Korsel Catatkan Perbaikan Situasi COVID-19, Kasus Kembali di Bawah 70 Ribu

Kasus COVID-19 di Korea Selatan tercatat di bawah 70.000 pada Sabtu, hari kedua berturut-turut, sementara kematian akibat penyakit itu mencapai jumlah tertinggi dalam tiga bulan belakangan.

oleh Liputan6.comHariz Barak diperbarui 25 Des 2022, 09:02 WIB
Diterbitkan 25 Des 2022, 09:02 WIB
[RAGAM] Foto Menarik Pekan Ini
Seorang wanita yang mengenakan masker untuk membantu melindungi dari penyebaran virus corona COVID-19 berjalan melewati iklan toko rambut di sebuah distrik perbelanjaan di Seoul, Korea Selatan, Kamis (2/7/2020). (AP Photo/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 di Korea Selatan tercatat di bawah 70.000 pada Sabtu, hari kedua berturut-turut, sementara kematian akibat penyakit itu mencapai jumlah tertinggi dalam tiga bulan belakangan.

Korsel pada Sabtu mencatat 66.211 kasus baru infeksi COVID-19, seperti diungkapkan Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KDCA) sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (25/12/2022).

Jumlah baru infeksi tersebut termasuk sebanyak 66 kasus dari luar negeri dan menambah total kasus COVID-19 di Korsel menjadi 28.600.607, kata KDCA.

Jumlah kasus baru infeksi itu merupakan penurunan dari sehari sebelumnya, yang tercatat 16.168, serta seminggu sebelumnya sebanyak 66.930.

Angka harian kasus baru COVID-19 telah menurun hingga Selasa (20/12) setelah mencatat jumlah tertinggi dalam tiga bulan terakhir ini di tengah kekhawatiran soal kemungkinan kemunculan gelombang virus itu selama musim dingin.

KDCA melaporkan ada 70 orang lebih yang meninggal karena COVID. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi dalam tiga bulan dan menjadikan total kematian sejumlah 31.744 orang.

Pasien kritis tercatat sebanyak 534 orang. Angka itu naik sebanyak empat orang dari sehari sebelumnya.

 

Kebijakan Baru

Korea Selatan laporkan lebih dari 5.000 kasus tambahan COVID
Seorang pria berjalan di depan dekorasi Natal dan pajangan logo ibu kota Korea Selatan di Seoul, Rabu (1/12/2021). Jumlah kasus baru COVID-19 harian di Korea Selatan tercatat di angka 5.000-an untuk pertama kalinya sejak kasus pertama dilaporkan di Negeri Ginseng itu. (AP Photo/Lee Jin-man)

Kendati virus terus menyebar, pemerintah Korea Selatan pada Jumat mengumumkan rencana untuk secara bertahap mencabut kewajiban mengenakan masker.

Pemerintah juga mengumumkan seperangkat kriteria yang perlu dipenuhi sebelum pencabutan kewajiban tersebut diwujudkan.

Persyaratan yang dimaksud ada empat.

Pertama, jumlah kasus baru infeksi harus stabil terlebih dahulu. Kedua, harus ada kecenderungan penurunan jumlah pasien kritis dan orang meninggal karena virus tersebut.

Ketiga, negara memiliki kemampuan dalam penanganan medis, dan keempat bahwa tingkat vaksinasi harus sudah tinggi di kalangan kelompok berisiko tinggi.

Pemerintah menyebutkan sedikitnya dua kriteria tersebut harus sudah tercapai sebelum pencabutan kewajiban mengenakan masker bisa diberlakukan.

Pengecualian pencabutan kewajiban itu akan berlakukan pada tempat-tempat yang banyak kerumunan, seperti rumah sakit, pusat kegiatan masyarakat, dan griya lansia.

 

COVID-19 Terkendali, Hong Kong Hendak Buka Perbatasan dengan China

FOTO: Pesona Bunga Sakura Mekar Penuh Pikat Pengunjung di Seoul
Pengunjung yang mengenakan masker untuk membantu mengekang penyebaran virus corona COVID-19 berhenti untuk mengambil gambar saat berjalan di bawah bunga sakura yang mekar penuh di Seoul, Korea Selatan, 10 April 2022. (AP Photo/Lee Jin-man)

Hong Kong akan membuka kembali perbatasannya dengan China pada pertengahan Januari, kata Kepala Eksekutif kota John Lee pada Sabtu (24 Desember), ketika Beijing mempercepat pelonggaran aturan ketat COVID-19 yang telah memukul pertumbuhan ekonomi.

Lee, berbicara pada acara pers di bandara di Hong Kong ketika dia kembali dari perjalanan ke Beijing, mengatakan tujuannya dalam "secara bertahap, tertib, dan sepenuhnya" membuka kembali kota itu adalah mengembalikan perbatasan ke negara bagiannya sebelum wabah virus.

"Tujuan kami adalah untuk segera mencapai konsensus dengan pemerintah pusat, menyerahkan rencana kami kepada pemerintah pusat untuk ditinjau dan mengeksekusi rencana tersebut sebelum pertengahan Januari," kata Lee sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (24/12/2022).

Pihak berwenang Hong Kong akan bekerja dengan pemerintah kota tetangga Shenzhen dan provinsi Guangdong untuk mengelola arus orang yang melintasi perbatasan, kata Lee.

Pembatasan perjalanan melintasi perbatasan diberlakukan pada awal 2020. Pembukaan kembali ditunda beberapa kali karena wabah di Hong Kong atau China. Hong Kong dan China telah tertinggal di sebagian besar dunia dalam melonggarkan aturan COVID-19 yang ketat.

Orang-orang di wilayah administratif khusus Tiongkok di Hong Kong telah dapat mengakses Tiongkok hanya melalui bandara kota atau dua pos pemeriksaan - Teluk Shenzhen atau jembatan Hong Kong-Zhuhai-Makau.

Persiapan untuk pembukaan kembali sedang berlangsung, termasuk mengerahkan ribuan petugas dari bea cukai, imigrasi, dan layanan polisi kota, kata media setempat.

Pemerintah Hong Kong mengatakan pada 12 Desember bahwa otoritas daratan telah mengizinkan pengemudi truk lintas batas untuk mengumpulkan dan mengirimkan barang langsung ke tujuan mereka tanpa menggunakan pos pemeriksaan yang ditunjuk.

Penumpang internasional yang tiba di Hong Kong sejak pertengahan bulan tidak lagi tunduk pada kontrol pergerakan terkait COVID atau dilarang dari tempat-tempat tertentu.

Pelancong yang tiba juga dapat melanjutkan langsung ke China atau Makau selama mereka memenuhi kriteria yang disyaratkan, kata pemerintah kota. Sebelumnya mereka harus menunggu tiga hari di kota sebelum melanjutkan ke China.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya