Kerusuhan Prancis Berlanjut: 45 Ribu Polisi dan Kendaraan Lapis Baja Dikerahkan, Presiden Gelar Pertemuan Darurat

Prancis mengerahkan 45.000 petugas polisi dan beberapa kendaraan lapis baja di jalan-jalan pada Sabtu 1 Juli 2023 ketika kerusuhan mengguncang kota-kota Prancis untuk malam keempat.

oleh Hariz Barak diperbarui 01 Jul 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2023, 12:00 WIB
Kerusuhan Prancis
Polisi berdiri di tengah petasan pada malam ketiga protes yang dipicu oleh penembakan fatal polisi terhadap seorang pengemudi berusia 17 tahun di pinggiran Paris Nanterre, Prancis, Jumat, 30 Juni 2023. (AP Photo/Aurelien Morissard)

Liputan6.com, Paris - Prancis mengerahkan 45.000 petugas polisi dan beberapa kendaraan lapis baja di jalan-jalan pada Sabtu 1 Juli 2023 ketika kerusuhan mengguncang kota-kota Prancis untuk malam keempat atas penembakan fatal seorang remaja oleh seorang petugas selama pemberhentian lalu lintas.

Bangunan dan kendaraan telah dibakar dan toko-toko dijarah. Kekerasan telah menjerumuskan Presiden Emmanuel Macron ke dalam krisis paling parah dalam kepemimpinannya sejak protes Rompi Kuning yang dimulai pada 2018.

Kerusuhan telah berkobar secara nasional, termasuk di kota-kota seperti Marseille, Lyon, Toulouse, Strasbourg dan Lille serta Paris di mana Nahel Merzouk, seorang remaja berusia 17 tahun keturunan Aljazair-Maroko, ditembak pada Selasa 27 Juni 2023 di pinggiran Nanterre.

Kematiannya, yang terekam dalam video, telah menghidupkan kembali keluhan lama oleh komunitas masyarakat miskin perkotaan dan ras campuran tentang kekerasan polisi dan rasisme, demikian seperti dikutip dari Radio New Zealand (1/7/2023).

Seorang teman keluarga korban, Mohamed Jakoubi, yang menyaksikan Nahel tumbuh dewasa, mengatakan kemarahan itu dipicu oleh rasa ketidakadilan setelah insiden kekerasan polisi terhadap komunitas etnis minoritas, banyak dari mereka keturunan negara bekas koloni Prancis.

Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan Sabtu pagi bahwa 270 orang telah ditangkap pada Jumat malam, sehingga totalnya menjadi lebih dari 1100 sejak kerusuhan terjadi.

Penangkapan terbaru dilakukan pada Jumat 30 Juni malam waktu setempat. Total 80 orang ditangkap di kota selatan Marseille, kota terbesar kedua di Prancis dan rumah bagi banyak orang keturunan Afrika Utara.

Gambar media sosial menunjukkan ledakan mengguncang daerah pelabuhan tua Marseille. Pemerintah kota mengatakan mereka sedang menyelidiki penyebabnya tetapi tidak percaya ada korban.

Para perusuh di Marseille tengah menjarah sebuah toko senjata dan mencuri beberapa senapan berburu tak beramunisi, kata polisi. Satu orang ditangkap dengan senapan yang kemungkinan dijarah dari toko, kata polisi. Toko itu sekarang dijaga oleh polisi.

Walikota Marseille Benoit Payan meminta pemerintah nasional untuk segera mengirim pasukan tambahan guna menangani kerusuhan Prancis. "Adegan penjarahan dan kekerasan tidak dapat diterima," katanya dalam sebuah tweet pada Jumat malam.

Darmanin meminta pihak berwenang setempat di seluruh Prancis untuk menghentikan lalu lintas bus dan trem mulai pukul 9 malam waktu setempat dan mengatakan 45.000 petugas dikerahkan --5000 personel lebih banyak dari pada Kamis 29 Juni.

 

Presiden Macron Adakan Pertemuan Darurat

Kerusuhan Prancis
Kawasan di pinggiran Paris mengumumkan jam malam pada Kamis (29/6) imbas aksi protes berujung kekerasan belakangan ini. (AP Photo/Aurelien Morissard)

Presiden Prancis Emmanuel Macron meninggalkan pertemuan puncak Uni Eropa di Brussels lebih awal untuk menghadiri pertemuan krisis kabinet kedua dalam dua hari. Dia telah meminta media sosial untuk menghapus rekaman kerusuhan "paling sensitif" dan untuk mengungkapkan identitas pengguna yang mengobarkan kekerasan.

Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin bertemu dengan perwakilan dari Meta, Twitter, Snapchat, dan TikTok. Snapchat mengatakan tidak memiliki toleransi untuk konten yang mempromosikan kekerasan.

Video di media sosial menunjukkan lanskap perkotaan terbakar. Sebuah trem dibakar di kota timur Lyon dan 12 bus hancur di sebuah depot di Aubervilliers, Paris utara.

Macron menambahkan bahwa dirinya membantah ada rasisme sistemik di dalam lembaga penegak hukum.

Di Jenewa, kantor hak asasi manusia PBB menekankan pentingnya berkumpul dan mengutarakan pendapat secara damai. PBB juga mendesak pihak berwenang Prancis untuk memastikan bahwa penggunaan kekuatan oleh polisi tidak diskriminatif.

"Ini adalah momen bagi negara untuk secara serius menangani masalah rasisme dan diskriminasi rasial yang mendalam dalam penegakan hukum," kata juru bicara kantor HAM PBB Ravina Shamdasani.

Penembakan Nahel Merzouk bermula ketika polisi mengakui melepaskan tembakan mematikan pada remaja itu ketika dalam penanganan polisi. Ia sedang berusaha ditangkap oleh aparat atas penyelidikan formal untuk pembunuhan, kata jaksa penuntut.

Pengacaara untuk si polisi, Laurent-Franck Lienard, mengatakan kliennya membidik kaki korban tetapi terbentur ketika mobil bergerak, menyebabkan dia menembak ke arah dada korban.

"Jelas (petugas) tidak ingin membunuh pengemudi," kata Lienard di BFM TV.

Kerusuhan telah menghidupkan kembali kenangan tiga minggu kerusuhan nasional pada tahun 2005 yang memaksa Presiden Jacques Chirac untuk mengumumkan keadaan darurat setelah kematian dua pemuda yang tersengat listrik di gardu listrik saat mereka bersembunyi dari polisi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya