Kenapa Vladimir Putin Diincar Mahkamah Internasional ICC? Rusia Bikin Sidang Tandingan?

Rusia tak terima Presiden Vladimir Putin diincar pengadilan internasional ICC. Ukraina pun diancam disidang balik.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Mar 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2023, 13:00 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Gavriil Grigorov, Sputnik, Kremlin Pool Photo/AP Photo)
Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri pertemuan dengan para pemenang dan finalis kontes nasional School Teacher of the Year melalui konferensi video pada Rabu, 5 Oktober 2022. (Gavriil Grigorov, Sputnik, Kremlin Pool Photo/AP Photo)

Liputan6.com, Moskow - Pemerintah Rusia tidak terima setelah Presiden Vladimir Putin diancam ditangkap oleh International Criminal Court (ICC) atas dugaan kejahatan perang yang melibatkan anak-anak. Pihak Rusia pun ingin membuat sidang tadingan.

Berdasarkan laporan media pemerintah Rusia, TASS, Senin (20/3/2023), Komite Investigasi di Rusia juga mencatat kejahatan-kejahatan dari pihak Ukraina. Pihak Rusia berkata catatannya lengkap.

"Kami tahu bahwa Komite Investigatif terlibat pada pekerjaan ini. Semua kejahatan yang dilakukan rezim Kiev secara lengkap dicatat," ujar jubir Kremlin, Dmitry Peskov.

Ketika ditanya apakah Rusia akan menggelar tribunal kepada Ukraina, Peskov menyebut catatan-catatan tersebut dapat dipergunakan.

"Arsip-arsipnya tentunya akan disediakan sebagai basis bagi tribunal seperti itu," ujar Peskov.

Sebelumnya, Ketua Komite Investigatif Rusia Alexander Bastrykin menyarankan agar pemerintah Rusia mesti mendirikan badan yudisial internasional untuk merespons negara-negara Barat yang ingin menindak Rusia.

Putin dan Lvova-Belova 

Situs resmi ICC menyebut bahwa Presiden Vladimir Putin diincar bersama Maria Lvova-Belova. Wanita tersebut adalah Komisioner Hak Anak di Rusia.

Rusia dianggap bertanggung jawab atas deportasi anak-anak Ukraina ke Federasi Rusia. Tindakan itu dianggap melanggar Statuta Roma pasal 8 ayat 2a poin vii dan pasal 8 ayat 2b poin iii.

Pasal 8 merupakan pasal kejahatan perang. Pasal 8 ayat 2a poin vii melarang deportasi atau penahanan tanpa dasar hukum. Sementara, pasal 8 ayat 2b poin iii melarang penyerangan ke bantuan kemanusiaan.

"Insiden-insiden yang diidentifikasi oleh kantor saya termasuk deportasi setidaknya ratusan anak-anak yang diambil dari panti asuhan dan rumah perawatan anak. Banyak dari anak-anak tersebut, kami menduga, telah diberikan untuk adopsi di Federasi Rusia," ujar Jaksa ICC, Karim A. A. Khan KC.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Putin Kunjungi Mariupol

Presiden Rusia Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin (Dok. AFP)

Sebelumnya dilaporkan, Kremlin dalam pernyataannya pada Minggu (19/3/2023) menyebutkan bahwa Presiden Vladimir Putin mengunjungi Mariupol yang diduduki Rusia. Putin terbang ke Mariupol dengan helikopter dan berkeliling kota dengan mobil. Demikian seperti dilansir CNN.

Presiden Rusia itu disebut sempat berhenti untuk berbicara dengan penduduk di lingkungan Nevsky, bahkan diundang ke rumah mereka. Tidak dijelaskan kapan persisnya kunjungan itu dilakukan.

Kremlin mengatakan Putin juga memeriksa garis pantai Mariupol hingga mengunjungi gedung teater. Wakil Perdana Menteri Rusia Marat Khusnullin dilaporkan menjelaskan secara rinci kepada Putin tentang pekerjaan konstruksi dan restorasi yang sedang berlangsung di kota tersebut.

Selain itu, Kremlin menambahkan bahwa Putin juga mengadakan pertemuan di pos komando operasi militer khusus di Rostov-on-Don dan mendengar laporan sejumlah pemimpin militer, termasuk Wakil Pertama Menteri Pertahanan Valery Gerasimov.

Kabar kunjungan Putin ke Mariupol muncul setelah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada Jumat (17/3) bagi Putin dan pejabat Rusia Maria Lvova-Belova atas dugaan skema mendeportasi anak-anak Ukraina ke Rusia. Sebelum ke Mariupol, Putin lebih dulu dikabarkan mengunjungi Krimea bertepatan pada momen peringatan sembilan tahun aneksasi wilayah itu.


Mariupol Dianggap Simbol Perlawanan Ukraina

Potret 1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina
Tampilan susunan radar yang rusak dan peralatan lainnya di fasilitas militer Ukraina di luar Mariupol, Ukraina, 24 Februari 2022. Pada 24 Februari 2022 adalah titik kelam bagi Ukraina karena di hari itu setahun yang lalu, Rusia melakukan invasi besar-besaran ke negara tetangganya tersebut. (AP Photo/Sergei Grits, File)

Mariupol, sebuah kota pelabuhan di Laut Azov, terletak di Donetsk Oblast, Ukraina, dan berada di bawah kendali langsung Rusia sejak Mei 2022.

Di Mariupol-lah pasukan Rusia melakukan sejumlah serangan paling terkenal, termasuk serangan terhadap bangsal bersalin pada Maret lalu dan pengeboman teater yang memaksa ratusan warga sipil mengungsi.

Mariupol menjadi simbol perlawanan Ukraina selama serangan Rusia tanpa henti tahun lalu. Yang terkenal, bahkan ketika sebagian besar kota telah jatuh, para pembelanya bertahan di pabrik baja Azovstal selama berminggu-minggu sebelum benteng tersebut akhirnya juga "runtuh".

Analis pertahanan sebelumnya mengatakan kepada CNN bahwa pasukan Rusia mencoba meratakan Mariupol untuk membuat kota itu lebih mudah dikendalikan.

Infografis 1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina, Jumlah Korban dan Dampak. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina, Jumlah Korban dan Dampak. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya