap mendukung One-China Policy dan berhubungan dengan Taiwan juga untuk meningkatkan hubungan bilateral yang baik.

Jejak Pembelian Peralatan Militer Taiwan ke AS

Boros Beli Senjata, Uni Emirat Arab Mimpi Bangun Pabrik Sendiri
Uni Emirat Arab dan Arab Saudi mengimpor perangkat militer hingga mencapai total US$ 8,6 miliar.

Menurut Defense News, sejak tahun 2019, tercatat, Taiwan telah memesan setidaknya 17 miliar dollar atau setara dengan 252,23 triliun rupiah peralatan militer dari Amerika Serikat. Ini termasuk diantaranya ialah pesanan 66 pesawat tempur F-16 senilai 8 milliar dollar atau setara dengan 118 triliun rupiah, di bawah mantan Presiden Donald Trump.

Lalu, pada Juli 2022, Departemen Luar Negeri AS menyetujui kemungkinan penjualan bantuan teknis militer senilai 108 juta dollar AS atau setara dengan 1,6 triliun rupiah, untuk Taiwan. Pentagon mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Taiwan juga meminta suku cadang untuk tank dan kendaraan tempur, senjata kecil, sistem senjata tempur, dan barang-barang dukungan logistik.

Pada bulan Januari 2022, di tengah peningkatan invasi mendadak China ke Zona pertahanan udara Taiwan, mereka mengeluarkan dana tambahan sebesar 8,6 miliar dollar atau setara dengan 118,7 triliun rupiah untuk pengeluaran pertahanan, yang sebagian besar akan dialokasikan untuk senjata anti-ship.

Sementara itu, pada Agustus 2022, setelah meningkatnya tensi antara China-AS karena Taiwan, AS berencana untuk menjual persenjataan lagi ke Taiwan sebagai bentuk bantuan pertahanan kepada Taiwan. 

Infografis Perang Dagang AS-China Segera Berakhir
Infografis Perang Dagang AS-China Segera Berakhir. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya