Kerusuhan Prancis Mereda Berganti Aksi Anti Kekerasan

Pada Senin (3/7), para wali kota Prancis menyerukan aksi damai di luar balai kota untuk memprotes kekerasan dan penjarahan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 04 Jul 2023, 09:01 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2023, 09:01 WIB
Kerusuhan Prancis
Prancis telah mengerahkan puluhan ribu polisi hari Kamis (29/6/2023) dalam upaya mengatasi kerusuhan perkotaan yang meluas. (AP Photo/Aurelien Morissard)

Liputan6.com, Paris - Kerusuhan Prancis dilaporkan mereda setelah berhari-hari aksi protes diwarnai kekerasan sebagai respons atas penembakan Nahel Merzouk oleh polisi. Per Minggu (2/7/2023), lebih sedikit penangkapan yang dilakukan.

Meski demikian, Presiden Emmanuel Macron disebut telah meminta Kementerian Dalam Negeri Prancis untuk tetap menyiagakan polisi dalam jumlah besar di jalan-jalan. Sekitar 45.000 petugas telah dikerahkan di seluruh negeri selama tiga malam terakhir dan mereka akan kembali turun ke jalan pada Senin.

Pada Senin (3/7), para wali kota menyerukan aksi damai di luar balai kota untuk memprotes kekerasan dan penjarahan.

Di Nanterre yang merupakan kampung halaman Nahel, Wali Kota Patrick Jarry mengatakan bahwa dia lega kekerasan telah mereda.

"Namun, kita tidak boleh melupakan insiden yang memicu situasi ini dan terus membutuhkan keadilan," ungkap Jarry seperti dilansir BBC, Selasa (8/7).

Senin sore, ratusan orang dilaporkan menghadiri aksi damai di L'Hay-les-Roses untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap Wali Kota Vincent Jeanbrun, yang rumahnya diserang perusuh. Peristiwa itu melukai istrinya dan salah seorang anaknya dan telah ditangani sebagai kasus percobaan pembunuhan.

"Kami melihat wajah asli para perusuh. Mereka adalah pembunuh... Mereka ingin membunuh istri saya dan dua anak saya yang masih kecil saat mereka tidur dengan membakar mereka hidup-hidup," ungkap Jeanbrun.

Jeanbrun menambahkan bahwa selama sepekan terakhir, demokrasi itu sendiri telah diserang.

"Kita membutuhkan mayoritas orang yang sejauh ini diam untuk mengatakan, 'cukup!'," ujarnya.

Kerusuhan Prancis, yang dimulai sejak 27 Juni, menurut jaringan transportasi Ile-de-France telah menyebabkan kerusakan transportasi umum senilai jutaan euro di wilayah Paris.

Tetap Waspada

Kerusuhan Prancis
Kawasan di pinggiran Paris mengumumkan jam malam pada Kamis (29/6) imbas aksi protes berujung kekerasan belakangan ini. (AP Photo/Aurelien Morissard)

Meski Minggu malam jauh lebih tenang, namun pihak berwenang dilaporkan berhati-hati untuk tidak terlalu cepat menyambut kembalinya keadaan normal. Bus dan trem di wilayah Paris akan kembali dihentikan pada Senin malam.

Lebih dari 150 orang ditangkap pada Minggu malam, dibandingkan dengan lebih dari 700 orang pada malam sebelumnya. Ada 297 mobil yang dibakar dibandingkan dengan 1.900 pada Kamis (29/6), sementara 34 bangunan rusak atau terbakar dibandingkan dengan lebih dari 500 pada pada Kamis.

Akhir pekan lalu, keluarga Nahel menyerukan agar kekerasan segera diakhiri. Neneknya menuduh para perusuh menggunakan kematian cucunya sebagai alasan dan mendesak mereka untuk berhenti merusak barang-barang publik.

Kerabat lain menegaskan bahwa pihak keluarga tidak ingin kematian Nahel memicu kerusuhan, namun bersikeras bahwa undang-undang seputar penggunaan kekuatan mematikan saat pemeriksaan lalu lintas harus diubah. Dia juga mengatakan "hatinya sakit" mendapati kabar penggalangan dana bagi keluarga petugas polisi yang menembak Nahel, yang pada hari Senin telah mengumpulkan lebih dari 1,1 juta euro dan terus bertambah.

Penggalangan dana, yang digagas oleh komentator media sayap kanan, telah menuai kritik dari berbagai pihak. Namun, platform GoFundMe, menegaskan bahwa tidak ada syarat atau ketentuan yang dilanggar karena penggalangan dana ditujukan untuk pihak keluarga dan hal tersebut tidak dimaksudkan sebagai pembelaan atas dugaan kejahatan.

Adapun penggalangan dana bagi keluarga Nahel diadakan di platform yang berbeda dan telah mengumpulkan 215.000 euro pada Senin sore.

Sementara itu, otoritas regional Prancis mengumumkan langkah-langkah dukungan keuangan bagi bisnis yang dijarah dan perhotelan.

Ada kekhawatiran bahwa serentetan kekerasan memiliki efek jangka panjang pada sektor pariwisata saat Musim Panas dimulai. Media Prancis Le Point mengutip seorang pejabat pariwisata yang memperkirakan bahwa hingga 25 persen pemesanan hotel di Paris telah dibatalkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya