Makanan India Jawawut Dipromosikan Berpotensi Jadi Solusi Kebutuhan Pangan Indonesia

Jawawut (millet) digadang-gadang sebagai salah satu solusi pangan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Feb 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2023, 20:00 WIB
Duta Besar India Manoj Kumar Bharti bersama Menparektaf Sandiaga Uno di acara pengumuman pemenang lomba masak berbahan jawarut di Kedubes India, Senin (20/2/2023).
Duta Besar India Manoj Kumar Bharti bersama Menparektaf Sandiaga Uno di acara pengumuman pemenang lomba masak berbahan jawarut di Kedubes India, Senin (20/2/2023). Dok: Inotek Foundation

Liputan6.com, Jakarta - Makanan khas India, jawawut (millet), dipromosikan oleh Kedutaan Besar India sebagai solusi untuk membantu kebutuhan pangan di Indonesia. Duta Besar India Manoj Kumar Bharti berkata millet juga bahan yang cocok dengan resep Indonesia.

"Millet adalah makanan grain masa depan," ujar Dubes Bharti di Kedubes India, Jakarta, Senin (20/2/2023).

"Menumbuhkan millet sangat mudah karena mereka tidak butuh banyak air seperti beras. Benar-benar bebas gluten, seperti beras dan gandum. Ini penuh dengan protein. Tiap jenis makanan, baik itu India atau Indonesia, bisa menggunakan jenis baru grain yakni millet," jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Kedubes India juga memberikan penghargaan bagi para warga Indonesia yang membuat masakan dengan millet. Ada yang membuat bubur, kue, hingga manggulu yang terbuat dari jawawut. 

Sandiaga Uno yang turut hadir di acara menjelaskan bahwa millet adalah masa depan pangan. 

"Ini adalah masa depan dari pangan kita. Kita melihat bahwa sektor pangan kita ini harus terus dipercaya dengan inovasi-inovasi, termasuk juga dengan kerja sama ini banyak sekali makanan Indonesia, tadi kita lihat mulai dari cemilan, sampai juga bubur sumsum, dessert, mie aceh, itu dihasilkan oleh millet," ujar Sandiaga. 

Tahun ini, PBB telah mendeklarasikan 2023 sebagai Tahun Internasional Millet. 

"Kami dukung sebagai bagian dari Sustainable Development Goals dalam penciptaan bahan baku yang lebih variatif, lebih sehat, untuk para pelaku ekonomi kreatif," jelas Sandiaga Uno.


India Produksi Millets

Ilustrasi bendera India (AFP Photo)
Ilustrasi bendera India (AFP Photo)

Berdasarkan situs resmi otoritas agrikultur India (APEDA), produksi millets di India adalah yang terbesar di dunia, yakni 41 persen produksi dunia. Lokasi-lokasi produksi millets ada di 10 daerah: Rajasthan, Uttar Pradesh, Haryana, Gujarat, Madhya Pradesh, Maharashtra, Karnataka, Tamil Nadu, Andhra Pradesh dan Telangana.

Pihak Kedubes India menuliskan informasi bahwa millets memiliki kemampuan untuk mengurangi risiko diabetes mellitus, kanker, dan hipertensi. 

Berdasarkan laporan The Indian Express, sejak tahun lalu pemerintah India sedang mendorong popularitas millets ini. Sekitar 100 diplomat pun diundang dalam rangka menyambut peluncuran Tahun Internasional Millets dari PBB. 

Pemilihan millets sebagai tahun internasional tersebut berasal dari proposal pemerintah India.

Pada 2018, Kementerian Pertanian India menjuluki millets sebagai "Nutri Cereal" karena kandungannya. 

Program kompetisi memasak dengan millets di Jakarta ini didiukung oleh Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (INOTEK).

"Indonesia merupakan mitra potensial dalam mempromosikan jawawut sebagai alternatif makanan bergizi dalam hal demografi, lahan dan penggunaan tepung (siap masak dan siap makan)," tulis rilis pihak INOTEK.

Selain lomba memasak, para peserta kegiatan juga telah diajak untuk melakukan penanaman bibit jawawut, serta mencicipi menu dari bahan tersebut.


Indonesia Melawan Stunting

Menko PMK Muhadjir Effendy
Menko PMK Muhadjir Effendy memimpin 'Roadshow Dialog Percepatan Penurunan Stunting dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem' yang menyisir Provinsi Jawa Barat, Aceh, NTT, Banten, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan pada Februari 2023. (Dok Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI)

Beralih ke isu kesehatan terkait stunting, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy menegaskan, percepatan penurunan stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem dapat mendarah daging di seluruh lapisan masyarakat.

"Sehingga menjadi bagian dari cara berfikir, bersikap, dan bertindak masyarakat secara keseluruhan serta berkelanjutan. Demi upaya kita menyelamatkan generasi yang akan datang, generasi yang lebih baik itu,” tegasnya saat 'Roadshow Dialog Percepatan Penurunan Stunting dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem di Sulawesi Barat' baru-baru ini.

Ke depan, penanggulangan isu stunting termasuk penghapusan kemiskinan ekstrem, tidak terbatas pada periode kepemimpinan presiden tertentu, tetapi berkelanjutan.

"Selama masih ada ibu hamil, selama masih ada bayi, masih ada anak balita, penanganan stunting itu mutlak harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan,” ungkap Muhadjir.

Di Sulawesi Barat, upaya percepatan penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem bekerja sama dengan perguruan tinggi membentuk aplikasi Data Desa Presisi.

Pj. Gurbenur Sulawesi Barat Akmal Malik menjelaskan, aplikasi tersebut berbasis website, yang mana situs tersebut menampilkan peta pesebaran lokasi rumah keluarga miskin ekstrem secara lengkap beserta dengan visualisasi kondisi rumah keluarga yang tersebar di desa-desa Provinsi Sulawesi Barat.

Data aplikasi ini termasuk mendeteksi alokasi dana yang tersedia agar tepat sasaran sesuai wilayah dan keberadannya.

“Best Practice yang saat ini kami lakukan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi IPB," jelas Akmal.

"Kami membangun teknologi yang dapat mendeteksi jumlah penduduk miskin ekstrem dan stunting berdasarkan data dari Data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) yang diberikan, sehingga intervensi yang dilakukan dapat tepat sasaran."


Data Desa Presisi

Memerhatikan Asupan Makanan
Ilustrasi Makanan Sehat Credit: pexels.com/Trang

Kehadiran aplikasi Data Desa Presisi diharapkan kepada para kepala daerah di Sulawesi Barat dapat mengetahui pesebaran keluarga miskin ekstrem di masing-masing desa sehingga program-program yang dibuat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut.

Muhadjir Effendy menyambut baik pemanfaatan teknologi aplikasi Data Desa Presisi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat.

Hal ini dapat menjadi acuan bagi daerah lainnya agar percepatan penurunan angka stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem dapat berjalan secara optimal.

“Saya mohon praktik baik ini dapat ditindaklanjuti oleh masing-masing daerah. Bagaimana aplikasi yang telah dibuat oleh Pemprov Sulbar tersebut dipadu-pandankan dengan data P3KE secara by name by address ,” kata Muhadjir melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

Infografis Yuk! Pakai Masker dan Segera Vaksin Covid-19
Infografis Yuk! Pakai Masker dan Segera Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya