Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Rusia Vladimir Putin menghadapi pengkhianatan besar di tengah perang Rusia-Ukraina ketika pasukan Wagner mencoba menyerang Moskow. Padahal, Wagner sudah mendapat anggaran dari pemerintah Rusia.Â
Setelah pemberontakan berakhir, Rusia menyatakan tidak akan menghukum anggota Wagner. Pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin juga menjadi eksil di Belarusia.Â
Baca Juga
Namun, CIA menilai Presiden Putin masih menyimpan dendam kepada Prigozhin.Â
Advertisement
Dilaporkan BBC, Jumat (21/7/2023), pemimpin CIA William Burns berkata Vladimir Putin adalah tipe orang pendendam jangka panjang. Prigozhin pun dinilai akan menerima akibatnya.Â
"Putin adalah seseorang yang secara umum berpikir bahwa dendam adalah hidangan yang lebih baik disajikan dingin," ujar William Burns. "Dalam pengalaman saya, Putin adalah guru tertinggi dari pembalasan, jadi saya akan kaget jika Prigozhin bisa lari dari ganjaran yang akan datang."
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyorot kemungkinan Prigozhin bakal diracuni.Â
"Jika saya adalah orang itu, saya bakal hati-hati terhadap apa yang saya makan. Saya akan mengawasi menunya," ujar Biden.
Sentimen serupa diutarakan oleh direktur CIA. Ia berkata jika dirinya adalah Prigozhin, maka ia tidak akan memecat orang yang mencicipi makanannya.
William Burns juga menegaskan bahwa CIA sudah punya informasi mengenai pemberontakan Wagner. Jenderal senior dari Rusia, Sergei Surovikin, juga disebut menyadari pemberontakan Wagner sebelum terjadi, tetapi CIA menyebut pergerakan Surovikin kini terbatas.
Â
Jenderal Rusia Ivan Popov Mengaku Dipecat Gegara Ungkap Situasi di Medan Perang Ukraina
Seorang jenderal Rusia mengaku dicopot dari jabatannya di Ukraina setelah memberi tahu para pemimpin militer fakta tentang situasi mengerikan di garis depan perang.
Mayor Jenderal (Mayjen) Ivan Popov adalah komandan Angkatan Darat ke-58, yang bertempur di Zaporizhzhia.
Dalam pesan suaranya, Mayjen Popov menyoroti soal tingginya jumlah korban dan kurangnya dukungan artileri.
"Pilihannya adalah tetap diam dan menjadi pengecut atau mengatakan apa adanya," ungkap Mayjen Popov seperti dilansir BBC, Jumat (14/7). "Saya tidak berhak berbohong atas nama Anda, atas nama rekan seperjuangan yang gugur, jadi saya menguraikan persoalan yang ada."
Pesan suara tersebut diunggah ke Telegram oleh anggota parlemen Rusia Andrei Gurulyov, yang merupakan mantan komandan militer dan kerap menjadi komentator di TV pemerintah. Tidak jelas kapan pesan itu direkam.
Di antara persoalan yang diungkap Mayjen Popov termasuk kurangnya radar untuk menghalau serangan artileri Ukraina dan kurangnya intilijen militer. Menurut Mayjen Popov, pemecatannya diajukan oleh sejumlah komandan senior -yang dia tuduh berkhianat- dan disetujui oleh Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.
Para narablog militer Rusia mengklaim bahwa perintah untuk memberhentikan Mayjen Popov dari dari Kepala Angkatan Bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov. Lebih lanjut, mereka mengatakan bahwa Jenderal Gerasimov menuduh Mayor Jenderal Popov pesimistis dan memeras manajemen senior, setelah dia menyoroti perlunya merotasi tentara yang telah berada di garis depan untuk jangka waktu yang lama dan kerugian yang signifikan.
"Para pemimpin senior tampaknya merasakan semacam bahaya dari saya dan dengan cepat mengarang perintah dari menteri pertahanan hanya dalam satu hari serta menyingkirkan saya," klaim Mayjen Popov.
"Tentara Ukraina tidak dapat menembus barisan kami di depan tetapi pemimpin senior kami memukul kami dari belakang, dengan kejam memenggal kepala tentara pada saat yang paling sulit dan intens."
Advertisement