Kremlin: Xi Jinping dan Vladimir Putin Akan Bertemu, Bahas Perang di Ukraina

Xi dan Putin akan bertemu untuk membahas masalah perang yang terjadi di Ukraina.

oleh Anissa Rizky Alfiyyah diperbarui 14 Sep 2022, 11:58 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2022, 11:58 WIB
Xi Jinping dan Vladimir Putin bertemu.
Xi Jinping dan Vladimir Putin bertemu. (AFP)

Liputan6.com, Kremlin- Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu untuk membahas perang di Ukraina dan 'topik internasional dan regional' lainnya pada pertemuan mereka akhir pekan ini, kata Kremlin.

Dikutip dari BBC News, Rabu (14/0/2022), keduanya akan bertemu di Uzbekistan pada pertemuan yang akan memberikan "alternatif" bagi dunia Barat, kata Kremlin.

Xi melakukan perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak awal pandemi.

Xi juga sebenarnya sedang mengincar masa jabatan ketiga yang bersejarah, sementara hubungan Putin dengan Barat berada di titik terendah karena Ukraina.

Xi memulai perjalanan tiga harinya di Kazakhstan pada hari Rabu 14 Septemberu. Lalu Xi kemudian akan bertemu Putin pada hari Kamis di KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand, yang akan berlangsung dari 15-16 September.

Vladimir Putin juga akan bertemu dengan para pemimpin lain termasuk dari India, Pakistan, Turki dan Iran - tetapi pertemuannya dengan pemimpin China ‘sangat penting,’ kata juru bicara kebijakan luar negeri Kremlin Yuri Ushakov.

Dia mengatakan KTT itu berlangsung “dengan latar belakang perubahan politik skala besar”.

China dan Rusia telah lama berusaha untuk memposisikan SCO, yang didirikan pada tahun 2001 dengan empat negara Asia Tengah eks-Soviet, sebagai alternatif dari kelompok multilateral Barat.

Ini adalah pertemuan ke-2 bagi kedua pemimpin itu tahun ini, mereka terakhir bertemu pada Olimpiade Musim Dingin di Beijing pada bulan Februari 2022.

Kunjungan Langka Xi dan Putin

Hubungan Makin Akrab, Putin dan Xi Jinping Kembali Menggelar Pertemuan
Presiden Rusia Vladimir Putin didampingi Presiden China Xi Jinping saat melakukan kunjungannya di Aula Besar Rakyat, China (8/6). Presiden Xi menyebut hubungan China dan Rusia mampu menghadapi tantangan ekonomi dan diplomatik dari AS.(AP/Pool/ Greg Baker)

Kunjungan Xi dilakukan di tengah serangkaian pembatasan baru di China, di mana kebijakan nol Covid-nya masih berlaku. Meskipun negara-negara lain di seluruh dunia telah membuka diri dan belajar untuk hidup bersama dengan COVID-19, Beijing terus menutup dan membatasi aktivitas di seluruh kota dan provinsi setiap kali ada lonjakan kasus.

Xi terakhir kali meninggalkan Tiongkok pada Januari 2020 untuk mengunjungi Myanmar, tepat  beberapa hari sebelum lockdown pertama diberlakukan di Wuhan. Dia juga tetap berada di China sejak saat itu, ia hanya meninggalkan wilayah Tiongkok sekali pada bulan Juli 2022 ini untuk mengunjungi Hong Kong.

Putin juga melakukan kunjungan langka ke luar negeri. Pertemuannya dengan para pemimpin Turki dan Iran di Teheran pada bulan Juli merupakan perjalanan luar negerinya yang kedua sejak pasukan Rusia menginvasi Ukraina.

Pengamat China mengatakan keputusan Xi untuk meninggalkan China setelah lebih dari dua tahun, meskipun ada tantangan internal yang signifikan - pembatasan sosial yang melumpuhkan dan menyebabkan ekonomi goyah - menunjukkan kepercayaannya pada kepemimpinannya.

Para analis memperkirakan Xi akan terpilih kembali untuk masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya di Kongres Partai Komunis China mendatang pada bulan Oktober.

Pemimpin Tiongkok secara konsisten mengurangi risiko dirinya tertular virus corona dengan tidak melakukan perjalanan internasional selama lebih dari dua tahun (dengan asumsi, tentu saja, bahwa dia belum terinfeksi dan kita tidak mengetahuinya).

Dengan tetap menahan Xi Jinping di negara asalnya, juga memiliki tujuan propaganda - menyampaikan pesan kepada rakyat Tiongkok bahwa mereka juga tidak boleh bepergian ke luar negeri selama masa krisis ini.

Perjalanan Xi kali ini akan dilihat China sebagai indikasi bahwa mungkin saja China akan segera memberlakukan pelonggaran dalam kebijakan ”zero Covid” mereka.

Hubungan China-Rusia yang Semakin Dekat

Hubungan Makin Akrab, Putin dan Xi Jinping Kembali Menggelar Pertemuan
Presiden Rusia Vladimir Putin didampingi Presiden China Xi berjalan bersama saat upacara penyambutan di Aula Besar Rakyat di Beijing, China (8/6). Xi menambahkan, kedua negara juga saling mendukung kepentingan masing-masing. (AFP/Pool/ Greg Baker)

Setelah pertemuan keduanya pada bulan Februari di Olimpiade Beijing, Xi Jinping dan Vladimir Putin kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa hubungan persahabatan antar kedua negara (China-Rusia) ‘tidak ada batasnya’.

Setelah itu Rusia menginvasi Ukraina beberapa hari kemudian.

Terhadap invasi Rusia ke Ukraina, China tidak mengecam dan tidak juga mendukung. Akan tetapi, pada kenyataannya, Beijing mengatakan kedua belah pihak harus disalahkan.

Tiongkok bukan bagian dari sanksi internasional terhadap Rusia dan perdagangan antara kedua negara terus tumbuh. Impor minyak Rusia oleh India dan Cina telah melonjak sejak invasi Ukraina.

China juga melihat hubungannya dengan Barat dan terutama AS memburuk dalam beberapa bulan terakhir menyusul ketegangan atas Taiwan yang diatur sendiri. Tiongkok mengklaim pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya.

Bulan lalu, Beijing menggelar operasi blokade militer selama lima hari di sekitar pulau itu sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi.

Shanghai Corp Organization

Para menteri luar negeri dan pejabat Organisasi Kerjasama Shanghai berpose untuk foto pada pertemuan di Dushanbe, Tajikistan pada bulan Juli.
Para menteri luar negeri dan pejabat Organisasi Kerjasama Shanghai berpose untuk foto pada pertemuan di Dushanbe, Tajikistan pada bulan Juli. (AFP)

SCO merupakan salah satu organisasi politik ekonomi dan keamanan Eurasia yang didirikan oleh china, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyztan, Tajikistan, dan Uzbekistan pada tahun 2001. Saat ini, disiyalir Iran akan bergabung pada organisasi SCO.

Para anggota akan membahas perdagangan di KTT tersebut, dengan China menjadi investor utama di wilayah tersebut melalui proyek Belt and Road-nya.

Beijing telah lama berupaya membuka rute kereta api baru untuk perdagangannya ke Eropa, sementara negara-negara Asia Tengah sangat menginginkan lebih banyak koneksi ke China.

Awal tahun ini, Kyrgyzstan mengumumkan akan memulai konstruksi pada tahun 2023 pada jalur baru yang menghubungkannya ke Cina dan Uzbekistan.

Dikutip dari laman DPPA UN, sejak didirikan pada tahun 2001, SCO berfokus pada masalah keamanan regional, perjuangan melawan terorisme regional, separatism etnis, dan ekstrimisme agama. Hingga saat ini, SCO juga memprioritaskan pembangunan regional.

SCO juga telah menjadi pengamat di Majelis Umum PBB sejak tahun 2005. Pada bulan April 2010, Sekretariat PBB dan SCo menandatangani Deklarasi Bersama tentang Kerja Sama mereka.

Departemen Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian (DPPA), serta UNRCCA (Pusat PBB untuk Diplomasi Preventif untuk Asia Tengah) memelihara kontak rutin dengan para pejabat SCO. Kegiatan kerja sama berfokus pada perkembangan keamanan di kawasan ini dan masalah-masalah utama yang berkaitan dengan kontraterorisme dan pencegahan ekstremisme kekerasan.

Infografis Perang Dagang AS-China Segera Berakhir
Infografis Perang Dagang AS-China Segera Berakhir. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya