Liputan6.com, Brussels - Eropa pada Minggu (5/2/2023), memberlakukan larangan terhadap bahan bakar diesel dan produk minyak sulingan lainnya dari Rusia. Langkah ini untuk memangkas ketergantungan energi pada Moskow dan mengurangi pendapatan Kremlin dari bahan bakar fosil sebagai hukuman atas invasi Ukraina.
Larangan tersebut datang bersamaan dengan penetapan batas harga US$ 100 per barel pada penjualan diesel Rusia ke negara ketiga seperti China dan India, yang bertujuan menghindari kenaikan harga secara mendadak dan juga membatasi pendapatan Rusia.
Baca Juga
Diesel adalah kunci ekonomi karena digunakan untuk menggerakkan mobil, truk pengangkut barang, peralatan pertanian, hingga mesin pabrik. Harga diesel telah meningkat karena pulihnya permintaan setelah pandemi COVID-19 dan keterbatasan kapasitas penyulingan, berkontribusi terhadap inflasi barang-barang lainnya di seluruh dunia.
Advertisement
Sanksi baru menciptakan ketidakpastian tentang harga meski 27 negara Uni Eropa menemukan pasokan diesel baru dari Amerika Serikat, Timur Tengah, dan India untuk menggantikan pasokan dari Rusia, yang pada satu titik mengirimkan 10 persen dari total kebutuhan diesel Eropa. Namun, perjalanan pengiriman dari negara-negara tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama.
Sebelumnya, Barat juga telah memberlakukan sanksi berupa penetapan batas harga sebesar US$ 60 per barel untuk minyak mentah Rusia. Sanksi tersebut mulai berlaku pada Desember 2022.
Baik batas harga diesel dan minyak mentah berpotensi diperketat.
"Begitu kita menetapkan batas harga, kita dapat menekan harga Rusia dan menolaknya, menolak uang (Presiden Vladimir) Putin untuk perang tanpa lonjakan harga yang akan merugikan ekonomi Barat dan ekonomi berkembang," kata Thomas O'Donnell dari Wilson Center yang berbasis di Washington seperti dikutip dari AP, Senin (6/2).
Mengantisipasi Serangan Baru Rusia
Sementara itu, dalam perkembangan lain, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mengatakan, pihaknya mengantisipasi serangan baru Rusia pada akhir bulan ini.
Menurutnya, saat serangan itu terjadi, tidak semua persenjataan bantuan Barat sudah tiba. Namun, Reznikov mengklaim, Ukraina memiliki cadangan yang cukup untuk menahan pasukan Rusia. Demikian seperti dikutip dari BBC.
Komentar Reznikov datang beberapa jam sebelum diumumkan bahwa dia akan digantikan oleh kepala intelijen militer Kyrylo Budanov sebagai menteri pertahanan.
Perombakan itu terjadi di tengah serangkaian skandal korupsi yang melanda kementerian pertahanan. Reznikov telah membantah laporan media bahwa sejumlah pejabat pertahanan diduga menggelapkan dana publik untuk pengadaan makanan bagi tentara.
Reznikov, sosok yang akrab dalam upaya Ukraina mengamankan senjata Barat, disebut akan menjadi menteri industri strategis.
Sebelumnya, Reznikov mengatakan, Rusia tidak memiliki semua sumber daya yang siap untuk melancarkan serangan. Namun, mereka tetap akan melakukannya sebagai simbol peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.
Reznikov memprediksi Rusia akan memprioritaskan untuk merebut seluruh Donbas timur serta melancarkan serangan di selatan Ukraina.
Adapun pelatihan penggunaan tank Leopard untuk pasukan Ukraina, kata Reznikov, akan dimulai Senin ini.
Advertisement
Pertempuran Sengit
Ukraina dilaporkan telah mengamankan bantuan rudal jarak jauh baru dengan jangkauan 90 mil (150km), tetapi rudal tersebut tidak dapat digunakan di wilayah Rusia, melainkan hanya terhadap unit Rusia di wilayah pendudukan Ukraina.
"Saya yakin kami akan memenangkan perang ini," kata Reznikov, tetapi dia menambahkan bahwa tanpa pengiriman jet tempur Barat, "Itu akan membuat kami kehilangan lebih banyak nyawa."
Terlepas dari aliran senjata Barat ke Ukraina, Rusia dikabarkan telah memperoleh keuntungan di sekitar wilayah Bakhmut dalam beberapa hari terakhir. Sebagian besar pertempuran di daerah tersebut dipimpin oleh kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner.
Pasukan Rusia telah berusaha untuk menguasai Bakhmut selama berbulan-bulan, menjadikannya pertempuran terpanjang sejak negara itu menginvasi Ukraina hampir setahun yang lalu.
Menguasai wilayah itu penting bagi Rusia sebagai bagian dari tujuannya untuk menguasai seluruh wilayah Donbas.
"Hal-hal sangat sulit di wilayah Donetsk - pertempuran sengit. Kami tidak memiliki alternatif selain mempertahankan diri dan menang," ujar Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pasukan Ukraina di Bakhmut semakin terisolasi karena Rusia terus membuat kemajuan kecil dalam usahanya mengepung kota.
Â