Diklaim Taliban Putar Musik Saat Ramadhan, Satu-Satunya Stasiun Radio yang Dikelola Wanita Afganistan Ditutup

Sebuah stasiun radio yang dikelola wanita di timur laut Afghanistan telah ditutup oleh Taliban, karena diklaim memutar musik selama Ramadhan.

oleh Linda Sapira diperbarui 03 Apr 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2023, 18:00 WIB
Sebuah stasiun radio yang dikelola wanita di timur laut Afghanistan telah ditutup karena memutar musik selama Ramadhan (Source: AP)
Sebuah stasiun radio yang dikelola wanita di timur laut Afghanistan telah ditutup karena memutar musik selama Ramadhan (Source: Tangkapan layar dari AP)

Liputan6.com, Kabul - Sebuah stasiun radio yang dikelola oleh wanita di timur laut Afganistan, kini telah ditutup dengan alasan memutar musik selama bulan suci Ramadhan, kata seorang pejabat Taliban, Sabtu 1 April 2023.

Sadai Banowan, yang berarti suara wanita dalam bahasa Dari, adalah satu-satunya stasiun radio yang dikelola wanita di Afghanistan sejak 10 tahun lalu. Mengutip dari NPR, Senin (3/4/2023), radio ini memiliki delapan staf, dan enam di antaranya adalah peremapuan. 

Moezuddin Ahmadi, direktur Informasi dan Kebudayaan di Provinsi Badakhshan mengatakan, stasiun itu melanggar "hukum dan peraturan Islamic Emirate" dan diketahui beberapa kali sempat menyiarkan lagu dan musik selama Ramadhan. Sehingga ditutup karena pelanggaran tersebut. 

"Jika stasiun radio ini menerima kebijakan Islamic Emirate Afghanistan dan memberikan jaminan tidak akan terulang lagi, kami akan mengizinkannya untuk beroperasi kembali," kata Ahmadi.

Kepala stasiun Najia Sorosh membantah adanya pelanggaran, dengan mengatakan penutupan tidak perlu dan menyebutnya sebagai konspirasi. Taliban "memberi tahu kami bahwa anda telah menyiarkan musik. Kami belum menyiarkan musik apa pun," kata kepala stasiun Najia Sorosh.

Sorosh mengatakan pada pukul 11.40 waktu setempat, tepatnya pada Kamis 30 Maret, perwakilan dari Kementerian Informasi dan Kebudayaan serta Direktorat Wakil dan Kebijakan, tiba di stasiun radio itu dan mematikannya.

Dia mengatakan staf stasiun radio telah menghubungi Vice and Virtue tetapi pejabat di sana mengatakan mereka tidak memiliki informasi tambahan tentang penutupan tersebut.

 

Banyak Jurnalis Kehilangan Pekerjaan

Potret Perempuan Afghanistan di Tengah Aturan Wajib Burqa
Seorang perempuan Afghanistan menerima jatah makanan yang didistribusikan oleh kelompok bantuan kemanusiaan Korea Selatan, di Kabul, Selasa (10/5/2022). Taliban pada Sabtu pekan lalu memerintahkan semua perempuan Afghanistan menutupi seluruh tubuhnya atau mengenakan burqa tradisional di depan umum. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Banyak jurnalis telah kehilangan pekerjaan setelah Taliban mengambil alih negara tersebut pada Agustus 2021 lalu. Outlet media banyak yang tutup karena kekurangan dana, atau karena staf meninggalkan negara tersebut, menurut Asosiasi Jurnalis Independen Afghanistan.

Taliban telah melarang perempuan dari pekerjaan besar mereka, dan juga pendidikan di luar kelas enam, termasuk universitas. Tidak ada larangan resmi mengenai musik. 

Dan selama pemerintahan mereka sebelumnya pada akhir 1990-an, Taliban melarang sebagian besar televisi, radio, dan surat kabar di negara tersebut. 

Seperti yang dikutip dari Brisbane Times, Senin (3/4/2023), tiga pria Inggris ditahan di tahanan Taliban di Afghanistan, termasuk Miles Routledge yang disebut sebagai "turis berbahaya", Sky News melaporkan.

Dua pria lainnya adalah petugas medis amal Kevin Cornwell dan warga negara Inggris tak dikenal lainnya yang mengelola sebuah hotel di Kabul, kata laporan itu.

"Kami bekerja keras untuk mengamankan kontak konsuler dengan warga negara Inggris yang ditahan di Afghanistan dan kami mendukung keluarga," kata juru bicara Foreign Commonwealth and Development Office (FCDO) kepada Reuters dalam sebuah pernyataan, tetapi tidak mengkonfirmasi rincian dari warga negara Inggris.

Routledge telah mendapatkan ketenaran, dan menarik kontroversi, dengan melakukan perjalanan ke negara-negara berbahaya dan mempostingnya secara online.

 

Perempuan Afganistan Mendapat Perlakuan Paling Represif di Dunia Selama Taliban Memimpin

Perempuan Afganistan Gelar Protes Hari Perempuan Internasional
Perempuan Afganistan menggelar protes di jalanan Kota Kabul untuk menandai Hari Perempuan Internasional, menyerukan komunitas global untuk melindungi warga Afghanistan. (AP)

Terlepas dari kabar radio yang ditutup, Afganistan di bawah kepemimpinan pemerintah Taliban disebut sebagai "negara paling represif di dunia" jika berbicara tentang hak perempuan.

Dikutip dari situs CNA, Jumat 10 Maret 2023, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut salah satu sifat represif yang terlihat adalah aturan yang "mengurung" perempuan, dewasa maupun anak-anak, di rumah mereka.

Sekitar 20 orang perempuan mengadakan demonstrasi di jalanan Kota Kabul pada Rabu, 8 Maret 2023, menyerukan masyarakat internasional untuk ikut melindungi warga Afganistan, sebagaimana jurnalis AFP menyaksikan.

Pemerintah Taliban disebut menganut interpretasi Islam yang “keras” dan membuat mereka memberlakukan banyak pembatasan kepada perempuan sejak Agustus 2021, ketika pemerintahan berhasil direbut.

"Sangat menyedihkan menyaksikan upaya metodis, disengaja, dan sistematis mereka untuk mendorong perempuan dan anak perempuan Afganistan keluar dari ruang publik," Roza Otunbayeva, kepala misi PBB di Afganistan, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang memperingati Hari Perempuan Internasional.

Baca selengkapnya di sini... 

Program Taliban: Markas Militer Diubah Jadi Zona Ekonomi

Di Bawah Kuasa Taliban, Kepala Manekin Pun Dibungkus Plastik dan Kain
Kepala manekin ditutupi di toko pakaian wanita di Kabul, Afghanistan, Senin, 26 Desember 2022. Sejumlah kecil manekin laki-laki dapat dilihat di etalase, juga dengan kepala tertutup, menunjukkan bahwa pihak berwenang menerapkan larangan tersebut secara seragam. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Selain itu, pemerintah Taliban di Afghanistan akan mengubah sejumlah markas-markas militer menjadi zona ekonomi untuk bisnis. Keputusan ini diambil di tengah krisis ekonomi dan kemanusiaan yang terjadi di negara itu sejak Taliban mengambil alih.

Dilaporkan BBC, Selasa 21 Februari 2023, keputusan itu diumumkan oleh Mullah Abdul Ghani Baradar yang merupakan (plt.) deputi perdana menteri bidang ekonomi.

"Telah diputuskan bahwa Kementerian Industri dan Perdagangan mesti secara progresif mengambil alih sisa-sisa markas militer dari pasukan asing dengan niat mengubah mereka menjadi zona-zona ekonomi khusus," ujar pernyataan Mullah Baradar.

Ia menambahkan bahwa proyeknya akan dimulai dengan lokasi-lokasi di ibu kota Kabul dan Provinsi Balkh di utara, namun ia tak memberikan detail tambahan.

Pakar dari S Rajaratnam School of International Studies, Muhammad Faizal bin Abdul Rahman, menyebut Taliban sedang sangat membutuhkan dana untuk memerintah dan meraih legistimasi dalam negeri.

Baca selengkapnya di sini... 

Infografis Taliban Belum Usai, Bom ISIS-K Guncang Kabul
Infografis Taliban Belum Usai, Bom ISIS-K Guncang Kabul (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya