Daftar Lokasi Rentan Terdampak Gelombang Panas Ekstrem, Papua Nugini Salah Satunya

Adanya perubahan iklim akibat aktivitas manusia yang mendorong pemanasan global, Bumi terancam gelombang panas ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berikut adalah beberapa wilayah yang berisiko terkena dampak terparah.

oleh Chesa Andini Saputra diperbarui 28 Apr 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2023, 14:00 WIB
Wajah Bencana Kekeringan di Waduk Spanyol
Ilustrasi tanah kering yang terlihat di Spanyol selatan, Rabu (9/8). Eropa tengah dilanda gelombang panas. (JORGE GUERRERO / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Menanggapi krisis iklim yang terus meningkat setiap tahunnya akibat aktivitas pemanasan global, sebuah studi baru meyakini bahwa ada beberapa negara dan wilayah yang akan terkena dampak paling parah bila tidak siap menghadapinya.

Saat ini, gelombang panas yang berbahaya sudah memecahkan rekor dan suhu masih terus meningkat.

Oleh sebab itu, para ilmuwan menganalisis kumpulan data suhu selama lebih dari 60 tahun, serta model iklim, untuk menghitung kemungkinan terjadinya gelombang panas ekstrem walaupun sebelumnya belum ada catatan pernah di sejarah.

Hasilnya, mereka mengidentifikasi wilayah berikut sebagai hot spots atau lokasi terdampak gelombang panas berisiko tinggi:

  • Afghanistan
  • Papua Nugini
  • Amerika Tengah – termasuk Guatemala, Honduras, dan Nikaragua

Menurut laporan yang diterbitkan Selasa 25 April di jurnal Nature Communications, daerah-daerah ini sangat rentan karena populasinya yang tumbuh cepat dan akses terbatas ke perawatan kesehatan serta pasokan energi, yang pada akhirnya merusak ketahanan mereka terhadap suhu ekstrem.

"Ada bukti di sana bahwa daerah-daerah itu mungkin akan mengalami gelombang panas yang besar dan mereka tidak siap untuk itu," kata Dann Mitchell, seorang profesor ilmu atmosfer di University of Bristol di Inggris dan rekan penulis studi mengutip dari CNN World, Jumat (28/4/2023).

"Ancaman yang dihadapi Afghanistan sangat mencolok," tambah Mitchell. Tidak hanya potensinya yang tinggi untuk memecahkan rekor panas ekstrem, tetapi dampaknya akan memburuk dengan situasi sulit yang sudah dihadapi negara ini.

Saat ini, Afghanistan sedang berjuang dengan masalah sosial dan ekonomi yang mengerikan.

Negara tersebut juga memiliki pertumbuhan populasi yang terhadang dengan masalah sumber daya yang terbatas.

"Ketika gelombang panas yang sangat ekstrem akhirnya datang, maka akan segera ada banyak masalah," kata Mitchell.

Dampak Gelombang Panas

Desa di Afghanistan Dilanda Kekeringan Terparah dalam Beberapa Dekade
Dua anak Afghanistan duduk di sebelah keran ketika warga desa mengisi wadah plastik mereka dengan air, pada 26 November 2021. Kekeringan Afghanistan, yang terburuk dalam beberapa dekade, kini memasuki tahun kedua, diperburuk oleh perubahan iklim. (AP/Petros Giannakouris)

Gelombang panas memiliki dampak negatif yang luas. Mereka mengurangi kualitas udara, memperburuk kekeringan, meningkatkan risiko kebakaran hutan, dan dapat menyebabkan infrastruktur rusak.

Selain itu, mereka juga sangat merugikan kesehatan manusia, menjadikan panas ekstrem sebagai salah satu bencana alam paling mematikan.

Ketika terkena cuaca panas ekstrem, manusia biasanya kelelahan atau dapat serangan panas. Hal ini dapat memicu ke berbagai gejala berbahaya lain, seperti sakit kepala, pusing, mual, dan kehilangan kesadaran. 

Namun menurut Centers for Disease Control and Prevention (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit), heat stroke adalah penyakit terkait panas yang paling serius karena menyebabkan suhu tubuh meningkat dalam hitungan menit, dan bahkan dapat menyebabkan cacat permanen ataupun kematian.

Bahayanya, situasi gelombang panas kemungkinan akan terus memburuk ke depannya.

"Gelombang panas dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya hanya akan menjadi lebih intens kedepannya, karena dunia terus membakar bahan bakar fosil," kata Friederike Otto, seorang ilmuwan iklim di Institut Perubahan Iklim Grantham di Imperial College London, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Daerah yang Sudah Terkena Dampak

FOTO: Melawan Kebakaran Hutan di Prancis
Ilustrasi kebakaran hutan di Prancis barat daya, 17 Juli 2022. Eropa layu di bawah gelombang panas luar biasa ekstrem. (SDIS 33 via AP)

Tahun ini, beberapa daerah telah mengalami suhu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pada bulan Maret, sebagian Argentina bergulat dengan suhu hingga 10 derajat Celcius, atau 18 derajat Fahrenheit, yang merupakan suhu di atas normal.

Sementara, pada bulan April, rekor suhu tinggi dipecahkan di sebagian besar Asia.

Tidak ada tempat yang aman, catat laporan tersebut, yang menemukan bahwa gelombang panas yang “tidak masuk akal secara statistik” terjadi antara tahun 1959 dan 2021 pada 30% wilayah yang diteliti.

Ini termasuk gelombang panas Pasifik Barat Laut tahun 2021, di mana rekor suhu tertinggi terpecahkan, bahkan menewaskan ratusan orang.

Selain itu di Lytton, British Columbia, suhu memuncak di bawah 50 derajat Celcius (121 derajat Fahrenheit) pada Juni 2021, memecahkan rekor sebelumnya hampir 5 derajat. Desa itu hampir hancur total oleh kebakaran hutan hanya beberapa hari kemudian.

Menurut para ilmuwan, peristiwa itu hampir tidak mungkin terjadi jika tidak ada perubahan iklim.

Dan berdasarkan laporan ini, beberapa bagian di China, termasuk Beijing, dan negara-negara Eropa, seperti Jerman dan Belgia, juga menghadapi risiko tinggi.

Jutaan orang yang tinggal di daerah berpenduduk padat dapat terkena dampak buruk gelombang panas, bahkan jika negara-negara tersebut memiliki sumber daya untuk mengurangi beberapa dampak terburuk.

Langkah untuk Menanggapi Situasi

Dampak Suhu Panas Ekstrem di Inggris
Badan cuaca Inggris telah mengeluarkan "peringatan merah" pertama untuk panas ekstrem pada hari Senin (18/7/2022). (AP Photo/Jon Super)

Laporan ini berfungsi sebagai peringatan bagi pemerintah di seluruh dunia untuk bersiap menghadapi peristiwa panas yang jauh melampaui rekor suhu saat ini.

Beberapa hal yang dapat dilakukan seperti menyiapkan pusat pendingin dan mengurangi jam kerja bagi mereka yang bekerja di luar.

Ada banyak kebijakan yang dapat diterapkan pemerintah untuk menyelamatkan nyawa, kata Otto, termasuk “mempersiapkan rencana pengelolaan gelombang panas, memastikan dan menguji penerapannya, memberi tahu publik tentang gelombang panas yang akan segera terjadi, dan melindungi orang yang rentan terhadap dampak gelombang panas. ”

Peristiwa panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, meningkat kemungkinannya karena dunia terus membakar bahan bakar fosil, kata Lucas Vargas Zeppetello, seorang peneliti di Universitas Harvard.

“Itu berarti, kita tidak tahu apa yang bisa terjadi jika populasi besar terpapar tekanan panas dan kelembapan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Vargas Zeppetello, “tetapi gelombang panas dalam beberapa dekade terakhir sudah sangat mematikan."

Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya