Liputan6.com, Kyiv - Ukraina mengklaim bahwa jumlah kematian tentara Rusia dalam bulan ini merupakan yang terbesar sejak minggu pertama invasi. Data Ukraina menyebutkan, 824 tentara Rusia tewas per hari pada Februari 2023.
Klaim Ukraina datang di tengah kabar bahwa Rusia telah memulai serangan besar terbarunya.
Baca Juga
Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina (NSDC) Oleksiy Danilov menilai, Rusia mengalami "masalah besar" dengan serangan tersebut.
Advertisement
"Pasukan kami memukul mundur (serangan) dengan sangat kuat," kata Danilov seperti dikutip dari BBC, Senin (13/2/2023). "Serangan yang mereka rencanakan sudah terjadi, secara bertahap, tapi itu bukan seperti serangan yang mereka bayangkan."
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mengatakan bahwa mereka mengantisipasi serangan baru Rusia yang akan berlangsung sekitar 24 Februari. Pada momen yang bertepatan dengan peringatan setahun perang tersebut, Rusia disebut akan melancarkan invasi skala penuh.
Inggris: Data Ukraina Kemungkinan Besar Akurat
Data tersebut kemudian disorot oleh Kementerian Pertahanan Inggris. Meski tidak dapat diverifikasi, namun Inggris mengatakan bahwa tren tersebut "kemungkinan besar akurat".
Menurut data Ukraina, 824 kerugian Rusia per hari pada Februari 2023, lebih dari empat kali angka pada Juni dan Juli lalu, di mana sekitar 172 tentara Rusia dilaporkan tewas setiap hari.
Militer Ukraina mengklaim terdapat 137.780 total kematian militer Rusia sejak invasi skala penuh dimulai pada 24 Februari 2022.
Kementerian Pertahanan Inggris mengungkapkan bahwa peningkatan kematian di kalangan tentara Rusia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya personel terlatih, koordinasi, dan sumber daya di lini depan.
Di lain sisi, Inggris mengakui bahwa Ukraina juga terus mengalami tingkat gesekan yang tinggi.
Advertisement
Pertempuran Sengit di Timur Ukraina
Beberapa pertempuran paling sengit terjadi di sekitar Bakhmut di bagian timur Ukraina. Pada Minggu (12/2), kepala pasukan tentara bayaran Rusia Wagner mengatakan, kelompoknya telah merebut pemukiman di dekat kota yang hancur itu.
"Hari ini, pemukiman Krasna Hora direbut oleh detasemen penyerangan PMC Wagner," ujar Yevgeny Prigozhin via Telegram.
Prigozhin memuji kelompoknya atas serangan di Bakhmut, meremehkan peran tentara Rusia.
"Dalam radius 50 km, plus atau minus, hanya ada pejuang PMC Wagner," tulisnya.
Pernyataan itu mengisyaratkan ketegangan lama antara militer Rusia dan Wagner.
Ketika Kota Soledar direbut pada Januari, Prigozhin mengklaim para pejuangnya memegang kendali penuh di sana dan membual bahwa hanya pasukannya yang ambil bagian. Klaimnya tersebut dibantah oleh Kementerian Pertahanan Rusia.
Ukraina Menanti Bantuan Persenjataan Tiba
Pasukan Rusia dinilai hanya membuat sedikit kemajuan di Ukraina sejak mereka mundur dari Kherson pada November lalu.
Namun, penguasaan Kota Soledar di utara Bakhmut disebut memungkinkan pasukan Rusia untuk terus maju menuju kota-kota besar seperti Kramatorsk dan Slovyansk.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari-hari terakhir gencar mengimbau negara-negara Barat untuk segera mengirimkan persenjataan berat ke Ukraina.
Amerika Serikat padak minggu lalu telah setuju untuk mengirim rudal jarak jauh yang akan memungkinkan Ukraina menggandakan jangkauan serangannya. Tetapi Presiden Zelensky juga sangat berharap Barat mengirim jet-jet tempur canggih mereka.